Kaifiyat Berdiri Tegak Dalam Shalat
“POSISIKAN BADAN TEGAK BERDIRI, TANGAN KANAN MEMEGANG PUNGGUNG TANGAN KIRI, SIMPAN KEDUANYA DI ATAS DADA, POSISI MATA MELIHAT KE TEMPAT SUJUD, DAN POSISI KEDUA KAKI TIDAK RAPAT DAN TIDAK DIRENGGANGKAN BERLEBIHAN, KEMUDIAN SECARA BERURUTAN MEMBACA DO’A IFTITAH, TA`AWUDZ, SURAT AL FATIHAH, MEMBACA AAMIIN DAN MEMBACA SURAT ATAU AYAT AL-QURAN.”
Rangkaian kaifiyat berdiri tegak dalam shalat adalah sebagai berikut :
1) Posisikan badan tegak berdiri
2) Tangan kanan memegang punggung tangan kiri
3) Simpan keduanya di atas dada
4) Posisi mata melihat ketempat sujud
5) Posisi kedua kaki tidak rapat dan tidak direnggangkan berlebihan
6) Membaca do’a iftitah
7) Membaca ta`awwudz
8) Membaca surat al fatihah
9) Membaca aamiin
10)Membaca surat atau ayat-ayat dalam Al-quran
Dalil dan Keterangan
1) POSISIKAN BADAN TEGAK BERDIRI
Dalil 1
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Artinya : “Peliharalah semua shalat (mu), dan peliharalah shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (QS. Al-Baqarah [2]: 238)
Dalil 2
…عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ سَمِعْتُهُ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ بْنُ رِبْعِيٍّ يَقُولُ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا مَا كُنْتَ أَقْدَمَنَا لَهُ صُحْبَةً وَلَا أَكْثَرَنَا لَهُ إِتْيَانًا قَالَ بَلَى قَالُوا فَاعْرِضْ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ…
Sunan Tirmidzi 280: …Dari Abu Humaid As Sa'idi ia berkata; "Aku mendengarnya -waktu itu ia berada diantara sepuluh sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, diantaranya adalah Abu Qatadah bin Rib'i- ia berkata; "Aku adalah orang yang paling tahu dengan shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diantara kalian." Mereka berkata; "Engkau bukan orang yang lebih dulu menjadi sahabat beliau dan tidak lebih banyak mendatanginya ketimbang kami!" ia berkata; "Benar, " mereka berkata; "Maka ceritakanlah!" ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika berdiri shalat selalu tegak dan berimbang lalu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya.
Dalil 1 perintah dari Allah Ketika shalat dengan berdiri.
Dalil 2 menunjukkan ketika kita berdiri adalah tegak lurus dengan posisi seimbang
Dengan keterangan-keterangan yang telah disebutkan menjadi perhatian kita bersama bahwa tegak berdiri adalah salah satu kaifiyat yang Rasulullah ajarkan kepada kita guna mencapai kesempurnaan dan kekhusyuan shalat.
Kesimpulan POSISI BADAN BERDIRI TEGAK adalah posisi badan yang seimbang sehingga terlihat tegak.
2) TANGAN KANAN MEMEGANG PUNGGUNG TANGAN KIRI
Dalil 1
…عَنْ أَبِيهِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى…
Shahih Muslim 608:…Dari Wail bin Hujr "Bahwasannya nya dia melihat Nabiﷺ mengangkat kedua tangannya ketika masuk shalat, bertakbir." Hammam menggambarkannya, "Di hadapan kedua telinganya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya…
Dalil 2
…حَدَّثَنَا عَلْقَمَةُ بْنُ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ
Sunan Nasa'i 877: …Telah menceritakan kepada kami 'Alqomah bin Wa'il dari bapaknya, dia berkata: "Aku melihat Rasulullah ShalAllahu 'Alaihi Wassallam apabila berdiri untuk shalat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya."
Dalil 3
…حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ أَخْبَرَنِي أَبِي أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيَّ أخْبَرَهُ قَالَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي قَالَ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ قَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ…
Musnad Ahmad 18115: …Telah menceritakan kepada kami Ashim bin Kulaib telah mengabarkan kepadaku ayah, bahwa Wa`il bin Hujr Al Hadlrami mengabarinya, dia berkata: Aku berkata: Sungguh aku akan melihat Rasulullah ﷺ bagaimana beliau shalat. dia berkata: Maka aku lihat beliau berdiri dan bertakbir dan beliau angkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinganya. Kemudian beliau letakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya, pergelangan dan lengan bawah…
Dalil 4
صحيح البخاري ٦٩٨: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ قَالَ أَبُو حَازِمٍ لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا يَنْمِي ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Bukhari 698: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd berkata: "Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat."Abu Hazim berkata: "Aku tidak mengetahui dia Sahl kecuali bahwa dia menyandarkan hal tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."…
Dalil 1 kalimat meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya menunjukkan bahwa posisi tangan kanan kanan di atas tangan kiri
Dalil 2 kalimat memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya menunjukkan adanya genggaman tangan kanan kepada tangan kiri.
Dalil 3 kalimat letakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya, pergelangan dan lengan bawah menunjukkan yang di genggam itu pergelangan tangan sampai lengan.
Dalil 4 ungkapan sahabat yang menyatakan Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat menunjukkan bahwa perintah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri adalah bagian dari perintah langsung dari Rasulullah SAW.
Kesimpulan dalil dari Wail bin Hujr bahwa ia melihat Nabi ﷺ. Mengangkat kedua tangannya ketika memulai shalat kemudian melipatkan lengan bajunya dan menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri (dalil 1) di dalam hadits kedua di katakan kemudian Dari Wail bin Hujr, ‘Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ. Apabila berdiri dalam shalat, ia menggenggam (memegang) tangan kanan pada tangan kirinya dan di hadits ketiga kemudian meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, di pergelangan tangan, sampai di lengan tangan kiri, inilah alasanya mengapa kata wada`a dalam hadits kedua di artikan menggenggam atau memegang sedangkan kata rusg dan said, pada hadits ketiga diartikan rusg adalah sambungan antara kaff (telapak tangan) dan said adalah bagian tangan antara rusg dan siku, ketentuan ini adalah salah satu perintah Rasulullah SAW (dalil 4).
Kesimpulan menyimpan tangan kiri di atas tangan kanan adalah : Memegang atau menggenggam punggung tangan kiri oleh tangan kanan adalah punggung telapak tangan sampai pergelangan atau lengan dan tidak boleh sampai siku.
3) SIMPAN KEDUANYA DI ATAS DADA
Dalil 1
… وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى…
Shahih Muslim 608 :…Dari Wail bin Hujr "Bahwasannya nya dia melihat Nabi ﷺ mengangkat kedua tangannya ketika masuk shalat, bertakbir." Hammam menggambarkannya, "Di hadapan kedua telinganya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya…
Dalil 2
…عَنْ ثَوْرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Sunan Abu Daud 648: …Dari Tsaur dari Sulaiman bin Musa dari Thawus dia berkata:"Rasulullah ﷺ meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, kemudian menarik keduanya di atas dada ketika shalat."
Dalil 3
…عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ هُلْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْصَرِفُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ وَرَأَيْتُهُ قَالَ يَضَعُ هَذِهِ عَلَى صَدْرِهِ وَصَفَّ يَحْيَى الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى فَوْقَ الْمِفْصَلِ
Musnad Ahmad 20961: Dari Qabishah bin Halb dari ayahnya, ia berkata: Saya melihat Nabi ﷺ menoleh ke kanan dan kekiri, dan saya melihatnya meletakkan tangan di atas dadanya. Dan Yahya meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dibagian atas persendian
Dalil 4
…عن عاصم بن كليب، عن أبيه، عن وائل بن حجر قال: «صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، ووضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره»
Shahih Ibnu Khuzaimah 479: …Dari Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari Wail bin Hujr, ia berkata, “Aku pernah melaksanakan shalat bersama Rasulullah ﷺ, beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri lalu diletakkan di atas dadanya.”
Dalil 5
…عَنْ زِيَادِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ
Sunan Abu Daud 645…Dari Ziyad bin Zaid dari Abu Juhaifah bahwa Ali radliyAllahu 'anhu berkata: "Termasuk dari sunnah adalah meletakkan telapak tangan di atas telapak tangan yang lain di bawah pusar dalam shalat."
Dalil 6
سنن أبي داوود ٦٤٦: …عَنْ ابْنِ جَرِيرٍ الضَّبِّيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
Sunan Abu Daud 646: …Dari Ibnu Jarir Ad Dlabbi dari ayahnya dia berkata: "Aku melihat tangan kanan Ali radliyAllahu 'anhu memegang tangan kirinya pada di atas pusar."
Dalil 7
Firman Allah SWT : Dalam QS. Al-An’am[6]: 125 / (QS. Hud[11]: 5) dan (QS. Al-A’raf[7]:2)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
”Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.
Dalil 1 kalimat meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya menunjukkan bahwa Rasulullah SAW setelah mengangkat tangannya kemudian menyimpan tangan kiri di atas tangan kanan, dengan demikian menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri adalah syari’at yang bersifat tsabat (kuat).
