Tentang hukum membaca do’a tasyahud

I. Membaca do’a tasyahud wajib

Dalil 1

سنن النسائي ١٢٦٠: …عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كُنَّا نَقُولُ فِي الصَّلَاةِ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ التَّشَهُّدُ السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ السَّلَامُ عَلَى جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُولُوا هَكَذَا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Sunan Nasa'i 1260: …Dari Ibnu Mas'ud dia berkata: "Sebelum kami diwajibkan tasyahud, kami mengucapkan dalam shalat, 'Assalamu'alallah, assalamu 'alaa Jibril, assalamu 'ala Mikail (keselamatan bagi Allah, keselamatan bagi Jibril, keselamatan bagi Mikail) '. Kemudian Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam bersabda: 'Janganlah kalian megucapkan hal itu, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Assalam (Maha Pemberi Keselamatan). Ucapkanlah, "At-tahiyatul lillahi wash-shalawatu wath-thayyibatu, as-salamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh, as-salamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahish-shalihin, asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh (Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan rahmat dan keberkahan terlimpahkan atasmu wahai Nabi, juga keselamatan surga terlimpahkan atas kami dari hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya)."

Dali 2

سنن النسائي ١١٦٤: …عَنْ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فَقَامَ فِي الشَّفْعِ الَّذِي كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَجْلِسَ فِيهِ فَمَضَى فِي صَلَاتِهِ حَتَّى إِذَا كَانَ فِي آخِرِ صَلَاتِهِ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ ثُمَّ سَلَّمَ

Sunan Nasa'i 1164: …Dari 'Abdurrahman Al A'raj dari Ibnu Buhainah. Pernah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam shalat, saat beliau menyelesaikan rakaat genap (dua atau empat) seketika beliau berdiri yang seharusnya beliau duduk, maka beliau terus melanjutkan shalatnya hingga ketika beliau sudah hampir selesai dari shalatnya, beliau sujud dua kali sebelum mengucapkan salam. Setelah itu beliau mengucapkan salam.

Dalil pertama keterangan kalimat menunjukkan akan wajibnya bacaan.

قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ التَّشَهُّدُ “sebelum diwajibkan tasyahud ”

قُولُوا التَّحِيَّاتُ Ucapkanlah, "At-tahiyatul lillahi

Keterangan ini menunjukkan wajibnya bacaan tasyahud.

Dalil kedua keterangan akan adanya sujud sahwi bila tasyahud terlewat maka melakukan sujud sahwi

Mari perhatikan pendapat Ibnu Taimiyah (Al-Muntaqaal Akhbar Min Ahadisi Syaidil Ahkyar) beliau menulis bab “bahwa tasyahud di dalam shalat itu hukumnya fardhu” dengan menuliskan hadits (dalil 1).

Dengan demikian hukum membaca tasyahud adalah wajib

II. Hukum membaca do’a tasyahud sunnat muaqqad

Dalil 1

1. Dari Ibnu Mas`ud

صحيح البخاري ٧٨٨: …عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ فَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Shahih Bukhari 788: …Dari Syaqiq bin Salamah berkata: berkata: Abdullah berkata: Jika kami shalat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kami membaca: ASSALAAMU 'ALAA JIBRIL WA MIKAA'IL. ASSALAAMU 'ALAA FULAN WA FULAN (Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada malaikat Jibril dan Mika'il, dan semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada si fulan dan si fulan). Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh ke arah kami seraya bersabda: "Sesungguhnya Allah, Dialah As Salaam. Maka jika seseorang dari kalian shalat, hendaklah ia membaca: ATTAHIYYAATU LILLAHI WASHSHALAWAATU WATHTHAYYIBAAT. ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU 'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAHISH SHAALIHIIN (Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih). Sesungguhnya jika kalian mengucapkan seperti ini, maka kalian telah mengucapkan salam kepada seluruh hamba Allah yang shalih di langit maupun di bumi. (Dan lanjutkanlah dengan bacaan): 'ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya')."

Dalil 2

2. Dari Ibnu Abbas

صحيح مسلم ٦١٠: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ فَكَانَ يَقُولُ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ رُمْحٍ كَمَا يُعَلِّمُنَا الْقُرْآنَ

Shahih Muslim 610: …Dari Ibnu Abbas Bahwasannya nya dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kami tasyahhud sebagaimana beliau mengajarkan kami sebuah surat Al-Quran , lalu pada waktu itu beliau membaca, 'Attahiyyat ash-Shalawat ath-Thayyibat Lillah, Assalamu alaika, Ayyuha an-Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuhu, Assalamu'alaina wa ala Ibadillahishshaalihin. (Segala penghormatan shalawat dan juga kebaikan bagi Allah,. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih. Ashadu an laa ilaaha illallah waasyhaduanna muhammadar rasullullah (Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) '. Dan dalam suatu riwayat, "Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami al-Qur'an."

Bahwa Rasulullah pada prakteknya tidak pernah meninggalkan bacaan tasyahud, tetapi hadist-haditsyang ada perintah (amr) tidak bersifat gair jazm (tidak tegas) mewajibkan.

III. Hukum membaca do’a tasyahud sunnat

Dalil 1

…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Shahih Bukhari 715: …Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke masjid, lalu ada juga seorang laki-laki masuk Masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada Nabi ﷺ. Beliau menjawab dan berkata kepadanya: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi kemudian datang menghadap kepada Nabi ﷺ dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata: "Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkanlah aku!" Beliau lantas berkata:

"Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al-Quran kemudian ruku’lah sampai benar-benar ruku’ dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari ruku’) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu."

Kemudian dalam salah satu riwayat yang lainnya beliau bersabda pula: maka apabila engkau menyempurnakan shalat ini, maka sungguh engkau telah menyempurnakan shalat, dan apabila engkau mengurangi dari cara shalat ini, maka engkau telah mengurangi shalat ini … (HR. Ahmad, No 482)

Ibnu Hajar pernah menjelaskan sebagai berikut:

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْإِقَامَةَ وَالتَّعَوُّذَ وَدُعَاءَ الِافْتِتَاحِ وَرَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الْإِحْرَامِ وَغَيْرِهِ وَوَضْعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَتَكْبِيرَاتِ الِانْتِقَالَاتِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَهَيْئَاتِ الْجُلُوسِ وَوَضْعَ الْيَدِ عَلَى الْفَخِذِ وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ فِي الْحَدِيثِ لَيْسَ بِوَاجِبٍ

“… maka pada riwayat itu sebagai dalil, bahwa iqomah, ta’awwudz, do’a iftitah, mengangkat dua tangan saat takbiratul ihram dan yang lainnya, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri, takbir intiqal, bacaan tasybih diwaktu ruku’ dan sujud, cara-cara duduk dan menyimpan tangan kanan di atas paha dan sejenis dengannya itu adalah tidak wajib…” (Fathul Bari II:280)

Maka dengan hal dan keterangan tersebut, kita mengetahui dan dapat membedakan antara yang wajib dan yang sunnat di dalam shalat.

Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam qaidah ushul fiqih:

مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب

"Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"

Pada haditsyang telah disebutkan jelas sekali keterangan perintah duduk, baik duduk antara dua sujud dan tasyahud

Kesimpulan keterangan yang telah disebutkan bahwa duduk tasyahud adalah salah satu rukun dalam shalat Adapun bacaan atau do’a tasyahud adalah sunnat.

IV. Pendapat kami

Kesimpulan kaifiyat tasyahud awal adalah salah satu rukun dalam shalat dan bacaanyaadalah sunnat