Kaifiyat Bangkit Untuk Duduk Dan Kaifiyat Duduk Antara Dua Sujud
A. Pengertian Duduk Antara Dua Sujud
Duduk diantara dua sujud adalah duduk dalam shalat yang dilakukan setelah sujud pertama atau sebelum sujud kedua dalam setiap rakaat
B. Hukum Duduk Antara Dua Sujud
Dalil 1.
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ …فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 715: …Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke masjid, … Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur'an kemudian ruku’lah sampai benar-benar ruku’ dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari ruku’) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu."
Dalil 2
مسند أحمد ١٨٢٢٧: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ …فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا …فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ
Musnad Ahmad 18227: … Telah menceritakan kepada kami Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya ….Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: kemudian angkatlah kepalamu hingga kamu tenang dalam posisi duduk….Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu."
Ibnu Hajar pernah menjelaskan sebagai berikut:
وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْإِقَامَةَ وَالتَّعَوُّذَ وَدُعَاءَ الِافْتِتَاحِ وَرَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الْإِحْرَامِ وَغَيْرِهِ وَوَضْعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَتَكْبِيرَاتِ الِانْتِقَالَاتِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَهَيْئَاتِ الْجُلُوسِ وَوَضْعَ الْيَدِ عَلَى الْفَخِذِ وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ فِي الْحَدِيثِ لَيْسَ بِوَاجِبٍ
(Fathul Bari II:280): “… maka pada riwayat itu sebagai dalil, bahwa iqomah, ta’awwudz, do’a iftitah, mengangkat dua tangan saat takbiratul ihram dan yang lainnya, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri, takbir intiqal, bacaan tasybih diwaktu ruku’ dan sujud, cara-cara duduk dan menyimpan tangan kanan di atas paha dan sejenis dengannya itu adalah tidak wajib…”
Maka dengan keterangan tersebut, kita mengetahui dan dapat membedakan antara yang wajib dan yang sunnat di dalam shalat.
Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam qaidah ushul fiqih:
مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب
Artinya : "Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"
Pada haditsyang telah disebutkan jelas sekali keterangan perintah duduk, baik duduk antara dua sujud dan tasyahud keduanya menjadi salah satu rukun dalam shalat
Kesimpulan duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah adalah salah satu rukun shalat.
C. Kaifiyat Bangkit Untuk Duduk Antara Dua Sujud
“BANGKIT SAMBIL BERTAKBIR, KEMUDIAN DUDUK DENGAN MENGHAMPARKAN KAKI KIRI KEMUDIAN MENDUDUKINYA,POSISIKAN KAKI KANAN JARI-JARINYA MENGHADAP KIBLAT DAN TELAPAK KAKINYA MENANCAP LURUS, KEMBALIKAN TULANG-TULANG PADA TEMPAT MASING-MASING YAITU PUNGGUNG DAN POSISIKAN DUA TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA ATAU LUTUT ATAU TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA DAN UJUNG JARI DI ATAS LUTUT, JARI-JARI TANGAN TALAZUM (ALAMIAH/TIDAK RAPAT DAN TIDAK RENGGANG BERLEBIHAN), POSISI MATA MELIHAT KE TEMPAT SUJUD, SETELAH SEMUA THUMA’NINAH, KEMUDIAN BACALAH DO’A DUDUK ANTARA DUA SUJUD”
Rangkaiannya adalah sebagai berikut :
1) BANGKIT SAMBIL BERTAKBIR, KEMUDIAN DUDUK DENGAN MENGHAMPARKAN KAKI KIRI KEMUDIAN MENDUDUKINYA,POSISIKAN KAKI KANAN JARI-JARINYA MENGHADAP KIBLAT TELAPAK KAKINYA MENANCAP LURUS
2) KEMBALIKAN TULANG-TULANG PADA TEMPAT MASING-MASING YAITU PUNGGUNG
3) POSISIKAN DUA TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA ATAU LUTUT ATAU TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA DAN UJUNG JARI DI ATAS LUTUT
4) JARI-JARI TANGAN TALAZUM (ALAMIAH/TIDAK RAPAT DAN TIDAK RENGGANG BERLEBIHAN)
5) POSISI MATA MELIHAT KE TEMPAT SUJUD
6) SETELAH SEMUA THUMA’NINAH
7) BACALAH DO’A DUDUK ANTARA DUA SUJUD
DALIL-DALIL DAN KETERANGAN
Pada dasarnya duduk antara dua sujud sama dengan duduk tasyahud awal, berikut penjelasannya :
Dalil 1.