Dalil 2, 3 dan 4 status dalil ini adalah hasan li dzatihi, berikut keterangan-keterangannya :
Dalil 2 rawi yang menjadi perbincangan yaitu Thawus bin Kaisan dan Sulaiman bin Musa berikut :
Nama Lengkap : Sulaiman bin Musa
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu Ayyub
Negeri semasa hidup : Syam
Wafat : 115 H
Komentar Ulama
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Muhammad bin Sa'd Tsiqah
Ibnu Hibban mentsiqahkannya
Adz Dzahabi Ahadul aimmah
An Nasa'i laisa bi qowi
Kesimpulan status dalil ini mursal tabi`i
Dalil 3 rawi yang menjadi perbincangan yaitu Simak bin Harb
Nama Lengkap : Simak bin Harb bin Aus
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu Al Mughirah
Negeri semasa hidup :
Wafat : 123 H
Komentar Ulama
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Hatim Ar Rozy shaduuq tsiqah
An Nasa'i Di haditsnya ada sesuatu
Ibnu Hibban Banyak salah
Adz Dzahabi Tsiqah
Adz Dzahabi Jelek Hafalannya
Kesimpulan dalil ini hasan
Dalil 4
Nama Lengkap : Mu'ammal bin Isma'il
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu 'Abdur Rahman
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 206 H
Komentar Ulama
yahya bin Ma'in Tsiqah
Al Bukhari munkarul hadits
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Sa'd Tsiqah Katsirul Gholath
Ad Daruquthni Tsiqah banyak salah
Ibnu Hajar al 'Asqalani Shaduuq sayyiul Hifdzi
Kesimpulan dalil ini hasan
Kesimpulan dalil 2,3 dan 4 semua dalil tidak ada yang tsabat (kuat), tetapi dalil 1 ( dalil yang tsabat) menunjukkan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri hal ini membutuhkan tempat dimana meletakkannya, sehingga dalil 2 mursalnya dari thawus, dan dalil 3 serta 4 satu dengan yang lainnya saling menguatkan sehingga meletakkan tangan kiri di atas tangan kanan dan letak penyimpanannya di atas dada dapat diterima sebagai hujjah.
Berikut pendapat Ulama:
1. Al-‘Allamah Abu Thayyib Muhammad Syam Al-Haqq dalam Syarah Aunul Ma`bud 3/389 mengatakan kesimpulan hadits ini (dalil 2) hasan li dzatihi, dan ini bisa menjadi hujjah sebagaimana hadits shahih. Maka tidak ada cacat dari hadits ini selain bahwa dia mursal dan yang mursal biasanya dipakai tanpa syarat menurut pendapat Abu Hanifah, Malik dan Ahmad (semoga Allah merahmati mereka). Sedangkan menurut Asy-Syafi’i Rahimahullah yang mursal ini bisa dipakai kalau dikuatkan oleh dalil lain yang bersanad tapi kualitasnya lebih baik, baik penguat ini musnad ataupun mursal pula.
Dalam masalah ini meletakkan tangan di atas dada sudah disebutkan dua hadits shahih (hadits no 3 dan no 4)…
Dalil 5 rawi yang menjadi perbincangan adalah Abdur Rahman
Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Ishaq bin Al Harits
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
Kunyah : Abu Syaibah
Negeri semasa hidup : Kuffah
Wafat :
Komentar Ulama
Ahmad bin Hambal munkarul hadits
Yahya bin Ma'in Dla’if
Ibnu Sa'd Dla’ifh
Ya'kub bin Sufyan Dla’if
Abu Daud Dla’if
An Nasa'i Dla’if
Ibnu Hibban Dla’if
Al Bukhari fihi nazhar
Abu Zur'ah laisa bi qowi
Abu Hatim Dla’iful hadits
Al 'Uqaili Dla’iful hadits
Al 'Ajli Dla’if
Ibnu Hajar al 'Asqalani Dla’if
Adz Dzahabi mereka mendla’ifkannya
Kesimpulan Dalil ini dla’if.
Dalil 6 rawi yang jadi perbincangan adalah jarir
Nama Lengkap : "Jarir,ayah dari Ghazlan"
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kunyah :
Negeri semasa hidup :
Wafat :
Komentar Ulama
Ibnu Hibban mentsiqahkannya
Adz Dzahabi Tidak Dikenal
Berikut pendapat Ulama:
Abu Daud berkata: Dan diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair " di atas pusar". Abu Mijlaz mengatakan: "di bawah pusar". Dan di riwayatkan dari Abu Hurairah, namun sanadnya tidak kuat.
Al-‘Allamat Abu Thayyib Muhammad Syam Al-Haqq dalam catatan kaki Syarah Aunul Ma`Bud 3/387 sanad hadits ini dla’if, karena Ibnu Jarir Adh-Dhabbi majhul, Namanya adalah gazhwan ayahnya juga tidak diketahui (majhul).
Kesimpulan dalil ini dla’if.
Kesimpulan dalil 1 sampai 6 Bahwa menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri adalah salah satu kaifiyat Rasulullah dan meletakkanya adalah di atas dada, hal ini sesuai dengan dalil-dalil yang berstatus shahih dan hasan li dzatihi, sementara menyimpan di atas pusar (tepat di atas pusar) dan di bawah pusar tidak memiliki dalil yang kuat (dla’if).
Keterangan Dalil 7 Setelah dipastikan bahwa menyimpan tangan kiri di atas tangan kanan dan meletakkanya di atas dada adalah bagian dari sunnah, tinggal sekarang kita mengetahui dada yang dimaksud. berikut penjelasannya.
Dada dalam kamus bahasa Indonesia bagian tubuh sebelah depan diantara perut dan leher. Berarti dada yang dimaksud adalah diantara perut dan leher, untuk lebih tepatnya kita lihat dalil 7, kalimat يَشْرَحْ صَدْرَهُ yang berarti melapangkan dada yang berarti melapangkan hati ketiga ayat ini mengungkapkan kalimat صَدْر bila melihat kalimat ini menunjukkan bahwa صَدْر yang dimaksud adalah hati bila merujuk pada posisi hati dalam tubuh manusia ia berada antara dada bawah dan di atas pusar maka kalimat صَدْر akan tepat bila diartikan di bawah antara dada bagian bawah dan pusar.
Kesimpulan simpan keduanya di atas dada adalah menyimpan tangan kanan di atas tangan kanan kiri dan meletakkanya di atas dada yaitu antara dada bagian bawah dan di atas pusar.
Mari perhatikan pendapat Ulama:
1.Imam Muslim membuat bab meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada bagian bawah dada dan di atas pusar setelah takbiratul ihram dan meletakkanya keduanya di atas permukaan tanah lurus dengan kedua bahu Ketika sujud (Syarah Imam Muslim 4/379).
2. A. Hasan dalam Pengajaran Shalat cetakan XXXVI dipenogoro hal 216 mengatakan “hadits-hadits tadi semuanya lemah. Oleh sebab itu boleh kita pelukan tangan dimana kita suka lantaran itulah saya berkata dibagian pertama bahwa tempatnya diperut : dengan Batas perut itu ialah dari bawah dada sampai ari-ari”.
a. Tentang menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri di dada atau irsal (melabuhkan kedua tangan).
I. Menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkanya di dada bukan bagian dari syariat atau menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan atau meletakkanya di dada atau melabuhkannya adalah pilihan.
II. Menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri hukumnya sunnah ia bepegang pada dalil yang tsabat (kuat). dan meletakkanya di dada berpegang pada dalil shahih minimal hasan li dzatihi
III. Pendapat kami
Berikut penjelasannya:
Dalil 1
حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ يَعْنِي ابْنَ حُمَيْدٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Sunan Abu Daud 648: Telah menceritakan kepada kami Abu Taubah telah menceritakan kepada kami Al Haitsam yaitu Ibnu Humaid dari Tsaur dari Sulaiman bin Musa dari Thawus dia berkata:"Rasulullah ﷺ meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, kemudian menarik keduanya di atas dada ketika shalat."
Dalil 2
…عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ هُلْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْصَرِفُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ وَرَأَيْتُهُ قَالَ يَضَعُ هَذِهِ عَلَى صَدْرِهِ وَصَفَّ يَحْيَى الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى فَوْقَ الْمِفْصَلِ
Musnad Ahmad 20961: …Dari Qabishah bin Halb dari ayahnya, ia berkata: Saya melihat Nabi ﷺ menoleh ke kanan dan kekiri, dan saya melihatnya meletakkan tangan di atas dadanya. Dan Yahya meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dibagian atas persendian.
Dalil 3
نا أبو موسى، نا مؤمل، نا سفيان، عن عاصم بن كليب، عن أبيه، عن وائل بن حجر قال: «صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، ووضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره»
Shahih Ibnu Khuzaimah 479: Abu Musa mengabarkan kepada kami, Muammal mengabarkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari wail bin hajar, ia berkata, “Aku pernah melaksanakan shalat bersama Rasulullah ﷺ, beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri lalu diletakkan di atas dadanya.”
Dalil 4
عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ
Sunan Abu Daud 645: …Dari Abu Juhaifah bahwa Ali radliyAllahu 'anhu berkata:"Termasuk dari sunnah adalah meletakkan telapak tangan di atas telapak tangan yang lain di bawah pusar dalam shalat."
Dalil 5
سنن أبي داوود ٦٤٦: …عَنْ ابْنِ جَرِيرٍ الضَّبِّيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
Sunan Abu Daud 646: …Dari Ibnu Jarir Ad Dlabbi dari ayahnya dia berkata: "Aku melihat tangan kanan Ali radliyAllahu 'anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya di atas pusar."
Dalil 6
…عَنْ أَبِيهِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى…
Shahih Muslim 608:…Dari Wail bin Hujr "Bahwasannya nya dia melihat Nabi ﷺ mengangkat kedua tangannya ketika masuk shalat, bertakbir." Hammam menggambarkannya, "Di hadapan kedua telinganya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya…
Dalil 7
مسند أحمد ١٨٢٢٧: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ …فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ…فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ
Musnad Ahmad 18227: … Telah menceritakan kepada kami Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya ….Maka Nabi SAW bersabda: …Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu."
I. Menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkanya di dada bukan bagian dari syariat atau menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan atau meletakkannya di dada atau melabuhkannya adalah pilihan.
Dalil 1 sampai 5 tidak ada satupun dalil yang tsabat (kuat), karena semua dalil tentang menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri terdapat keguncangan dalam haditsnya atau dla’if, sementara dalil 7 menjelaskan tidak adanya mneyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan dikatakan oleh Raulullah sempurnaya shalat.
Kesimpulan menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri bukan bagian dari sunnah dan atau menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri atau melabuhkannya adalah pilihan.
