Tentang Ikhtilaf Mengangkat Tangan Dalam Berdo’a Secara Umum

Pada dasarnya mengangkat tangan dalam berdo’a dapat dipastikan nabi SAW melakukanya, tetapi pada lain kesempatan nabi SAW tidak melakukanya, dari sini munculah permasalahan apakah mengangkat tangan dalam berdo’a bisa dilakukan kapan saja atau hanya pada situasi atau kesempatan tertentu.

Dengan demikian terdapat dua kesimpulan

I. Bahwa mengangkat tangan ketika berdo’a secara umum adalah sunnah

Dalil 1

سنن الترمذي ٣٣٠٨: …عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ…

Sunan Tirmidzi 3308: …Dari Umar bin Al Khathab radliallahu 'anhu ia berkata: rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut: tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya.

Dalil 2

سنن الترمذي ٣٤٧٩: …عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَاهُ بَعْضُهُمْ وَلَمْ يَرْفَعْهُ

Sunan Tirmidzi 3479: …Dari Salman Al Farisi dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia, Dia merasa malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepadaNya dan kembali dalam keadaan kosong tidak membawa hasil." Abu Isa berakata: hadits ini adalah hadits hasan gharib. Dan sebagian ulama telah meriwayatkannya dan tidak merafa'kan hadits tersebut.

Dalil 3

…عن سلمان عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الله حيي كريم يستحي من عبده أن يبسط إليه يديه ثم يردهما خائبتين.

Dari Salman dari Nabi Saw berkata: “Sesungguhnya Allah Swt malu kepada hambaNya yang mengangkat tangannya dan berdo’a, kemudian Ia tidak membalasnya sama sekali”. Al Baihaqi, as Sunanul Kubra

Dalil 4

…عَنْ سَلْمَانَ , أَنَّهُ قَالَ: أَجِدُ فِي التَّوْرَاةِ أَنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِيي أَنْ يَرُدَّ يَدَيْنِ خَائِبَتَيْنِ سُئِلَ بِهِمَا خَيْرًا

Daru Salman Bahwa beliau berkata: “Aku mendapatkan di kitab Taurat bahwa Allah swt malu untuk tidak membalas sama sekali do’a (hambaNya) meminta kebaikan”. Al Baihaqi, as Sunanul Kubra

Dalil 5

سنن أبي داوود ١٢٧٤: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ الْمَسْأَلَةُ أَنْ تَرْفَعَ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ أَوْ نَحْوَهُمَا وَالِاسْتِغْفَارُ أَنْ تُشِيرَ بِأُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ وَالِابْتِهَالُ أَنْ تَمُدَّ يَدَيْكَ جَمِيعًا

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ وَالِابْتِهَالُ هَكَذَا وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَعَلَ ظُهُورَهُمَا مِمَّا يَلِي وَجْهَهُ

Sunan Abu Daud 1274: …Dari Ibnu Abbas ia berkata:Memohon adalah kamu mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan kedua pundakmu atau sama dengan keduanya, dan istighfar adalah kamu mengacungkan satu jari, sementara mubahalah adalah dengan kalian menjulurkan tangan-tangan kalian semuanya.

Telah menceritakan kepada Kami 'Amru bin Utsman, telah menceritakan kepadaku Sufyan, telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdulah bin Ma'bad bin Abbas dengan hadits ini. Padanya ia mengatakan: mubahalah adalah demikian. Dan iapun mengangkat kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.

Dalil 6

سنن أبي داوود ١٢٧٤: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ الْمَسْأَلَةُ أَنْ تَرْفَعَ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ أَوْ نَحْوَهُمَا وَالِاسْتِغْفَارُ أَنْ تُشِيرَ بِأُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ وَالِابْتِهَالُ أَنْ تَمُدَّ يَدَيْكَ جَمِيعًا

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ وَالِابْتِهَالُ هَكَذَا وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَعَلَ ظُهُورَهُمَا مِمَّا يَلِي وَجْهَهُ

Sunan Abu Daud 1274: …Dari Ibnu Abbas ia berkata: Memohon adalah kamu mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan kedua pundakmu atau sama dengan keduanya, dan istighfar adalah kamu mengacungkan satu jari, sementara mubahalah adalah dengan kalian menjulurkan tangan-tangan kalian semuanya.