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ …ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 715: …Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke masjid, …lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu."
Dalil 2
سنن الدارمي ١٢٩٨: … عَنْ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ خَوَّى بِيَدَيْهِ يَعْنِي جَنَّحَ حَتَّى يُرَى وَضَحُ إِبْطَيْهِ مِنْ وَرَائِهِ وَإِذَا قَعَدَ اطْمَأَنَّ عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
Sunan Darimi 1298: … Dari Maimunah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sujud, maka beliau mengosongkan dengan kedua tangannya, membentangkan kedua sikunya seperti sayap hingga dari belakang terlihat putihnya kedua ketiak beliau. Jika duduk maka beliau duduk dengan tenang di atas paha kirinya.”
Dalil 3.
… ثُمَّ ثَنَى رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَيْهَا ثُمَّ اعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِى مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلاً ثُمَّ أَهْوَى سَاجِدًا…
(Abu Humaid As-Sa’idi berkata)… “Kemudian Rasulullah sallalahu ‘alaihi wasallam membengkokkan kaki kirinya dan mendudukinya. Kemudian kembali lurus hingga setiap tulang kembali pada tempatnya. Lalu turun sujud.”… (HR. Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, 2/105
Dalil 1 memberi keterangan tentang duduk dan lakukan disetiap shalat menunjukkan bahwa duduk antara dua sujud ada di dalamnya.
Dalil 2 menunjukkan duduk antara dua sujud dan duduk tasyahud awal adalah sama yaitu mendudduki kaki kiri dengan thuma’ninah
Dalil 3 mempertegas bahwa tidak ada perbedaan kaifiyat antara duduk tasyahud awal dan duduk antara dua sujud adalah sama.
Kesimpulan duduk antara dua sujud kaifiyatnya sama dengan tasyahud awal yang membedakanya adalah posisi tangan kanan yang berisyarat dan do’a
1) BANGKIT SAMBIL BERTAKBIR, KEMUDIAN DUDUK DENGAN MENGHAMPARKAN KAKI KIRI KEMUDIAN MENDUDUKINYA, POSISIKAN KAKI KANAN JARI-JARINYA MENGHADAP KIBLAT TELAPAK KAKINYA MENANCAP LURUS
Dalil 1
صحيح البخاري ٧٦١: … عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَكَانَ يُكَبِّرُ فِي كُلِّ صَلَاةٍ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ وَغَيْرِهَا فِي رَمَضَانَ… ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ…
Shahih Bukhari 761: … Dari Az Zuhri berkata: telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar bin 'Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam dan Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah bertakbir dalam setiap shalat yang wajib dan yang lainnya baik pada bulan Ramadlan maupun di luar Ramadlan. …Kemudian bertakbir ketika mengangkat kepalanya dari sujud…
Dalil 2
… ابْنَ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ وَإِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ وَلَا يَفْعَلُهُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ…
Shahih Muslim 587… Ibnu Umar berkata, "Rasululllah apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir, lalu jika beliau ingin ruku’ maka beliau mengerjakan seperti itu, dan apabila berdiri dari ruku’ maka beliau mengerjakan seperti itu, namun beliau tidak mengerjakannya ketika mengangkat kepalanya dari sujud…"
Dalil 3
سنن النسائي ١١٤٦: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْصِبَ الْقَدَمَ الْيُمْنَى وَاسْتِقْبَالُهُ بِأَصَابِعِهَا الْقِبْلَةَ وَالْجُلُوسُ عَلَى الْيُسْرَى
Sunan Nasa'i 1146: Dari 'Abdullah bin 'Abdullah bin 'Umar dari bapaknya dia berkata:"Termasuk sunnah shalat adalah engkau menegakkan kaki kanan dan menghadapkan jari-jemari kedua kaki ke kiblat, serta duduk di atas kaki kiri."