Mari perhatikan pendapat Ulama:
Ibnu Al Mundzir meriwayatkan dari Abdullah Bin Az-Zubair, Al Hasan Al Bashri dan An-Nakhi “kedua tangan diturunkan dan salah satunya tidak diletakan di atas yang lain, al-qadhi Abu ath-thayib juga meriwayatkan hal yang sama dari ibnu sirin al-laits bin sa`id berkata kedua tangan diturunkan bila ia berlangsung lama bagi yang bersangkutan, maka ia meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri untuk istirahat. Al-Majmu’ Syarah Al Muhadzad Imam Nawawi, 3/580.
Al Auza’i. Mengatakan ia boleh memilih antara lAbuhkanya atau meletakkanya. Syarah Al-Mudzadzab Imam Nawawi, 3/580.
II. Menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri hukumnya sunnah ia bepegang pada dalil yang tsabat (kuat). dan meletakkanya di dada adalah berpegang pada dalil shahih minimal hasan li dzatihi.
Dalil 6 kalimat meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya menunjukkan bahwa Rasulullah setelah mengangkat tangannya kemudian menyimpan tangan kiri di atas tangan kanan, dengan demikian menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri adalah syariat yang bersifat tsabat (kuat).
Dalil 1, 2 dan 3 status dalil ini adalah hasan li dzatihi, berikut keterangan-keterangannya :
Dalil 1 rawi yang menjadi perbincangan Thawus bin Kaisan dan Sulaiman bin Musa berikut
2. Sulaiman bin Musa
Nama Lengkap : Sulaiman bin Musa
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu Ayyub
Negeri semasa hidup : Syam
Wafat : 115 H
Komentar Ulama
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Muhammad bin Sa'd Tsiqah
Ibnu Hibban Mentsiqahkannya
Adz Dzahabi Ahadul Aimmah
An Nasa'i Laisa bi Qowi
Kesimpulan status dalil ini mursal tabi`i
Dalil 2 rawi yang jadi perbincangan Simak
Nama Lengkap : Simak bin Harb bin Aus
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu Al Mughirah
Negeri semasa hidup :
Wafat : 123 H
Komentar Ulama
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Hatim Ar Rozy shaduuq tsiqah
An Nasa'i Di haditsnya ada sesuatu
Ibnu Hibban Banyak salah
Adz Dzahabi Tsiqah
Adz Dzahabi : Jelek Hafalannya
Kesimpulan dalil ini hasan
Dalil 3
Nama Lengkap : Mu'ammal bin Isma'il
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa
Kunyah : Abu 'Abdur Rahman
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 206 H
Komentar Ulama
yahya bin Ma'in Tsiqah
Al Bukhari Munkarul hadits
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Sa'd Tsiqah Katsirul Gholath
Ad Daruquthni Tsiqah banyak salah
Ibnu Hajar al 'Asqalani Shaduuq Sayyiul Hifd
Kesimpulan dalil ini hasan
Rasulullah menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri berdasar hadits yang tsabat, sementara mursalnya Thawus dan informasi dari Hulb dan Wail yang hasan menjadikan satu dalil dengan yang lainnya saling menguatkan, sehingga dapat dipastikan menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri sunnah ia bepegang pada dalil yang tsabat (kuat). dan meletakkanya di dada adalah berpegang pada dalil shahih minimal hasan li dzatihi Berikut pendapat Ulama Al-‘Allamat Abu Thayyib Muhammad Syam Al-Haqq dalam Syarah Aunul Ma`Bud 3/389 mengatakan kesimpulan hadits ini (dalil 1) Hasan Li Dzatihi, dan ini bisa menjadi hujjah sebagaimana hadits shahih. Maka tidak ada cacat dari hadits ini selain bahwa dia mursal dan yang mursal biasanya dipakai tanpa syarat menurut pendapat Abu hanifah, malik dan ahmad (semoga Allah merahmati mereka). Sedangkan menurut Asy Syafi’i Rahimakumullah yang mursya ini bisa dipakai kalau dikuatkan oleh dalil lain yang bersnad tapi kualitasnya lebih baik, baik penguat ini musnad ataupun mursal pula.
Perhatikan pendapat Ulama
1. Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, 3/580 telah kami sebutkan sebelumnya bahwa madzhab kami berpendapat kedua tangan dianjurkan diletakan di bawah dada di atas pusar, pendapat ini dikemukakan oleh Said bin Jabbar dan Daud.
2. Dewan Hisbah Persatuan Islam dalam Risalah Shalat hal 88-89 maka mursalnya Thawus, hadits Halb dan hadits Wail Ibnu Hujr menunjukkan atas sunnatnya menyimpan tangan kanan di atas dada, dan itulah yang benar adapun menyimpan (kedua tangan) di bawah pusar atau di atas pusar, tidak ada satupun hadits yang kuat dari Rasulullah SAW.
III. Pendapat kami
Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan maka kami lebih cenderung dengan bahwa menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkanya di atas dada adalah bersumber dari Rasulullah SAW, mengingat dalil-dalil yang tersampaikan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmu hadits dan ilmu fiqh dan insya Allah bagian dari sunnah.
4). POSISI MATA MELIHAT KETEMPAT SUJUD
Dalil 1
…حَدَّثَنَا قَتَادَةُ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي صَلَاتِهِمْ فَاشْتَدَّ قَوْلُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى قَالَ لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ
Shahih Bukhari 708:…Telah menceritakan kepada kami Qatadah bahwa Anas bin Malik ia menceritakan kepada mereka, ia berkata: Nabi SAW bersabda: "Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat?" Suara beliau semakin tinggi hingga beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka.
Dalil 2.
…عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Shahih Bukhari 709:…Dari 'Aisyah berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang menoleh dalam shalat. Maka Beliau bersabda: "Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba."
…عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " كَانَ إِذَا صَلَّى رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَنَزَلَتْ {الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ} [المؤمنون: 2] فَطَأْطَأَ رَأْسَهُ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ لَوْلَا خِلَافٌ فِيهِ عَلَى مُحَمَّدٍ فَقَدْ قِيلَ عَنْهُ مُرْسَلًا وَلَمْ يُخْرِجَاهُ» التعليق - من تلخيص الذهبي
Dari Muhamad bin Sirin dari Abu Hurairah R.A, Bahwasannya nnya Rasulullah SAW. apabila shalat mengarahkan pandangannya ke langit. Lalu turunlah ayat – Mereka orang-orang yang khusyuk dalam salat mereka – maka Nabi SAW . Menundukan kepala beliau (pandangannya).’’Al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain,VIII : 135, NO.3442. Mushanaf Abdurrazaq, II : 254, No.3262, As-sunan Al-kubra Lil-Baihaqi, II : 283.
Dalil 4
Dalam Ta’zhim Qadris Shalah, 1:192 no 145
عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: كَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يَنْظُرَ الرَّجُلُ فِي صَلَاتِهِ إِلَى مَوْضِعِ سُجُودِهِ
“Dari Ibnu Sirin, beliau berkata: ‘para sahabat Nabi menganjurkan orang yang shalat untuk memandang tempat sujudnya.
Dalil 5
صحيح البخاري ٧٧٠: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Shahih Bukhari 770: …Dari Ibnu 'Abbas radliyAllahu 'anhu, ia berkata: Nabi SAW bersabda:"Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud): kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan kami tidak menyingkapkan rambut atau pakaian."
Dalil 6 tegak lurus
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ سَمِعْتُهُ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ بْنُ رِبْعِيٍّ يَقُولُ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا مَا كُنْتَ أَقْدَمَنَا لَهُ صُحْبَةً وَلَا أَكْثَرَنَا لَهُ إِتْيَانًا قَالَ بَلَى قَالُوا فَاعْرِضْ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ…
Sunan Tirmidzi 280: …Dari Abu Humaid As Sa'idi ia berkata; "Aku mendengarnya -waktu itu ia berada diantara sepuluh sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, diantaranya adalah Abu Qatadah bin Rib'i- ia berkata; "Aku adalah orang yang paling tahu dengan shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diantara kalian." Mereka berkata; "Engkau bukan orang yang lebih dulu menjadi sahabat beliau dan tidak lebih banyak mendatanginya ketimbang kami!" ia berkata; "Benar, " mereka berkata; "Maka ceritakanlah!" ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika berdiri shalat selalu tegak dan berimbang lalu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya.
Dali pertama kalimat Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat?" Suara beliau semakin tinggi hingga beliau bersabda: "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka menunjukkan larangan melihat ke atas yang langsung di perintahkan oleh Nabi SAW, sekaligus ancaman bagi yang melakukanya
Dalil kedua kalimat menoleh dalam shalat. Maka Beliau bersabda: "Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba. keterangan larangan menoleh dalam shalat.
Dalil ketiga kalimat maka Nabi SAW . Menundukan kepala menunjukkan adanya keterangan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW melihat ke bawah dalam shalat.
Dalil keempat kalimat Dari Ibnu Sirin, beliau berkata: ‘para sahabat Nabi menganjurkan orang yang shalat untuk memandang tempat sujudnya menunjukkan keterangan lanjutan dari Ibnu Sirin bahwa melihat ke bawah yang dimaksud adalah tempat sujud yang bersumber dari Rasulullah SAW.
Dalil kelima kalimat beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki menunjukkan bahwa tempat sujud terdiri dari bekas meletakkan hidung, kening, tangan dan kaki.
Dalil keenam kalimat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika berdiri shalat selalu tegak dan berimbang menunjukkan posisi badan ketika berdiri harus tegak dan berimbang.
Kesimpulan dalil bahwa dalam shalat tidak boleh memandang ke atas, atau menoleh kekanan atau kekiri tetapi melihat ke bawah yaitu tempat sujud, tempat sujud terdiri dari bekas meletakkan hidung, kening, tangan dan kaki. Pelaksanaan melihat tempat sujud yang tersebut dengan tetap memperhatikan tegak lurus dan seimbangnya dalam berdiri.
Kesimpulan Posisi mata melihat ketempat sujud adalah mengarahkan pandangan ke bawah dengan Batasan bekas sujud dengan tetap mempertahankan kelurusan dan keseimbangan dalam berdiri.