Telah menceritakan kepada Kami 'Amru bin Utsman, telah menceritakan kepadaku Sufyan, telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdulah bin Ma'bad bin Abbas dengan hadits ini. Padanya ia mengatakan: mubahalah adalah demikian. Dan iapun mengangkat kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.

kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.

Dalil 7

سنن الترمذي ٣٣٠٨ …عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى وَقَدْ تَفَرَّدَ بِهِ وَهُوَ قَلِيلُ الْحَدِيثِ وَقَدْ حَدَّثَ عَنْهُ النَّاسُ وَحَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ الْجُمَحِيُّ ثِقَةٌ وَثَّقَهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ

Sunan Tirmidzi 3308: …Dari Umar bin Al Khathab radliallahu 'anhu ia berkata: rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut: tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Hammad bin Isa, ia sendirian yang meriwayatkan hadits tersebut sementara ia adalah orang yang sedikit haditsnya.

Orang-orang telah menceritakan darinya, sedangkan Hanzhalah bin Abu Sufyan Al Jumahi adalah orang yang tsiqah, ia ditsiqahkan oleh Yahya bin Sa'id Al Qaththan.

II. Bahwa mengangkat tangan ketika berdo’a secara umum tidak bisa di amalkan kecuali pada tempat, situasi dan kondisi tertentu sesuai dengan dalil yang shahih

Untuk menjelaskan permasalahan ini mari kita perhatikan hasil sidang Dewan Hisbah yang dilakukan pada, 10 Sya’ban 1430 H / 2 Agustus 2009 M.

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:

MENGINGAT:

Hadits-hadits Rasulullah SAW. tentang berdo’a sambil mengangkat tangan pada saat mendo’akan orang lain atau suatu kaum. Seperti,

Dari Aisyah, ia berkata:

دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ  بِأَسِيرٍ فَلَهَوْتُ عَنْهُ فَذَهَبَ فَجَاءَ النَّبِيُّ  فَقَالَ مَا فَعَلَ الأَسِيرُ قَالَتْ لَهَوْتُ عَنْهُ مَعَ النِّسْوَةِ فَخَرَجَ فَقَالَ مَا لَكِ قَطَعَ اللهُ يَدَكِ أَوْ يَدَيْكِ فَخَرَجَ فَآذَنَ بِهِ النَّاسَ فَطَلَبُوهُ فَجَاءُوا بِهِ فَدَخَلَ عَلَيَّ وَأَنَا أُقَلِّبُ يَدَيَّ فَقَالَ مَا لَكِ أَجُنِنْتِ قُلْتُ دَعَوْتَ عَلَيَّ فَأَنَا أُقَلِّبُ يَدَيَّ أَنْظُرُ أَيُّهُمَا يُقْطَعَانِ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي بَشَرٌ أَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَوْ مُؤْمِنَةٍ دَعَوْتُ عَلَيْهِ فَاجْعَلْهُ لَهُ زَكَاةً وَطُهُورًا.رواه احمد و إسحاق بن راهويه، و البيهقي

Nabi saw. menemuiku bersama seorang tawanan, lalu aku memalingkan perhatian darinya kemudian ia pergi. Maka datanglah Nabi saw. seraya berkata,’Apa yang dilakukan oleh tawanan itu? Aisyah berkata,’Aku bersama sekelomok perempuan memalingkan perhatian darinya lalu ia keluar. Nabi saw. berkata,’Kenapa dengan kamu! Apakah Allah akan memotong tanganmu atau kedua tanganmu? Lantas beliau keluar dan memberitahukan kepada orang-orang (agara mencari tawanan itu). Kemudian mereka mencarinya dan mereka datang bersama tawanan itu. Maka Nabi saw. mendatangiku pada saat itu aku membalikkan (mengebelakangkan) tanganku. Beliau berkata,’Kenapa denganmu, apakah kamu menutupinya? Aku berkata,’Engkau telah mendo’akanku, maka aku mengebelakangkan tanganku, aku ingin melihat apakah keduanya terputus. Maka beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya serta mengangkat kedua tangannya tingi-tinggi seraya berdo’a,’Ya Allah! Sesungguhnya aku ini manusia biasa, aku marah seperti manusia pun suka marah, maka mukmin atau mukminat mana saja yang aku pernah mendo’akan (kejelekan), jadikanlah baginya sebagai pembersih dan penyuci (terhadap dosanya)”. H.r. Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, XXXX : 303, Ishaq bin Rahawaeh, al-Musnad, II : 543, Al Baehaqi, as Sunanul Kubra, IX : 98.