Dalil 4
سنن أبي داوود ٨٢١: … عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ سُنَّةُ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْصِبَ رِجْلَكَ الْيُمْنَى وَتَثْنِيَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى
Sunan Abu Daud 821: … Dari Abdullah bin Umar dia berkata: "Diantara sunnah dalam shalat adalah kamu menegakkan kaki kananmu dan melipat kaki kirimu (dalam posisi duduk)."
Dalil 5
سنن النسائي ١١٤٦: … عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْصِبَ الْقَدَمَ الْيُمْنَى وَاسْتِقْبَالُهُ بِأَصَابِعِهَا الْقِبْلَةَ وَالْجُلُوسُ عَلَى الْيُسْرَى
Sunan Nasa'i 1146: … Dari 'Abdullah bin 'Abdullah bin 'Umar dari bapaknya dia berkata: "Termasuk sunnah shalat adalah engkau menegakkan kaki kanan dan menghadapkan jari-jemari kedua kaki ke kiblat, serta duduk di atas kaki kiri."
Dalil 1 perintah bangkit sambil bertakbir
Dalil 2 tidak adanya perintah mengangkat tangan
Dalil 3 perintah duduk di atas kaki yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan.
Dalil 4 melipat kaki dan mendudukinya
Dalil 5 posisikan kaki kanan jari-jarinya menghadap kiblat
Kesimpulan dalil Bangkit sambil bertakbir, kemudian duduk dengan menghamparkan kaki kiri kemudian mendudukinya, posisikan kaki kanan jari-jarinya menghadap kiblat telapak kakinya menancap lurus adalah posisi bangkit dari sujud sambil bertakbir kemudian melipat kaki bagian kiri kemudian diduduki sementara kaki kanan ditarik kebelakang tegakan telapak kakinya dan jari-jarinya hadapkan ke arah kiblat
BANGKIT SAMBIL BERTAKBIR, KEMUDIAN DUDUK DENGAN MENGHAMPARKAN KAKI KIRI KEMUDIAN MENDUDUKINYA, POSISIKAN KAKI KANAN JARI-JARINYA MENGHADAP KIBLAT TELAPAK KAKINYA MENANCAP LURUS adalah bangkit dari sujud untuk duduk antara dua sujud sambil bertakbir dengan menghamparkan kaki kiri kemudian mendudukinya, posisikan kaki kanan jari-jarinya menghadap kiblat telapak kakinya menancap lurus
2) KEMBALIKAN TULANG-TULANG PADA TEMPAT MASING-MASING YAITU PUNGGUNG
Dalil 1
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ… فَقَالَ …ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 715:: …Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke masjid, … Beliau lantas berkata: "… angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu."
Dalil 2
… ثُمَّ ثَنَى رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَيْهَا ثُمَّ اعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِى مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلاً ثُمَّ أَهْوَى سَاجِدًا…
(Abu Humaid As-Sa’idi berkata)… “Kemudian Rasulullah sallalahu ‘alaihi wasallam membengkokkan kaki kirinya dan mendudukinya. Kemudian kembali lurus hingga setiap tulang kembali pada tempatnya.”… (HR. Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, 2/105
Dalil 1 kalimat angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah menunjukkan duduk antara dua sujud harus dilakukan dengan thuma’ninah
Dalil 2 kalimat Kemudian kembali lurus hingga setiap tulang kembali pada tempatnya menunjukkan kelurusan punggung dan mengembalikan tulang kepada tempatnya
Kembalikan tulang-tulang pada tempat masing-masing adalah ketika duduk antara dua sujud lakukan dengan thuma’ninah dengan meluruskan dan menempatkat setiap tulang pada tempatnya.
3) POSISIKAN DUA TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA ATAU LUTUT ATAU TELAPAK TANGAN DI ATAS PAHA DAN UJUNG JARI DI ATAS LUTUT
Adapun posisi tangan, tidak ada dalil khusus terkait dengan hal tersebut, namun karena kaifiyat duduknya sama dengan tasyahud awal yaitu duduk iftirasy, maka dalil yang digunakan adalah terkait dengan iftirasy, namun perbedaannya adalah pada posisi dimana tidak bertahiyat atau berisyarat, sebagaimana dalam tasyahud awal
Dalil 1
…عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَعَدَ فِي التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَعَقَدَ ثَلَاثَةً وَخَمْسِينَ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ…
Shahih Muslim 912:… Dari Nafi' dari Ibn Umar bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk tasyahhud, beliau meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya di atas lutut kanannya, dan beliau lingkarkan jarinya sehingga membentuk angka lima puluh tiga, lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk.