5) POSISI KEDUA KAKI TIDAK RAPAT DAN TIDAK DIRENGGANGKAN BERLEBIHAN
Dalil 1 Firman Allah SWT dalam (QS. Al-Baqarah [2]: 238)
…حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ…
…Peliharalah semua shalat (mu), dan peliharalah shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu….
Dalil 2
صحيح البخاري ٧٨٥: …فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُهُ …فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ…
Shahih Bukhari 785: … Maka berkatalah Abu Hamid As Sa'idi: "Aku adalah orang yang paling hafal dengan shalatnya Rasulullah SAW, jika shalat aku melihat …Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulang punggungnya kembali pada tempatnya semula…
Dalil 3
…عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
Shahih Bukhari 683:…Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Luruskanlah shaf-shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku”. Dan setiap orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki temannya.
Dalil 4
…عَنْ عُيَيْنَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ أَبِي فِي الْمَسْجِدِ، فَرَأَى رَجُلًا صَافًّا بَيْنَ قَدَمَيْهِ، فَقَالَ: أَلْزَقَ إِحْدَاهُمَا بِالْأُخْرَى، لَقَدْ رَأَيْتُ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْهُمْ فَعَلَ هَذَا قَطُّ
Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/109: Dari ‘Uyainah bin Abdirrahman ia berkata, pernah aku bersama ayahku di masjid. Ia melihat seorang lelaki yang shalat dengan merapatkan kedua kakinya. Ayahku lalu berkata, ‘orang itu menempelkan kedua kakinya, sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam shalat di masjid ini selama 18 tahun dan aku tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang melakukan hal ini.
Dalil 1, Al-Quran 2: 238, menunjukkan bahwa berdiri untuk shalat harus dilandasi karena Allah SWT yang harus dilakukan dengan khusyu.
Dalil 2 kalimat Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulang punggungnya kembali pada tempatnya semula menunjukkan bahwa selain tegak posisi punggung harus thuma’ninah.
Dalil 3 kalimat Dan setiap orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada kaki temannya menunjukkan Ketika berdiri itu renggang dan ukuran renggang dalam berdiri adalah seukuran bahu bagian luar.
Dalil 4 kalimat orang itu menempelkan kedua kakinya, sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam shalat di masjid ini selama 18 tahun dan aku tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang melakukan hal ini menunjukkan bahwa tidak ada atau tidak boleh merapatkan kedua kaki ketika berdiri dalam shalat.
Kesimpulan dalil lakukan berdiri dalam shalat karena Allah SWT dengan khusyu, berdiri tegak dengan thuma’ninah, posisi kaki ketika berdiri adalah direnggangkan, tidak boleh rapat, jarak renggangnya adalah seukuran bahu bagian luar.
Kesimpulan Posisi kaki ketika berdiri dalam shalat tidak rapat tidak renggang berlebihan adalah posisi kaki yang ukurannya tidak boleh rapat tetapi renggang sesuai kenyamanan (thuma’ninah) dengan acuan bahu bagian luar.
a. Catatan tentang berdiri
Adapun tentang posisi jari-jari kaki tidak ada dalil yang lanngsung memberikan gambaran kepada kita tentang hal ini, untuk itu kalaupun ada dengan dalil umum menghadap kiblat itupun hanya bersifat anjuran, bukan dalil, oleh sebab itu maka posisi jari dikembalikan kepada teks hadits umum dan dengan tidak melupakan thuma’ninahnya kita dalam qiyam (berdiri).
6) MEMBACA DO’A IFTITAH
a. Pengertian do’a iftitah
Kalimat iftitah berasal dari kalimat فتح-يفتح-فتحا-إفتتاحا yang artinya permulaan atau pembukaan secara istilah artinya do’a yang di baca setelah takbiratul ihram dalam rangkaian kaifiyat shalat.
Berikut dalil dan keterangan :
Dalil 1
…أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Shahih Bukhari 702: …Abu Hurairah berkata: Rasulullah ﷺ berdiam antara takbir dan bacaan Al-Quran." Abu Zur'ah berkata: Aku mengira Abu Hurairah berkata: "Berhenti sebentar." Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?" Beliau bersabda: "Aku membaca: (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.
Dalil 1 Kalimat …Rasulullah ﷺ berdiam antara takbir dan bacaan Al-Quran … "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?" Beliau bersabda: "Aku membaca… menunjukkan ada bacaan sesudah takbiratul ihram sebelum Al-Fatihah ada do’a yang disebut dengan do’a iftitah.
Do’a iftitah adalah do’a yang dibaca setelah takbiratul ihram dan pembuka bacaan sebelum Al-Fatihah dalam rangkaian kaifiyat shalat.
b. Hukum do’a iftitah
Hukum do’a iftitah adalah sunnah keterangan-keterangannya sebagai berikut :
Dalil dan keterangan
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ …فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 715: ...Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ masuk ke masjid, …Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al-Quran kemudian ruku’lah sampai benar-benar ruku’ dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari ruku’) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (raka’at ) mu."
Kemudian dalam salah satu riwayat yang lainnya Beliau bersabda pula:
…”Maka apabila engkau menyempurnakan shalat ini, maka sungguh engkau telah menyempurnakan shalat, dan apabila engkau mengurangi dari cara shalat ini, maka engkau telah mengurangi shalat ini “… (HR. Ahmad, No 482)
Ibnu Hajar pernah menjelaskan sebagai berikut:
وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْإِقَامَةَ وَالتَّعَوُّذَ وَدُعَاءَ الِافْتِتَاحِ وَرَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الْإِحْرَامِ وَغَيْرِهِ وَوَضْعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَتَكْبِيرَاتِ الِانْتِقَالَاتِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَهَيْئَاتِ الْجُلُوسِ وَوَضْعَ الْيَدِ عَلَى الْفَخِذِ وَنَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ فِي الْحَدِيثِ لَيْسَ بِوَاجِبٍ
… maka pada riwayat itu sebagai dalil, bahwa iqomah, ta’awwudz, do’a iftitah, mengangkat dua tangan saat takbiratul ihram dan yang lainnya, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri, takbir intiqal, bacaan tasybih diwaktu ruku’ dan sujud, cara-cara duduk dan menyimpan tangan kanan di atas paha dan sejenis dengannya itu adalah tidak wajib… (Fathul Bari II:280)
maka dengan hal dan keterangan tersebut, kita mengetahui dan dapat membedakan antara yang wajib dan yang sunnat di dalam shalat.
Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam Qaidah Ushul Fiqih:
مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب
"Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"
Kesimpulan do’a iftitah adalah salah satu sunnat dalam kaifiyat shalat.
c. Bacaan do’a iftitah
Ada beberapa do’a iftitah yang sesuai dengan hadits, di antranya yang akan kami sajikan adalah empat bacaan, yaitu
I. Allhumma ba`id baini
…أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Shahih Bukhari 702: …Abu Hurairah berkata: Rasulullah ﷺ berdiam antara takbir dan bacaan Al-Quran." Abu Zur'ah berkata: Aku mengira Abu Hurairah berkata: "Berhenti sebentar." Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?" Beliau bersabda: "Aku membaca: (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.
II. Wajahtu wajhiya lilladzi
…عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا }مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ }اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ لِي إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ وَإِذَا رَكَعَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعِظَامِي وَعَصَبِي وَإِذَا رَفَعَ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ وَإِذَا سَجَدَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُورَتَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ وَإِذَا سَلَّمَ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Sunan Abu Daud 649: Dari Ali bin Abu Thalib Radiyallahu ‘Anhu dia berkata: "Apabila Rasulullah ﷺ hendak mengerjakan shalat, beliau bertakbir kemudian membaca: (Aku hadapkan muka-Ku ke hadirat Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan tunduk dan menyerahkan diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang Musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Penguasa seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian aku di perintah, dan aku adalah dari golongan orang-orang Islam (yang menyerah diri). Ya Allah, Engkau adalah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan mengakui kesalahanku, maka amnpunilah dosaku semuanya, dan tiadalah yang dapat mengampuni dosaku itu melainkan Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang baik, dan tak ada yang dapat menunjuki kepada akhlak yang terbaik melainkan Engkau. Dan jauhkanlah aku dari akhlak yang tercela, karena tidak ada yang dapat menjauhkanku dari akhlak yang tercela melainkan Engkau, Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku patuhi perintah-Mu, kebaikan seluruhnya berada dalam kekuasaan-Mu, sedangkan kejahatan tidak dapat di pakai untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Aku ini hanya dapat hidup dengan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, Maha Berkah Engkau dan Maha Tinggi, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu).
III. Allahuakbar kabira
صحيح مسلم ٩٤٣: …عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ
Shahih Muslim 943: …Dari Ibnu Umar dia berkata: "Ketika kami shalat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba seseorang mengucapkan (Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang)." Lantas Rasulullah SAW bertanya: "Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?" Seorang sahabat menjawab: "Saya wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu."
IV. Subhanaka Allahuma Wabihamdika
صحيح مسلم ٦٠٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ عَبْدَةَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَجْهَرُ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ يَقُولُ سُبحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Shahih Muslim 606: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran ar-Razi telah menceritakan kepada kami al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami al-Auza'i dari 'Abdah bahwa Umar bin al-Khaththab dahulu mengeraskan (bacaan) kalimat-kalimat tersebut. Dia membaca, Ya Allah, Mahasuci Engkau dan dengan memujimu, Mahaberkah NamaMu, Mahaluhur kemuliaanMu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau.
Kesimpulan dalil keempat dalil ini berkedudukan shahih, sehingga salah satu darinya boleh dipilih untuk dibaca.
Kesimpulan do’a iftitah adalah do’a yang di baca setelah takbiratul ihram dan pembuka bacaan sebelum Al-Fatihah dalam rangkaian kaifiyat shalat dengan berbagai pilihan redaksi, dan semua redaksi bisa digunakan baik dalam shalat fardhu ataupun shalat sunnah, dan hukum membacanya adalah sunnat.