Syu’aib Al Arnauth mengatakan, ’Sanad hadis ini shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari & Muslim” Musnad al-Imam Ahmad, XXXX : 304.

عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَدِمَ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِي عَلَى رَسُولِ اللهِ  بِمَكَّةَ …فَقَصَ الطُّفَيْلُ رُؤْيَاهُ عَلَى رَسُولِ اللهِ  فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ  يَدَيْهِ فَقَالَ اَللَّهُمَّ وَلِيْدَيْهِ فَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ.رواه ابن حبان و الحاكم و ابو يعلى و البخاري،في الادب و الرفع و الطبراني في الأوسط

Dari Abu Az Zubair dari Jabir, ia mengatakan,’Thufail bin Amr ad Duwasi menjumpai Nabi Saw. di Makkah…Kemudian At Thufail menceritakan kisah (mimpinya) itu kepada Rasulullah Saw. lalu Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya dan berdo’a,’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia, ’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia, ’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia”. H.r. Ibnu Hibban , Shahih Ibnu Hibban , V : 9; Al Hakim, al Mustadrak, IV : 86; Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, IV : 126; Al Bukhari, al Adabul Mufrad, hal. 215, Raf’ul Yadaeni Fis Shalah, hal. 140; At Thabrani, al Mu’jamul Ausath, III : 204.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِيَّ  تَلاَ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيمَ ( رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ) الآيَةَ. وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلاَم ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ أُمَّتِي أُمَّتِي وَبَكَى…رواه مسلم و ابو عوانة و النسائي والبيهقي وابن مندة

Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, sesungguhnya Nabi saw. membaca firman Allah azza wa jalla mengenai Ibrahim, ‘Ya Allah! Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) telah banyak menyesatkan manusia, siapa yang mengikutiku sesungguhnya ia dari golonganku”. Dan Nabi Isa berkata,’Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka itu adalah hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. Lalu Nabi saw. mengangkat kedua tangannya dan berdo’a,’Ya Allah! Umatku-umatku! Sambil menangis”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, I : 191, Abu ‘Awanah, al-Musnad, I : 137, An Nasai, as Sunanul Kubra, VI : 373, Al Baehaqi, Syu’abul Iman, I : 283, Ibnu Mundah, al Iman, II : 868.

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ بَعَثَ النَّبِيُّ  خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى بَنِي جَذِيمَةَ فَدَعَاهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ فَلَمْ يُحْسِنُوا أَنْ يَقُولُوا أَسْلَمْنَا فَجَعَلُوا يَقُولُونَ صَبَأْنَا صَبَأْنَا فَجَعَلَ خَالِدٌ يَقْتُلُ مِنْهُمْ … فَذَكَرْنَاهُ فَرَفَعَ النَّبِيُّ  يَدَهُ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ مَرَّتَيْنِ .رواه البخاري و ابن حبان و البيهقي و النسائي و عبد الرزاق و احمد و عبد بن حميد

Dari Salim, dari bapaknya ia mengatakan,’Nabi Saw. mengutus Khalid bin Al Walid ke bani Jadzimah. Ia mengajak mereka untuk memeluk Islam, akan tetapi mereka tidak mengetahui (mengerti dengan baik) untuk mengatakan kami berserah diri. Bahkan mereka mengatakan,’Kami berpindah agama, kami berpindah agama. Maka mulailah Khalid membunuh salah seorang dari mereka…lalu kami terangkan hal itu kepada beliau, maka Nabi Saw. mengangkat tanga seraya berdo’a,’Ya Allah! Sesungguhnya aku melepas diri dari apa yang telah diperbuat oleh Khalid (diucapkan dua kali).” H.r. Al Bukhari, Shahih al-Bukhari, III : 70, Ibnu Hibban , Shahih Ibnu Hibban , VII : 120, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, IX : 115, An Nasai, as Sunanul Kubra, III : 474, Abdurrazaq, al-Mushannaf, V : 222, X : 174, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, X : 444, Abd bin Humaid, al-Musnad, I : 239.