Dalil 2.
صحيح مسلم ٩١٠: …عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Shahih Muslim 910: … Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika duduk berdo’a, beliau letakkan tangan kanannya di atas paha kananya, dan tangan kirinya di atas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya.
Dalil 1 menunjukkan bahwa posisi kedua tangan disimpan di lutut
Dalil 2 menunjukkan posisi kedua tangan disimpan di paha
Dengan keterangan ini ada dua posisi tangan yaitu di atas paha dan lutut, dengan demikian menjadi hujjah yang shahih menjadi pilihan kita.
Tetapi Mari perhatikan pendapat Ibnu Qoyim dalam Al-Majmu’, 3/415, Zadul Ma’ad, 1/60 Di saat duduk diantara dua sujud ini, disenangi meletakkan kedua tangan di atas kedua paha dekat dengan kedua lutut, siku berada di atas paha, sedangkan ujung jari di atas lutut dalam keadaan jari-jemari ini agak direnggangkan dan dihadapkan ke arah kiblat. Juga mari perhatikan juga Pendapat Ust Ginanjar dalam rubrik Rumah fiqh © Tanya Jawab dan Keislaman 2013-2019 - tanyajawabfikih.com berkesimpulan pada hadis pertama menunjukkan bahwa ketika duduk dan berdo’a, posisi tangan kanan di atas paha kaki kanan dan posisi tangan kiri di atas paha kaki kiri. Adapun hadis kedua, tambahan informasinya posisi tangan berada di lutut. Jika dibaca secara utuh maka kedua hadis di atas saling melengkapi informasi satu sama lain sehingga menjadi sebuah gambaran yang utuh, yaitu kaifiyat menyimpan tangan ketika duduk diantara dua sujud adalah dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas paha kanan dan telapan tangan kiri di atas paha kaki kiri dimana kedua ujung-ujung jari berada di pangkal kedua lutut.
Kesimpulan posisikan dua telapak tangan di atas paha atau lutut atau posisi kedua telapak tangan di kedua paha dan posisi jari-jari kedua tangan berada di ujung dikedua lutut
4) JARI-JARI TANGAN TALAZUM (ALAMIAH/ TIDAK RAPAT DAN TIDAK RENGGANG BERLEBIHAN)
Adapun jari-jari tangan apakah dirapatkan atau direnggangkan, tidak ada dalil yang mengkhususkan terkait dengan hal tersebut, namun karena kaifiyat duduknya sama dengan tasyahud awal yaitu duduk iftirasy, maka dalil yang digunakan adalah terkait dengan iftirasy. perbedaannya adalah pada bacaan do’a dan tidak berisyarat dengan jari telunjuk sebagaimana dalam tasyahud awal.
Dalil 1
صحيح مسلم ٩١١: … عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَرَفَعَ إِصْبَعَهُ الْيُمْنَى الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فَدَعَا بِهَا وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى بَاسِطَهَا عَلَيْهَا
Shahih Muslim 911: … Dari Nafi' dari Ibn Umar, bahwa apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam shalat, beliau meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya, dan beliau angkat jari kanan sebelah jempolnya (telunjuk) sambil memanjatkan do’a, sementara tangan kirinya di atas lutut kirinya sambil dibuka."
Dalil 2.
صحيح مسلم ٩١٣: …عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُعَاوِيِّ أَنَّهُ …قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى…
Shahih Muslim 913:… Dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi, dia berkata: "Jika beliau duduk dalam shalat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau genggam semua jari jemarinya sambil memberi isyarat dengan jari sebelah jempol (telunjuk), beliau juga meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya."…
Dalil 3.