7) Membaca ta`awwudz
a. Pengertian ta`awudz
Ta’awudz atau isti`adzah menurut Bahasa adalah memperlindungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain.
b. Lafadz Ta`awudz
Lafadz ta’awudz atau isti`adzah dalam shalat bersifat meminta perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan berarti Ta`awudz atau isti`adzah harus berdasarkan Al-Quran dan hadits. Adapun bacaan meminta perlindungan kepada Allah diantaranya adalah sebagai berikut:
I. Dalil 1 Al-Quran Surat An-Nahl : 98
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
II. Dalil 2
…عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ بِاللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ …
Sunan Tirmidzi 225: …Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata: "Jika Rasulullah ﷺ berdiri untuk shalat malam, beliau bertakbir dan membaca: "SUBHAANAKA … lalu membaca: "ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya), " lalu membaca: "A'UUDZU BILLAHIS SAMI'IL AlIM MINASY SYAITHANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFSIHI (Aku berlidung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan bisikannya)."
III. Dalil 3
…عَنْ ابْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ثَلَاثًا سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثَ مَرَّاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ…
Sunan Ibnu Majah 799: …Dari Ibnu Jubair bin Muth'im dari Bapaknya ia berkata: Ketika membuka shalat, aku melihat Rasulullah ﷺ mengucapkan: "ALLAHU AKBAR KABIIRA, ALLAHU AKBAR KABIIRA … ALHAMDULILLAHI KATSIIRA, ALHAMDULILLAHI KATSIIRA … ALLAHUMMA INNI A'UDZU BIKA MINASY SYAITHANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIHI
Dalil 1 adalah Allah SWT memerintahkan kita agar membaca ta`awudz atau isti`adzah ketika akan membaca Al-Quran.
Dalil 2 dan 3 Adanya redaksi bacaan ta`udz memulai shalat, tetapi kedua dalil ini terdapat pembicaraan dalam rawinya berikut penjelasannya :
Dalil 2
Nama Lengkap : Muhammad bin Musa bin Nufai'
Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu 'Abdullah
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 248 H
Abu Daud : Dla’if
Abu Hatim : Syaikh
An Nasa'i : Shalih
Ibnu Hibban : Disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani : layyin
Dalil 3
Nama Lengkap : Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman
Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah : Abu Bakar
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 252 H
Komentar Ulama
Abu Hatim : Shaduuq
An Nasa'i : Shalih
An Nasa'i : la ba`sa bih
Ibnu Hibban : disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Adz Dzahabi : Hafizh
Menurut Ibnu Hajar : Ia tsiqoh kitab shahih, kecuali sesungguhnya dalam dirinya pelupa " (Ruwatut Tahdiyyin 5787)
Menurut Ibnu 'Atsaam : Dan ia keadaannya Pelupa " (Sir A'lam An-Nubala' XI:100)
Imam Nawawi dalam Al Majmu Syarah Muhadzdzab 3/603 … oleh karena itu, penulis berhujjah dengan hadits (no 1) karena berisi tentang penjelasan tentang tata caranya, hanya saja hadits tersebut dla’if. Tanggapan untuk pernyataan ini adalah berhujjah dengan ayat (no 1) kemudian Asysaukani Dalam Nailul Authar 2:203 berkata hadits ini walapun ada kritikan padanya (tetapi) telah datang dari beberapa jalan (jalur) yang banyak yang sebagiannya saling menguatkan, kemudian A. Hasan dalam Pengajaran Shalat 3:2 berkata hadits dalam riwayat-riwayat itu, sungguhpun lemah, tetapi dikuatkan dengan surat An-Nahl ayat 98.
Dengan keterangan-keterangan yang telah disebutkan bahwa Lafadz Ta`awudz atau isti`adzah memiliki keragaman dalam bacaannya tetapi intinya adalah adanya perintah membacanya dalam kaifiyat shalat.
Kesimpulan Ta’awudz atau isti`adzah adalah bacaan dalam shalat yang dilakukan setelah bacaan iftitah sebelum Al-Fatihah dan berhukum sunnat.
c. Hukum membaca ta`awudz dalam shalat
I. Wajib
II. Sunnat
III. Pendapat kami
Berikut penjelasannya:
Dalil 1 QS. An-Nahl [16)
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al-Quran, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Dalil 2
مسند أحمد ١٨٢٢٧: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ عَجْلَانَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ …فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ ثُمَّ كَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ قُمْ فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ
Musnad Ahmad 18227: … Telah menceritakan kepada kami Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya ….Maka Nabi SAW bersabda: "Jika kamu hendak menunaikan shalat, maka berwudlu dan sempurnakanlah wudlumu. Kemudian kamu menghadap kiblat dan bertakbir lalu bacalah (sesuatu dari ayat Al Qur`an). Setelah itu, ruku’'lah, sampai kamu tenang dalam posisi ruku’'. Kemudian angkatlah kepalamu, hingga kamu tenang dalam posisi berdiri. Dan setelah itu, kamu sujud hingga tenang dalam posisi sujud, kemudian angkatlah kepalamu hingga kamu tenang dalam posisi duduk. Kemudian kamu sujud lagi, hingga tenang dalam posisi sujud, lalu berdirilah. Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu."
I. Membaca ta’awudz berhukum wajib
Dalil 1 kalimat apabila kamu membaca Al-Quran, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk menunjukkan dengan jelas perintah langsung dari Allah dan kewajiban ini berlaku dalam shalat.
Mari perhatikan pendapat Ulama
1. Al Badari meriwayatkan dari Atha’ dan Ats-Tsauri membaca ta’awudz hukumnya wajib. …dua pendapat ini dari Abu Daud… (Al Majmu Syarah Muhadzab 3/609).
II. Membaca Ta’awudz Berhukum Sunnah
Mari perhatikan dalil 2, kalimat "Jika kamu hendak menunaikan shalat, maka berwudlu dan sempurnakanlah wudlumu. Kemudian kamu menghadap kiblat dan bertakbir lalu bacalah (sesuatu dari ayat Al Qur`an). Setelah itu, ruku’'lah, sampai kamu tenang dalam posisi ruku’'. Kemudian angkatlah kepalamu, hingga kamu tenang dalam posisi berdiri. Dan setelah itu, kamu sujud hingga tenang dalam posisi sujud, kemudian angkatlah kepalamu hingga kamu tenang dalam posisi duduk. Kemudian kamu sujud lagi, hingga tenang dalam posisi sujud, lalu berdirilah. Menunjukkan beberapa kaifiyat shalat yang bersifat rukun karena kalimat berikutnya yang Rasulullah sampaikan adalah Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu." Dengan demikian ta’awudz bukan bagian darinya, sehingga ta’awuzd berhukum sunnah.
Perhartikan pendapat Ulama
1. Imam Nawawi dalam Al Majmu Syarah Muhazdzdzab 3/609-610 hukum membaca taawuzd adalah di anjurkan, tidak wajib, inilah mazhab kami dan jumhur fuqaha …sementara dalil kami adalah hadits tentang orang yang shalat secara tidak baik (no 2)…
2. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/280 ‘… maka pada riwayat itu sebagai dalil, bahwa iqamah, ta’awwudz, do’a iftitah, mengangkat dua tangan saat takbiratul ihram dan yang lainnya, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri, takbir intiqal, bacaan tasybih diwaktu ruku’ dan sujud, cara-cara duduk dan menyimpan tangan kanan di atas paha dan sejenis dengannya itu adalah tidak wajib…
Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam Qaidah Ushul Fiqih:
مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب
"Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"
III. Pendapat kami
Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan kami lebih cenderung kepada pendapat bahwa ta’awudz adalah sunnah.
d. Membaca ta`awudz di awal raka’at atau pada setiap raka’at
Adapun permasalahan tentang apakah dibaca setiap raka’at atau hanya diraka’at pertama, berikut beberapa pendapat Ulama
I. Ta’awudz dibaca disetiap raka’at
II. Ta’awudz Dibaca di raka’at pertama saja
III. Pendapat kami
Dalil 1 QS. An-Nahl [16)
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al-Quran, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Dalil 2
…عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ بِاللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ…
Sunan Tirmidzi 225: …Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata: "Jika Rasulullah ﷺ berdiri untuk shalat malam, beliau bertakbir dan membaca: "SUBHAANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABAARAKAS MUKA WA TA'ALA JADDUKA WA LAA ILAAHA ILLAA GHAIRUKA (Maha Suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Berkah akan nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau), " lalu membaca: "ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya), " lalu membaca: "A'UUDZU BILLAHIS SAMI'IL ALIIM MINASY SYAITHANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFSIHI (Aku berlidung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan bisikannya)."
Dalil 3
…عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَى الْمِنْبَرِ{ وَنَادَوْا يَا مَالِكُ } قَالَ سُفْيَانُ فِي قِرَاءَةِ عَبْدِ اللَّهِ وَنَادَوْا يَا مَالِ
Shahih Bukhari 2991:… Dari Shafwan bin Ya'laa dari bapaknya radliyAllahu 'anhu berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ membaca suatu ayat di atas mimbar: { Wa naadaw yaa maalik (Mereka berseru: "hai maalik") (QS. Az-Zukhruf: 77). Sufyan berkata: menurut bacaan 'Abdullah (bin Mas'ud): "Wa naadaw yaa maal" (tanpa huruf kaaf).
I. Ta’awuzd dibaca disetiap raka’at
Dalil 1 kalimat Apabila kamu membaca Al-Quran, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk menunjukkan bahwa membaca ta’awuzd di sunnahkan dibaca setiap membaca Al-Quran baik di dalam shalat dan diluar shalat, adapun di dalam shalat disetiap permulaan raka’at yang berarti disetiap raka’at .
Perhatiakan pendapat Ulama
Imam Nawawi Al Majmu Syarah Muhazdzdzab 3/605,… menurut madzhab yang kuat, ta’awudz dianjurkan dibaca pada setiap raka’at …
II. Ta’awudz dibaca di raka’at pertama saja
Dalil 1 menunjukkan dengan jelas perintah untuk ketika membaca Al-Quran disunnahkan meminta perlidungan kepada Allah SWT.