Hadits Rasulullah SAW tentang berdo’a sambil mengangkat tangan pada tempat-tempat dan keadaan tertentu. Seperti,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ… فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ طَوَافِهِ أَتَى الصَّفَا فَعَلاَ عَلَيْهِ حَتَّى نَظَرَ إِلَى الْبَيْتِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَحْمَدُ اللهَ وَيَدْعُو بِمَا شَاءَ أَنْ يَدْعُوَ. رواه مسلم و ابن خزيمة و ابو عوانة و البيهقي و ابن أبي شيبة

Dari Abu Hurairah, ia mengatakan,’…Ketika Rasulullah Saw. selesai dari thawafnya, beliau datang ke Shafa, lalu naik sampai beliau melihat Al Bait (Ka’bah), kemudian beliau mengangkat kedua tangannya , lalu mulailah membaca tahmid (memuji kepada Allah) dan berdo’a apa yang ia kehendaki”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, III : 1406, Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, IV : 230, Abu ‘Awanah, al-Musnad, IV : 290, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, IX : 117, Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, VII : 397.

عَنِ الزُّهْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ  كَانَ إِذَا رَمَى الْجَمْرَةَ الَّتِي تَلِي مَسْجِدَ مِنًى يَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ تَقَدَّمَ أَمَامَهَا فَوَقَفَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو وَكَانَ يُطِيلُ الْوُقُوفَ ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الثَّانِيَةَ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ يَنْحَدِرُ ذَاتَ الْيَسَارِ مِمَّا يَلِي الْوَادِيَ فَيَقِفُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الْعَقَبَةِ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عِنْدَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَنْصَرِفُ وَلاَ يَقِفُ عِنْدَهَا قَالَ الزُّهْرِيُّ سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِاللهِ يُحَدِّثُ مِثْلَ هَذَا عَنْ أَبِيهِ عَنِ النَّبِيِّ  وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ . رواه البخاري و ابن خزيمة و الحاكم و الدارمي و النسائي والبيهقي و الدارقطني

Dari Az Zuhri, sesungguhnya Rasulullah Saw. melontar al Jumrah yang berdekatan dengan mesjid di mina, beliau melemparinya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada setiap kali lemparan lalu berdiri di depanya menghadap kiblat, berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya dan berdiri di situ lama sekali. Kemudian beliau mendatangi al Jamrah yang kedua lalu melamparinya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada setiap kali lemparan, lalu menepi kesebelah kiri al Wadi berdiri mengahadap kiblat berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya. Kemudian mendatangi al Jamrah Aqabah, lalu beliau melemparinya dengan tujuh batu kecil, beliau bertakbir pada setiap kali lemparan, lalu pergi dan tidak berhenti dahulu di situ”. Az Zuhri mengatakan,’Saya mendengar Salim bin Abdullah menceritakan seperti itu dari ayahnya dari Nabi Saw. dan Ibnu Umar pun mengamalkannya. H.r. Al Bukhari, Shahih al Bukhari, I : 368, Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, IV : 317, Al Hakim, al-Mustadrak, I : 478, Ad Darimi, Sunan ad Darimi, II : 63, An Nasai, Sunan an Nasai (as-Shugra), V : 276; as Sunanul Kubra,’II : 441, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, V: 148, Ad Daraquthni, Sunan Ad Daraquthni, II : 275.

عَنْ عَطَاءٍ قَالَ قَالَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ  بِعَرَفَاتٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُو.

Dari Atha, ia mengatakan,’Usamah bin Zaid mengatakan,’Saya membonceng Nabi Saw. di Arafah, lalu beliau mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a” H.r. Ibnu Khuzaemah, Shahih Ibnu Khuzaemah, IV : 258, An Nasai, Sunan an Nasai, V : 254; as Sunanul Kubra, II : 423, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, XXXVI : 146, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, V : 112, Abu Abdullah al Hanbali al Maqdisi, al Ahaditsil Mukhtarah, IV ; 123-124.

Dalam hadis lain diterangkan:

عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ حَجَّةِ النَّبِيِّ  فَقَالَ رَكِبَ حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ ناَقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخْرَاتِ وَجَعَلَ جَبَلَ الْمَشَّاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصَّفْرَةُ قَلِيْلاً حِيْنَ غَابَ الْقَرْصُ رَفَعَ الْيَدَيْنِ بِالدُّعَاءِ بِعَرَفَةَ. رواه النسائي، السنن الكبرى 2: 423.