سنن النسائي ٨٧٩: …حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ أَخْبَرَهُ قَالَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا قَالَ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ لَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Sunan Nasa'i 879… Telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Kulaib dia berkata: bapakku telah menceritakan kepadaku Bahwasannya nya Wa'il bin Hujr mengabarkan kepadanya, dia berkata: "Aku berkata: Aku ingin melihat bagaimana cara shalat Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam, maka aku pun memperhatikannya. Beliau berdiri, kemudian takbir dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya. Lantas beliau meletakkan tangan kanannya di atas telapak kirinya, juga di atas pergelangan tangannya, dan meletakkannya di atas lengannya. Ketika hendak ruku’ beliau mengangkat kedua tangannya sama seperti tadi (sejajar dengan kedua telinganya). Beliau meletakkan kedua tangannya di kedua lututnya, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengangkat kedua tangannya, sejajar dengan kedua telinganya, kemudian sujud. Beliau meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya, kemudian duduk di atas kaki kiri. Beliau juga meletakkan telapak tangan kiri diantara paha dan lutut kiri. Lalu beliau meletakkan ujung lengan kanan di atas paha kanan. Kemudian ia menggenggam dua jarinya serta membentuk lingkaran, lantas mengangkat jarinya. Aku melihat beliau menggerak-gerakkannya dan berdo’a dengannya."
Dalil 4.
صحيح مسلم ٩١٠: … عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Shahih Muslim 910: … Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika duduk berdo’a, beliau letakkan tangan kanannya di atas paha kananya, dan tangan kirinya di atas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya.
Dalil 1
Hadits ini masih mutlaq dan ketika berdiri sendiri seolah-olah hanya menyimpan tangan kanan di atas paha kanan. Akan tetapi diyakini oleh para ulama disebabkan banyak yang menerangkan secara lebih terbatas dan jelas bahwa jari-jari selain dipakai isyarat dilipat, digenggamkan, atau dibuat lingkaran. Dengan demikian haditsini menjadi muqayyad (al-fatur Rabani, IV : 19
Dalil 2 perhatikan kalimat
وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ
Mengepalkan semua jarinya, beliau berisyarat dengan jari yang yang mengiringi ibu jarinya
Dalil ketiga “Beliau juga meletakkan telapak tangan kiri diantara paha dan lutut kiri. Lalu beliau meletakkan ujung lengan kanan di atas paha kanan. Kemudian ia menggenggam dua jarinya serta membentuk lingkaran” dalil ini sebagai penegas dalil dua yang memiliki kalimat yang sama.
Dalil 4.
Dalam Nailul Author 11 : 316 kalimat
وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ
Keterangan ini tidak memakai kalimat qabada bi usbhu`ihi atau wa aqada salasatan wa khamsina sedangkan isyarat disebutkan setelah menyimpan tangan kanan di atas paha kanan dengan demikian jari-jari yang lain tidak digenggam .
Mari perhatikan pendapat Ibnu Qoyim dalam al-Majmu’, 3/415, Zadul Ma’ad, 1/60
Di saat duduk diantara dua sujud ini, disenangi meletakkan kedua tangan di atas kedua paha dekat dengan kedua lutut, siku berada di atas paha, sedangkan ujung jari di atas lutut dalam keadaan jari-jemari ini agak direnggangkan dan dihadapkan ke arah kiblat.
Kesimpulan dengan keterangan-keterangan yang telah disebutkan menunjukkan jari-jari tangan talazum / alamiah, tidak rapat dan tidak renggang berlebihan
5) POSISI MATA MELIHAT KE TEMPAT SUJUD
Pada dasarnya posisi mata melihat kemana ketika duduk antara dua sujud tidak ada haditsyang secara pasti menunjukkan ke mana, untuk itu kembali ke dalil umum tentang posisi mata melihat ke tempat sujud dalam shalat.
Dalil 1
…حَدَّثَنَا قَتَادَةُ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي صَلَاتِهِمْ فَاشْتَدَّ قَوْلُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى قَالَ لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ
Shahih Bukhari 708:…Telah menceritakan kepada kami Qatadah bahwa Anas bin Malik ia menceritakan kepada mereka, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat?" Suara beliau semakin tinggi hingga beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka.
Dalil 2.
…عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Shahih Bukhari 709:…Dari 'Aisyah berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang menoleh dalam shalat. Maka Beliau bersabda: "Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba."
…عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " كَانَ إِذَا صَلَّى رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَنَزَلَتْ {الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ} [المؤمنون: 2] فَطَأْطَأَ رَأْسَهُ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ لَوْلَا خِلَافٌ فِيهِ عَلَى مُحَمَّدٍ فَقَدْ قِيلَ عَنْهُ مُرْسَلًا وَلَمْ يُخْرِجَاهُ» التعليق - من تلخيص الذهبي
Dari Muhamad bin Sirin dari Abu Hurairah R.a, Bahwasannya Rasulullah SAW. apabila salat mengarahkan pandangannya ke langit. Lalu turunlah ayat – Mereka orang-orang yang khusyuk dalam salat mereka – maka Nabi SAW. Menundukan kepala beliau (pandangannya).’’Al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain,VIII : 135, NO.3442. Mushanaf Abdurrazaq, II : 254, No.3262, As-sunan Al-kubra Lil-Baihaqi, II : 283.
Dalil 4
Dalam Ta’zhim Qadris Shalah, 192
عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: كَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يَنْظُرَ الرَّجُلُ فِي صَلَاتِهِ إِلَى مَوْضِعِ سُجُودِهِ
“Dari Ibnu Sirin, beliau berkata: ‘para sahabat Nabi menganjurkan orang yang shalat untuk memandang tempat sujudnya
Dalil 5
صحيح البخاري ٧٧٠: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Shahih Bukhari 770: …Dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud): kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan kami tidak menyingkapkan rambut atau pakaian."
Dalil 6
… ثُمَّ ثَنَى رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَيْهَا ثُمَّ اعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِى مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلاً ثُمَّ أَهْوَى سَاجِدًا…
(Abu Humaid As-Sa’idi berkata)… “Kemudian Rasulullah sallalahu ‘alaihi wasallam membengkokkan kaki kirinya dan mendudukinya. Kemudian kembali lurus hingga setiap tulang kembali pada tempatnya.”… (HR. Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, 2/105
Dali 1 kalimat Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat?" Suara beliau semakin tinggi hingga beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka menunjukkan larangan melihat ke atas yang langsung di perintahkan oleh Nabi saw, sekaligus ancaman bagi yang melakukanya
Dalil 2 kalimat menoleh dalam shalat. Maka Beliau bersabda: "Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba. keterangan larangan menoleh dalam shalat
Dalil 3 kalimat maka Nabi saw . Menundukan kepala menunjukkan adanya keterangan dari Abu Hurairah melalui ibnu sirin akan keterangan melihat ke bawah dalam shalat
Dalil 4 kalimat Dari Ibnu Sirin, beliau berkata: ‘para sahabat Nabi menganjurkan orang yang shalat untuk memandang tempat sujudnya menunjukkan keterangan lanjutan dari ibnu bahwa melihat ke bawah yang dimaksud adalah tempat sujud yang bersumber dari Rasulullah SAW
Dalil 5 kalimat beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki menunjukkan bahwa tempat sujud terdiri dari bekas meletakkan hidung, kening, tangan dan kaki
Dalil 6 kalimat Kemudian kembali lurus hingga setiap tulang kembali pada tempatnya menunjukkan Ketika duduk antar dua sujud posisinya tegak lurus dan mengembalikan tulang pada tempatnya
Kesimpulan dalil bahwa dalam shalat tidak boleh memandang ke atas, atau menoleh kekanan atau kekiri tetapi melihat ke bawah yaitu tempat sujud, tempat sujud terdiri dari bekas meletakkan hidung, kening, tangan dan kaki pelaksaan melihat tempat sujud yang tersebut dengan tetap memperhatikan tegak lurus dan menempatkan tulang kepada tempatnya
Kesimpulan posisi mata melihat ketempat sujud adalah mengarahkan pandangan ke bawah dengan batasan bekas sujud dengan tetap mempertahankan kelurusan dan keseimbangan dalam duduk antara dua sujud.
6) SEMUANYA THUMA’NINAH
Dalil dan keterangan
… عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، …فَقَالَ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 5782 … Dari Abu Hurairah: sesungguhnya Rasulullah Saw masuk mesjid lalu seseorang masuk masjid… lalu Nabi bersabda… kemudian bangkitlah sehingga thuma’ninah duduknya kemudian lakukanlah seperti itu dalam setiap shalatmu”
Dalil 1 kalimat kemudian bangkitlah sehingga thuma’ninah duduknya kemudian lakukanlah seperti itu dalam setiap shalatmu menunjukkan bahwa duduk antara dua sujud harus dilakukan dengan thuma’ninah
Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah adalah bangkit sambil bertakbir, kemudian duduk dengan menghamparkan kaki kiri kemudian mendudukinya, posisikan kaki kanan jari-jarinya menghadap kiblat dan telapak kakinya menancap lurus, kembalikan tulang-tulang pada tempat masing-masing yaitu punggung lurus dan posisikan dua telapak tangan di atas paha atau ujung lutut, jari-jari tangan tidak rapat dan tidak renggang berlebihan (talajum / alamiah), posisi mata melihat ke tempat sujud lakukan semuanya dengan tenang.