Dalil 2 kalimat …ALLAHU AKBAR KABIIRA …lalu membaca: "A'UUDZU BILLAHIS… secara umum dalil-dalil tentang ta’awudz bersamaan dengan do’a iftitah dan menunjukkan hanya ada pada raka’at pertama saja.
Dalil 3 adanya informasi Rasulullah SAW membaca ta’awudz di awal saja, dan Ketika membaca ayat yang lain tidak mengulang bacaan ta’awuzd.
Kesimpulan dalil disunnahkanya meminta perlindungan kepada Allah SWT ketika hendak membaca Al-Quran secara jelas dilakukan di raka’at pertama dan diluar shalatpun sama dilakukan diawalnya saja.
Kesimpulan membaca ta’awudz dilakukan di awal baik di dalam ataupun di luar shalat.
Perhatikan pendapat Ulama:
1. Atha, Al Hasan, An-Nakhi, Ats Tsauri dan Abu Hanifah berpendapat ta’awudz dilakukan hanya untuk raka’at pertama saja (Al Majmu Syarah Muhazdzdzab 3/609)
2. Asy-Syaukani dalam Nailul Authar 2:205 berkata yang lebih teliti mencukupkan berdasarkan apa yang diterangkan oleh sunnah bahwa mengucapkan a`udzu itu sebelum membaca pada raka’at pertama saja.
III. Pendapat kami
Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah disampaikan kami lebih cenderung kepada pendapat ta’awudz dibaca di raka’at pertama saja, hal ini dikarenakan keumuman dalil Al-Quran terdapat keterangan hadits yang menunjukkan dengan jelas hanya dilakukan pada awal raka’at saja serta shalat adalah satu ibadah yang diawali dari takbir dan diakhiri dengan salam, berarti satu rangkaian ibadah.
8) MEMBACA SURAT AL-FATIHAH
a. Pengertian surat Al-Fatihah
Al-Fatihah adalah pembukaan atau bisa juga disebut Ummul Quran atau bisa juga disebut As Sab'ul Matsaany atau lainnya berikut penjelasannya :
I. Al-Fatihah adalah Ummul Quran
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ} الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ }قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَال{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ …
Shahih Muslim 598: … Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Quran di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna" Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah: "Kami berada di belakang imam?" Maka dia menjawab: "Bacalah Ummul Quran dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Allah berfirman, 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata: 'Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.' Maka Allah berkata: 'HambaKu memujiKu.' Apabila hamba tersebut mengucapkan, 'Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.' Allah berkata: 'HambaKu memujiKu.' Apabila hamba tersebut mengucapkan, 'Pemilik hari kiamat.' Allah berkata: 'HambaKu memujiku.' Selanjutnya Dia berkata: 'HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.' Apabila hamba tersebut mengucapkan, 'Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan.' Allah berkata: 'Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta'. Apabila hamba tersebut mengucapkan, 'Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.' Allah berkata: 'Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta'…"
II. Al-Fatihah adalah As-Sab'ul Matsani
Q.S. Al-Hijr : 87
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung.
Kesimpulan Al-Fatihah adalah Ummul Quran (ibunya Al-Quran ) atau As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang berulang-ulang) dengan bacaan
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ - ١
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ - ٢
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ - ٣
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ - ٤
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ - ٥
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ - ٦
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ - ٧
b. Hukum membaca Al-Fatihah
Hukum membaca Al-Fatihah adalah wajib disetiap raka’at
Dalil 1
…عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Shahih Bukhari 714: …Dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:"Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah)."
Dalil 2
…عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ فِي الْأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ وَيُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مَا لَا يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ وَهَكَذَا فِي الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِي الصُّبْحِ
Shahih Bukhari 734: …Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya, bahwa Nabi ﷺ dalam shalat Dhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah pada dua raka’at pertama. Dan pada dua raka’at akhir membaca Al Fatihah, yang terkadang ayat yang beliau baca terdengar. Beliau memanjangkannya pada raka’at pertama, dan pada raka’at keduanya tidak sepanjang pada raka’at pertama. Beliau lakukan seperti ini juga dalam shalat 'Ashar, begitu pula pada shalat Shubuh.
Dalil pertama tentang wajibnya Al-Fatihah, dalil kedua bahwa bacaan Al-Fatihah dibaca pada setiap raka’at dalam shalat
Kesimpulan Al-Fatihah wajib dibaca pada setiap raka’at dalam shalat
c. Adapun tentang ikhtilaf bacaan basmalah dalam surat Al-Fatihah ada beberapa pendapat, antara lain:
I. Pendapat basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah
II. Pendapat basmalah bagian dari Al-Fatihah
III. Pendapat kami
Dalil 1
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ …فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ} الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا …
Shahih Muslim 598 : … Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, … karena aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Allah berfirman, 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata: 'Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.' Maka Allah berkata: 'HambaKu memujiKu.'… "
Dalil 2
…عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Shahih Muslim 605…Dari Anas dia berkata: "Saya shalat bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, lalu aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca, 'Bismillahirrahmanirrahim'."
Dalil 3
صحيح مسلم ٧٦٨: …عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِالْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Shahih Muslim 768: …dari Aisyah radhiyAllahu'anha dia berkata: "Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin'…
Dalil 4
Dalil Q.S. Al Hijr : 87
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang
Dalil 5
سنن الدارقطني ١١٧٧: …عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا قَرَأْتُمِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا: {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]. إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ , وَأُمُّ الْكِتَابِ , وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي , وَ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] إِحْدَاهَا ". قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ: ثُمَّ لَقِيتُ نُوحًا فَحَدَّثَنِي , عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ بِمِثْلِهِ وَلَمْ يَرْفَعْهُ
Sunan Al Kubra 2181 / Sunan Daruquthni 1177: … Dari Abu Hurairah, ia mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian membaca alhamdu lillaah' maka bacalah 'Bismillaahir rahmaanir rahiim', sesungguhnya itu adalah Ummul Qur‟an (induknya Al Qur‟an), Ummul Kitab (induknya Al Kitab), dan As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), sedangkan 'Bismillaahir rahmaanir rahiim' adalah salah satunya',"
Dalil 6
…عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ أَنَسٌ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ{ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } يَمُدُّ بِبِسْمِ اللَّهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
Shahih Bukhari 4658:… Dari Qatadah ia berkata: Anas pernah ditanya: "Bagaimanakah bacaan Nabi ﷺ?" Ia pun menjawab: "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca: {BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM}. Anas menjelaskan: "Beliau memanjangkan bacaan 'BISMILLAH' dan juga memanjangkan bacaan 'ARRAHMAAN' serta bacaan 'ARRAHIIM.'"
Dalil 7
…أَبُو سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ: " أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْتَفْتِحُ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَوْ: بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ؟ فَقَالَ: إِنَّكَ لَتَسْأَلُنِي عَنْ شَيْءٍ مَا أَحْفَظُهُ، وَمَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ، قُلْتُ: أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي النَّعْلَيْنِ؟ قَالَ: نَعَمْ "
Sunan Al Kubro Baihaqi 2:67, No: 2390: …Dari Abu Salamah ia berkata, Saya bertanya kepada Anas bin Malik :”Apakah Rasulullah ﷺ. membuka dengan “Alhamdulillahirobbil ‘alamin” atau dengan "bismillaahirrahmaanirrahiim" Anas menjawab: Engkau bertanya mengenai sesuatu yang aku telah lupa, dan tidak ada yang bertanya mengenai itu selain kamu. Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah Rasulullah ﷺ. shalat dengan memakai kedua sandalnya? Anas Menjawab : Ya.
Dalil 8
سنن النسائي ٨٩٥: …عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ…
Sunan Nasa'i 895 … Dari Nu'aim Al Mujmir dia berkata: "Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca: 'Bismillaahirrohmaanirrohiim lalu membaca surat Al Fatihah,…
I. Pendapat basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah
Dalil dari Abu Hurairah dan no 1 memulai dari alhamdulillah ..dan dalil dari Anas no 2 kalimat Saya shalat bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, lalu aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca, 'Bismillahirrahmanirrahim' diperkuat dalil 3 dari aisyah kalimat "Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin' menunjukkan dengan jelas bahwa basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah dan Rasulullah SAW tidak membacanya baik jahr ataupun sir
Kesimpulan dalil 1-3 Al-Fatihah dimulai dari alhamdulillah tidak dari bismillah…
Perhatikan pendapat Ulama
1. Imam Malik berpendapat : Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak membaca BasmAllah secara keseluruhan, ia tidak menjaharkan dan tidak mensirkan " (Tafsir Ibnu Katsir I:118)
2. Imam Malik berkata : orang yang shalat tidak membaca bismillahirahmannirrahiim pada awal Al-Fatihah, tetapi menjadikannya sebagai permulaan surat-surat yang lain. (Al Mughni 2/34)
II. Pendapat basmalah bagian dari Al-Fatihah
Dalam fiqh dikenal dengan Istidlal Salabi yaitu berdalil dalam menetapkan tidak adanya sesuatu dengan sebab tidak disebutkan perkara itu, sebagaimana hadits di atas, tidak menyebutkan Basmalah, berarti tidak ada. Cara berdalil seperti itu dinamakam Istidlal Salabi. Namun begitu, cara model ini tidak kuat, karena tidak disebutkannya sesuatu tidak berarti tidak ada, contoh : “Jika engkau berdiri untuk shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap qiblat, lalu bertakbir”. Dalam hadits ini tidak disebut-sebut menutup aurat, tetapi tidak berarti menutup aurat dalam shalat itu tidak wajib. nDhanni Salabi : Dhanni artinya; prakiraan, praduga Salabi artinya; negatif (tidak disebutkan). Dhanni Salabi artinya kesimpulan yang didasarkan atas prakiraan atau pemahaman yang karena tidak disebutkannya sesuatu berarti tidak ada. Cara membuat kesimpulan seperti itu tidak benar dan tidak dapat dijadikan (hujjah) argumentasi yang kuat. Al-Hidayah Fi Masail Al-Fiqh: 201.