Dari Ja’far bin Muhamad bin Ali dari bapaknya, ia mengatakan,’Kami menemui Jabir bin Abdullah, aku berkata,’Kabarilah aku tentang haji Nabi Saw.! Maka ia menerangkan,’Beliau (berangkat) menunggangi kendaraan sehingga sampai di tempat wuquf, beliau menjadikan perut untanya al Qaswa mengahadap As Shakhra serta menjadikan bukit Al Masyat di depannya, dan beliau menghadap kiblat terus-menerus wuquf sampai matahari terbenam dan mega kuning sedikit menghilang ketika waktu sore telah habis (masuk waktu Magrib), beliau mengangkat kedua tangan sambil berdo’a di Arafah. H.r. An Nasai, as Sunanul Kubra, II : 423.

Dalam periwayatan At Thabrani, dari Jurairi diterangkan bahwa Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangan ketika berdo’a di Arafah tidak melebihi dari kepalanya. (al Mu’jamul Kabir, II:332)

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَرْمِي بِأَسْهُمِي فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ  إِذِ انْكَسَفَتِ الشَّمْسُ فَنَبَذْتُهُنَّ وَقُلْتُ لأَنْظُرَنَّ إِلَى مَا يَحْدُثُ لِرَسُولِ اللهِ  فِي انْكِسَافِ الشَّمْسِ الْيَوْمَ فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ يَدْعُو وَيُكَبِّرُ وَيَحْمَدُ وَيُهَلِّلُ حَتَّى جُلِّيَ عَنِ الشَّمْسِ فَقَرَأَ سُورَتَيْنِ وَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ.رواه مسلم و البيهقي و أبو داود

Dari Abdurrahman bin Samurah, ia mengatakan,’Ketika saya sedang main lempar panah pada masa Rasulullah Saw. tiba-tiba terjadi gerhana matahari, lalu saya meninggalkanya dan saya berkata,’Saya akan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ketika terjadi gerhana pada hari itu. Kemudian saya menjumpai beliau, pada saat itu Rasulullah Saw. sedang mengangkat kedua tangannya berdo’a, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil sampai terang kembali. Maka beliau membaca dua surat dan salat dua rakaat”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, II : 269, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, III : 332, Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 264.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ  لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي الاسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ. رواه البخاري و مسلم و البيهقي و ابو داود و النسائي و ابن ماجه و احمد و ابو يعلى

Dari Anas bin Malik, Bahwasannya nya Nabi Saw. tidak pernah mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a melainkan pada salat istisqa sampai terlihat putihnya kedua ketiaknya”. H.r. Al Bukhari, Shahih al Bukhari, I : 226, Muslim, Shahih Muslim, II : 216, , Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, III : 357, Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 216, An Nasai, as Sunanul Kubra, I : 450, 559, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, I : 373, Ahmad, Musnad al Imam Amad, XX : 231, Abu Ya’la, al-Musnad, V : 339, 346, 399.

MENDENGAR:

  1. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH. Usman Sholehuddin

  2. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis K.H. Drs. Shiddiq Amien, MBA

  3. Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh K.H. Drs. Uus M Ruhiat

  4. Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:

  1. Perlunya kejelasan hukum mengenai permasalahan mengangkat tangan sambil berdo’a

  2. Adanya pendapat yang mengatakan boleh berdo’a sambil mengangkat tangan kapan pun dan dalam kondisi apapun.

  3. Hadits-hadits Rasulullah SAW yang menerangkan bahwa beliau berdo’a sambil mengangkat tangan dalam kondisi-kondisi tertentu.

  4. Lemahnya istidlal orang yang mengatakan bahwa boleh mengangkat tangan pada setiap do’a.

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBAT:

  1. Berdo’a dan kaifiyyatnya adalah ta’abbudi.

  1. Mengangkat kedua tangan waktu berdo’a pada kondisi dan tempat tertentu disyari’atkan.

  1. Berdo’a sambil mengangkat kedua tangan pada kondisi dan tempat tertentu yang tidak ada keterangan yang sahih adalah bid’ah.