7) BACALAH DO’A DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Dalil 1.
سنن ابن ماجه ٨٨٧: … عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Sunan Ibnu Majah 887: … Dari Hudzaifah berkata: "Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan: "RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). "
Dalil 2
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata:
…انَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ يقولُ بينَ السَّجدتينِ في صلاةِ اللَّيلِ ربِّ اغفِر لي وارحَمني واجبُرني وارزُقني وارفَعني…
“Biasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam ketika duduk diantara dua sujud pada salat malam beliau membaca: Robbighfirlii warahmnii, wajburnii, warzuqnii, warfa’nii (artinya: Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, berilah rezeki dan tinggikanlah derajatku)” (HR. Ibnu Majah no.888)
Dalil 3.
سنن الترمذي ٢٦٢: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي…
Sunan Tirmidzi 262: …Dari Ibnu Abbas berkata: "Ketika duduk diantara dua sujud, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca do`a: "ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII (ya Allah ampunila aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, berilah aku hidayah dan berilah aku rizqi)." ...
Dalil 4.
سنن أبي داوود ٧٢٤: … عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Sunan Abu Daud 724: … Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan diantara dua sujudnya "ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA'AFINI WAHDINI WARZUQNI" (ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).
Dari keempat dalil ini maka dapat menjadi hujjah, tinggal menjadi pilihan
RABBIGHFIRLI
ROBBIGHFIRLII WARAHMNII, WAJBURNII, WARZUQNII, WARFA’NII
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNI WA'AFINI WAHDINI WARZUQNI
a. Adapun tentang duduk iq’a
Dalil 1
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
… ﺃَﻣَﺮَﻧِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺜَﻠَﺎﺙٍ ﻭَﻧَﻬَﺎﻧِﻲ ﻋَﻦْ ﺛَﻠَﺎﺙٍﺃَﻣَﺮَﻧِﻲ ﺑِﺮَﻛْﻌَﺘَﻲْ ﺍﻟﻀُّﺤَﻰ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡٍﻭَﺍﻟْﻮِﺗْﺮِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَﺻِﻴَﺎﻡِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﻬْﺮٍ ﻭَﻧَﻬَﺎﻧِﻲ ﻋَﻦْ ﻧَﻘْﺮَﺓٍ ﻛَﻨَﻘْﺮَﺓِﺍﻟﺪِّﻳﻚِ ﻭَﺇِﻗْﻌَﺎﺀٍ ﻛَﺈِﻗْﻌَﺎﺀِ ﺍﻟْﻜَﻠْﺐِﻭَﺍﻟْﺘِﻔَﺎﺕٍ ﻛَﺎﻟْﺘِﻔَﺎﺕِ ﺍﻟﺜَّﻌْﻠَﺐِ
“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan aku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara. Memerintahkan aku untuk melakukan salat dhuha dua raka’at setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari dari setiap bulan. Melarangku dari mematuk seperti patukan ayam jantan, duduk iq’a seperti duduk iq’a anjing, dan menoleh sebagaimana musang menoleh. ” (HR. Ahmad no. 8106)
Dalil 2
صحيح مسلم ٨٣٥: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Muslim 835: …Telah mengabarkan kepadaku Abu az-Zubair Bahwasannya nya dia mendengar Thawus berkata: "Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit." Dia menjawab, "Hukumnya sunnat ". Kami bertanya, "Kami lihat janggal orang duduk seperti itu." Ibnu Abbas menjawab, "Bahkan, begitulah sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wa sallam."