Dalil 4 kalimat firman Allah SWT Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang menunjukkan dengan jelas bismillah… bagian dari tujuh ayat
Dalil 5 kalimat'Apabila kalian membaca alhamdu lillaah' maka bacalah 'Bismillaahir rahmaanir rahiim',menunjukkan bahwa nama lain Al-Fatihah diantaranya alhamdulillah sehingga dalil dari aisyah no 3 kalimat Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin' menunjukkan salah satu nama surat Al-Fatihah berarti dimulai dari bismillah…
Dalil 2, 6 dan 7 berikut pernyataan sahabat Anas :
1. Anas menyatakan tidak mendengar Al-Fatihah dimulai dari bismillah tetapi alhamdulillah (no 2)
2. Anas menyatakan Al-Fatihah dimulai dari bismillah… (no 6)
3. Anas Ketika ditanya Al-Fatihah dimulai bismillah atau alhamdulillah beliau menjawab lupa (no 7)
Menunjukkan adanya kontradiksi antara satu keterangan dengan keterangan berikutnya, dengan tanpa mengurangi kehormatan sahabat Anas, sementara pada dalil 9, Abu Hurairah memulai bacaan Al-Fatihah dengan bismillah… diakhiri dengan kalimat 'Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat, maka dengan tidak mengomentari keraguan sahabat Anas maka mengambil hujjah dari Abu Hurairah dengan keyakinanya lebih diutamakan.
Kesimpulan dalil tujuh ayat Al-Fatihah dimulai dari bismillahirahmanirrahim, kemudian berhubungan dengan bacaan Al-Fatihah pada permulaan shalat dimulai dengan bismillahiramnirraim…
a. Catatan
Masih banyak dalil-dalil yang menguatkan pendapat ini karena keterbatasan kami hanya menyampaikan sebagiannya.
Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan kami meyakini bahwa Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dan ayat pertamanya adalah bismillahirmanirrahim…
Mari perhatikan pendapat Ulama
1. Imam Syafi’i : “Dan telah sampai kepadaku bahwa Ibnu Abbas RadhiyAllahu ‘anhuma dahulu beliau berkata; Sesungguhnya Rasulullah ﷺ dahulu membuka bacaannya dengan Bismillahirrahmanirrahim.” (Al-Umm :1/129)
2. Ibnu Qudamah : mengenai hadits Anas telah kami jelaskan di awal. Selain itu orang-orang yang diriwayatkan darinya membaca al-fatihah tanpa membaca bismillah sesungguhnya juga diriwayatkan dengan jelas bahwa mereka membaca basmalah sebelum Al-Fatihah (Al-Mughni 2/33)
3. Imam An-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab : 3/333 - 341 Adapun hukum masalah Al-Fatihah madzhab kami, Bahwasannya nnya basmalah itu satu ayat yang sempurna dari awal surat al-Fatihah tanpa ada perselisihan”.
III. Pendapat kami
Dengan keterangan-keterangan yang telah disebutkan kami berkeyakinan tujuh ayat Al-Fatihah dimulai dari bismillahirahmanirrahim, kemudian berhubungan dengan bacaan Al-Fatihah pada permulaan shalat dimulai dengan bismillahirahmaanirraahiim…
d. Adapun tentang perbedaan bacaan basmalah sir atau jahar pada bacaan shalat jahr
I. Bacaan basmalah sir pada shalat jahr
II. Bacaan basmalah dibaca jahr pada shalat jahr
III. Bacaan basmalah dibaca jahr atau sir pada shalat jahr adalah pilihan
IV. Pendapat kami
Berikut penjelasannya
Dalil 1
…عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ} الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا …
Shahih Muslim 598 : … Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, … karena aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Allah berfirman, 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata: 'Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.' Maka Allah berkata: 'HambaKu memujiKu.'… "
Dalil 2
صحيح البخاري ٧٠١: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةَ بِ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }
Shahih Bukhari 701 : … dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar RA, mereka memulai shalat dengan membaca: {ALHAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN}.
Dalil 3
سنن النسائي ٨٩٧: …عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَجْهَرُ بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sunan Nasa'i 897: …Dari Qatadah dari Anas dia berkata: "Aku shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, serta Utsman RadliyAllahu'anhum, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan 'Bismillahirrahmaanirrahiim.'"
Dalil 4
صحيح مسلم ٧٦٨: …عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِالْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Shahih Muslim 768: …Dari Aisyah radhiyAllahu'anha dia berkata: "Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin'…
Dalil 5
سنن الترمذي ٢٢٧: …عَنْ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ سَمِعَنِي أَبِي وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ أَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَقَالَ لِي أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ إِيَّاكَ وَالْحَدَثَ قَالَ وَلَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَبْغَضَ إِلَيْهِ الْحَدَثُ فِي الْإِسْلَامِ يَعْنِي مِنْهُ قَالَ وَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقُولُهَا فَلَا تَقُلْهَا إِذَا أَنْتَ صَلَّيْتَ فَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sunan Tirmidzi 227: …Dari Ibnu Abdullah bin Mughaffal ia berkata: Ayahku mendengarku ketika aku dalam shalat, ketika itu aku membaca, "BISMILLAAHIIR RAHMAANIR RAHIIM, lalu ayahku berkata: "Wahai anakku, engkau telah melakukan hal yang baru, jauhilah perkara baru!" Ia (ayahku) berkata: "Aku tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah SAW membenci sesuatu selain perkara yang baru (diada-adakan) di dalam Islam." Ia berkata lagi, "Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, namun aku belum pernah melihat mereka mengucapkannya, maka janganlah engkau ucapkan itu. Jika engkau melaksanakan shalat maka bacalah, "ALHAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN…
Dalil 6
Q.S. Al Hijr : 87
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang
Dalil 7
…عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ أَنَسٌ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ{ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } يَمُدُّ بِبِسْمِ اللَّهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
Shahih Bukhari 4658:… Dari Qatadah ia berkata: Anas pernah ditanya: "Bagaimanakah bacaan Nabi ﷺ?" Ia pun menjawab: "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca: {BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM}. Anas menjelaskan: "Beliau memanjangkan bacaan 'BISMILLAH' dan juga memanjangkan bacaan 'ARRAHMAAN' serta bacaan 'ARRAHIIM.'"
Dalil 8
…عَنْ أَبُو سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ: " أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْتَفْتِحُ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَوْ: بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ؟ فَقَالَ: إِنَّكَ لَتَسْأَلُنِي عَنْ شَيْءٍ مَا أَحْفَظُهُ، وَمَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ، قُلْتُ: أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي النَّعْلَيْنِ؟ قَالَ: نَعَمْ
Sunan Al Kubro Baihaqi 2:67, No: 2390: …Dari Abu Salamah ia berkata, Saya bertanya kepada Anas bin Malik :”Apakah Rasulullah ﷺ. membuka dengan “Alhamdulillahirobbil‘alamin” atau dengan "bismillaahirrahmaanirrahiim" Anas menjawab: Engkau bertanya mengenai sesuatu yang aku telah lupa, dan tidak ada yang bertanya mengenai itu selain kamu. Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah Rasulullah ﷺ. shalat dengan memakai kedua sandalnya? Anas Menjawab : Ya”.
Dalil 9
سنن الدارقطني ١١٧٧: …عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا قَرَأْتُمِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا: {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]. إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ , وَأُمُّ الْكِتَابِ , وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي , وَ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] إِحْدَاهَا.
Sunan Al Kubra 2181 / Sunan Daruquthni 1177: … Dari Abu Hurairah, ia mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian membaca alhamdu lillaah' maka bacalah 'Bismillaahir rahmaanir rahiim', sesungguhnya itu adalah Ummul Quran (induknya Al-Quran), Ummul Kitab (induknya Al Kitab), dan As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), sedangkan 'Bismillaahir rahmaanir rahiim' adalah salah satunya',"
Dalil 10
سنن النسائي ٨٩٥: …عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ… وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sunan Nasa'i 895:.. dari Nu'aim Al Mujmir dia berkata: "Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca: 'Bismillaahirrohmaanirrohiim',… Setelah selesai salam, dia berkata: 'Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat
Dalil 11
قَالَ نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: " إِنَّهُ كَانَ لَا يَدَعُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ لِأُمِّ الْقُرْآنِ، وَالسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا
(Al Baghawy dalam Sarhus Sunnah, 3/57).: … Nafi’ mengatakan dari Ibn Umar Bahwasannya nya ia tidak pernah meninggalkan (membaca) "bismillaahirrahmaanirrahiim" untuk ummul Quran, dan untuk surat setelahnya…
Dalil 12
…عَنْ يَزِيدَ الْفَقِيرِ أَنَّهُ: سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ، " قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ، ثُمَّ قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ،…
Artinya : …Dari Yazid Al-Faqir sesungguhnya ia mendengar Ibn Umar membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim", kemudian membaca Fatihatul Kitab, kemudian membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (untuk surat setelahnya). (Baihaqi dalam Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 2/375).