Dalil pertama dengan tegas melarang duduk iq`a
Dalil kedua dengan tegas duduk iq`a adalah bagian sunnah
Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan berarti duduk iq`a ada yang dilarang dan ada yang disunnahkan mari kita perhatikan pendapat Al-Imam Nawawi dalam al-Minhaj, 5/22—23 menyatakan, yang benar iq’a itu ada dua macam. Yang satu dibenci, yaitu seperti duduknya anjing; dan yang kedua sunnah, yaitu duduk (menempatkan pantat) di atas dua tumit, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, dan itulah yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Kesimpulan duduk iq`a duduk menempatkan pantat di atas dua tumit adalah sunnat.
b. Bagaimana kedudukan duduk iq`a dengan duduk iftirasy
I. Pendapat bahwa duduk iq`a adalah salah satu sunnah dalam kaifiyat shalat (menjadi pilihan dalam kaifiyat shalat)
Dalil 1.
صحيح مسلم ٨٣٥: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Muslim 835: Telah mengabarkan kepadaku Abu Az-Zubair Bahwasannya nya dia mendengar Thawus berkata: "Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit." Dia menjawab, "Hukumnya sunnat ". Kami bertanya, "Kami lihat janggal orang duduk seperti itu." Ibnu Abbas menjawab, "Bahkan, begitulah sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wa sallam."
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, 5/19 “Duduk iq’a ada dua macam: yang pertama, mendudukan bokong di atas lantai kemudian menegakkan betisnya dan meletakkan kedua tangannya di atas lantai sebagaimana duduknya anjing. Ini yang ditafsirkan oleh Abu Ubaidah Ma’mar bin Al Mutsanna. Dan muridnya yaitu Abu Ubaid Al Qasim bin Salam. Dan para ahli bahasa yang lain. Duduk jenis ini makruh dan ini yang dilarang dalam hadis. Yang jenis kedua, mendudukan bokong di atas kedua tumit diantara dua sujud. Inilah yang dimaksud Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma dalam perkataan beliau: “Ini adalah sunnah Nabimu Shallallahu ’alaihi Wasallam”. Dan Imam Asy Syafi’i dalam Al Buwaithi dan Al Imla’ menyatakan duduk seperti ini dianjurkan ketika duduk diantara dua sujud”
II. Pendapat bahwa duduk iq`a adalah bagian dari kemudahan atau rukshah Ketika duduk iftirasy tidak bisa dilakukan
Dalil 1.
صحيح مسلم ٨٣٥: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Muslim 835: Telah mengabarkan kepadaku Abu az-Zubair Bahwasannya nya dia mendengar Thawus berkata: "Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit." Dia menjawab, "Hukumnya sunnat ". Kami bertanya, "Kami lihat janggal orang duduk seperti itu." Ibnu Abbas menjawab, "Bahkan, begitulah sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wa sallam."
Dalil 2
Atsar dari Ibnu Umar
Hadits
موطأ مالك ت الأعظمي (2/ 122)
296/ 86 - مالك، عن صدقة بن يسار، عن المغيرة بن حكيم؛ أنه رأى عبد الله بن عمر يرجع في سجدتين (1) في الصلاة، على صدور قدميه. فلما انصرف ذكر (2) له ذلك. فقال: إنها ليست سنة الصلاة. [ص:123] وإنما أفعل هذا (3) من أجل أني أشتكي.
Muwatha Malik
Malik dari Shadaqah bin Yasar dari Mugirah bin Hakim, sesungguh dia melihat Abdullah bin Umar dia kembali dari dua sujud dalam shalat di atas pangkal kedua tumitnya. Maka tatkala selesai dia menyebutkan padanya itu sesungguhnya bukan sunnah shalat. Dan sesungguhnya aku mengerjakan ini karena merasa sakit.
Duduk iftirasy menjadi bagian yang tidak memiliki ikhtilaf akan kaifiyatnya, dikarenakan hujjah yang disampaikan memiliki landasan yang kuat, artinya selama kita bisa melakukanya kaifiyatnya mengharuskan iftirasy dan duduk iq`a adalah duduk yang dilakukan dengan illat yaitu tidak bisa duduk iftirasy, dengan demikian bila tidak ada illat maka tidak diperbolehkan.
III. Pendapat kami
Kesimpulan kami lebih cenderung kepada pendapat kedua yaitu Pendapat bahwa duduk iq`a adalah bagian dari kemudahan atau rukshah Ketika duduk iftirasy tidak bisa dilakukan dikarenakan
الحكم يدور مع علته وجودا وعدما
“Hukum tergantung kepada ada atau tidak adanya ‘illat”