Dalil 13
…عن سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ : صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَجَهَرَ بِ …(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)
(Baihaqi dalam As Sunanul Kubro, 2/48 dan Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 1/517).: …Dari Sa’id bin Abdurrahman bin Abza dari bapaknya ia berkata, “Saya shalat di belakang Umar bin Khatab dan ia menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim"…
Dalil 14
أَنَّ أَبَا بَكْرِ بْنَ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ أَخْبَرَهُ , أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ أَخْبَرَهُ , قَالَ: صَلَّى مُعَاوِيَةُ بِالْمَدِينَةِ صَلَاةً فَجَهَرَ فِيهَا بِالْقِرَاءَةِ فَلَمْ يَقْرَأْ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] لِأُمِّ الْقُرْآنِ وَلَمْ يَقْرَأْهَا لِلسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا وَلَمْ يُكَبِّرْ حِينَ يَهْوِي حَتَّى قَضَى تِلْكَ الصَّلَاةَ فَلَمَّا سَلَّمَ نَادَاهُ مَنْ سَمِعَ ذَلِكَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ: يَا مُعَاوِيَةُ أَسَرَقْتَ الصَّلَاةَ أَمْ نَسِيتَ قَالَ: فَلَمْ يُصَلِّ بَعْدَ ذَلِكَ إِلَّا قَرَأَ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] لِأُمِّ الْقُرْآنِ وَلِلسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا وَكَبَّرَ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ". كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ
Sunan Ad-Daruqutni, 2/83: …Bahwasannya nya Abu Bakar bin hafs bin Umar telah memberi kabar, Bahwasannya nya Anas bin Malik telah memberi kabar ia berkata, “Mu’awiyah shalat di Madinah dan menjaharkan bacaannya dan ia tidak membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan tidak membacanya untuk surat setelahnya dan tidak mengucapkan takbir ketika hendak sujud sampai selesai shalat. Setelah mengucapkan salam, mendengar seperti itu para sahabat dari Muhajirin dan Anshor menyerunya dari tempatnya masing-masing, “Hai Mu’awiyah, Engkau telah mencuri shalat atau lupa? Anas berkata, “maka Mu’awiyah setelah itu tidak shalat melainkan membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim"(Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan untuk surat setelahnya dan mengucapkan takbir ketika hendak sujud. (rawi-rawinya semuanya tsiqot).
Dalil 15
…عَنِ الْأَزْرَقِ بْنِ قَيْسٍ، أَنَّهُ قَالَ: «صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ الزُّبَيْرِ، فَقَرَأَ فَجَهَرَ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ»
Sunan Al Baihaqi Al Kubro, 2/49, dan Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 2/376... Dari Azraq bin qais bahwanya ia telah berkata, “Saya shalat di belakang Ibn Zubair kemudian ia membaca dan menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim"…
Dalil 16
…وَقَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ: وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، يَفْعَلُهُ، وَكَانَ يُشَبَّهُ فِي حُسْنِ الصَّلَاةِ بِأَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، وَكَانَ عَنْهُ أَخَذَهَا…
Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 2/376: …Dan berkata Syaikh Ahmad : Abdullah bin Zubair melakukannya dan dia dalam bagusnya shalat menyerupai Abu Bakar dan ia mengambil (cara shalat) darinya…
Dalil 17
…عَنْ عَمَّارَةَ : أَنَّ عِكْرِمَةَ كَانَ لَا يُصَلِّي خَلْفَ مَنْ لَا يَجْهَرُ بِ …{بسم الله الرحمن الرحيم}
Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 1/522: …Dari ‘Amarah, Bahwasannya nya Ikrimah tidak mau shalat di belakang orang yang tidak menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim”
Dalil 18
…عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ:كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، هَزِئَ مِنْهُ الْمُشْرِكُونَ، وَقَالُوا: مُحَمَّدٌ يَذْكُرُ إِلَهَ الْيَمَامَةِ، وَكَانَ مُسَيْلِمَةُ يَتَسَمَّى الرَّحْمَنَ فَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ أُمِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لا يَجْهَرَ بِهَا.
HR. Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir, 10/132; Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 2/441).: …Dari Ibn Abbas ia berkata : Adalah Rasulullah ﷺ. ketika membaca “BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”, orang-orang musyrik memperolok-oloknya. Mereka mengatakan, “Muhammad menyebut-nyebut tuhan Yamamah”, dan dia adalah Musailamah menamai dirinya ar rahman. Ketika turun ayat {وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا }., Rasulullah ﷺ. diperintahkan untuk tidak menjaharkannya.
Untuk mempermudah memahaminya mari kita perhatikan inti dari 18 dalil yang telah disebutkan.
Dalil 1 kalimat'Allah berfirman, 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata: 'Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.' Maka Allah berkata: 'HambaKu memujiKu.'… "
Dalil 2 kalimat dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar RA, mereka memulai shalat dengan membaca: {ALHAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN}.
Dalil 3 kalimat dari Qatadah dari Anas dia berkata: "Aku shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, serta Utsman RadliyAllahu'anhum, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan 'Bismillahirrahmaanirrahiim
Dalil 4 kalimat dari Aisyah radhiyAllahu'anha dia berkata: "Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin'
Dalil 5 kalimat dari Ibnu Abdullah bin Mughaffal ia berkata: Ayahku mendengarku ketika aku dalam shalat, ketika itu aku membaca, "BISMILLAAHIIR RAHMAANIR RAHIIM, lalu ayahku berkata: "Wahai anakku, engkau telah melakukan hal yang baru, jauhilah perkara baru!" Ia (ayahku) berkata: "Aku tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah SAW membenci sesuatu selain perkara yang baru (diada-adakan) di dalam Islam." Ia berkata lagi, "Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, namun aku belum pernah melihat mereka mengucapkannya, maka janganlah engkau ucapkan itu. Jika engkau melaksanakan shalat maka bacalah, "ALHAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN
Dalil 6 kalimat Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang
Dalil 7 kalimat Dari Qatadah ia berkata: Anas pernah ditanya: "Bagaimanakah bacaan Nabi ﷺ?" Ia pun menjawab: "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca: {BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM}. Anas menjelaskan: "Beliau memanjangkan bacaan 'BISMILLAH' dan juga memanjangkan bacaan 'ARRAHMAAN' serta bacaan 'ARRAHIIM
Dalil 8 kalimat Dari Abu Salamah ia berkata, Saya bertanya kepada Anas bin Malik :”Apakah Rasulullah ﷺ. membuka dengan “Alhamdulillahirobbil ‘alamin” atau dengan "bismillaahirrahmaanirrahiim" Anas menjawab: Engkau bertanya mengenai sesuatu yang aku telah lupa
Dalil 9 kalimat dari Abu Hurairah, ia mengatakan "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian membaca alhamdu lillaah' maka bacalah 'Bismillaahir rahmaanir rahiim', sesungguhnya itu adalah Ummul Qur‟an (induknya Al-Quran), Ummul Kitab (induknya Al Kitab), dan As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), sedangkan 'Bismillaahir rahmaanir rahiim' adalah salah satunya'
Dalil 10 kalimat dari Nu'aim Al Mujmir dia berkata: "Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca: 'Bismillaahirrohmaanirrohiim',… Setelah selesai salam, dia berkata: 'Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat
Dalil 11 kalimat Nafi’ mengatakan dari Ibn Umar Bahwasannya nya ia tidak pernah meninggalkan (membaca) "bismillaahirrahmaanirrahiim" untuk ummul Quran, dan untuk surat setelahnya
Dalil 12 kalimat Dari Yazid Al-Faqir sesungguhnya ia mendengar Ibn Umar membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim", kemudian membaca Fatihatul Kitab, kemudian membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim
Dalil 13 kalimat Dari Sa’id bin Abdurrahman bin Abza dari bapaknya ia berkata, “Saya shalat di belakang Umar bin Khatab dan ia menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
Dalil 14 kalimat Bahwasannya nya Anas bin Malik telah memberi kabar ia berkata, “Mu’awiyah shalat di Madinah dan menjaharkan bacaannya dan ia tidak membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan tidak membacanya untuk surat setelahnya dan tidak mengucapkan takbir ketika hendak sujud sampai selesai shalat. Setelah mengucapkan salam, mendengar seperti itu para sahabat dari Muhajirin dan Anshor menyerunya dari tempatnya masing-masing, “Hai Mu’awiyah, Engkau telah mencuri shalat atau lupa? Anas berkata, “maka Mu’awiyah setelah itu tidak shalat melainkan membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim"(Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan untuk surat setelahnya dan mengucapkan takbir ketika hendak sujud.
Dalil 15 kalimat Dari Azraq bin Qais bahwanya ia telah berkata, “Saya shalat di belakang Ibn Zubair kemudian ia membaca dan menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
Dalil 16 kalimat Dan berkata Syaikh Ahmad : Abdullah bin Zubair melakukannya dan dia dalam bagusnya shalat menyerupai Abu Bakar dan ia mengambil (cara shalat) darinya
Dalil 17 kalimat Dari ‘Amarah, Bahwasannya nya Ikrimah tidak mau shalat di belakang orang yang tidak menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
Dalil 18 kalimat Dari Ibn Abbas ia berkata : Adalah Rasulullah ﷺ. ketika membaca “BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”, orang-orang musyrik memperolok-oloknya. Mereka mengatakan, “Muhammad menyebut-nyebut tuhan Yamamah”, dan dia adalah Musailamah menamai dirinya ar rahman. Ketika turun ayat {وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا}., Rasulullah ﷺ. diperintahkan untuk tidak menjaharkannya.
I. Penjelasan pendapat Bacaan basmallah sir pada shalat jahr
Dalil 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan bahwa Abu Hurairah menerangkan bahwa Allah SWT membagi Al-Fatihah dalam dua bagian dimulai dari alhamdulillah, kemudian diperkuat dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar Ra, mereka memulai shalat dengan membaca: {ALHAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN}, kemudian Anas mempertegas dengan kalimat Aku shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, serta Utsman RA, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan 'Bismillahirrahmaanirrahiim, artinya permulaan alhamdulillah yang dimaksud adalah dengan bismillah.. tetapi dengan tidak mengeraskanya (jahr), kemudian dari Aisyah radhiyAllahu'anha dia berkata: "Dahulu Rasulullah SAW membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin, semakin mempertegas bahwa Al-Fatihah dimulai dari bismillah tetapi tidak jahr, kecuali pada kalimat alhamdulillah dan seterusnya.. terakhir dari Ibnu Abdullah bin Mughaffal, dari ayahnya bahwa "Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, namun aku belum pernah melihat mereka mengucapkannya, maka janganlah engkau ucapkan itu. Jika engkau melaksanakan shalat maka bacalah, "ALHAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN, dan mneyatakan bahwa bila dikeraskan dari bismillah..itu adalah sesuatu yang baru (bid`ah), sementara mengenai Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang berarti bahwa Alhamdulillahirabbilalamin ayat 1, Arrahmanirahim ayat 2, dan seterusnya.. (Syaih Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, sifat shalat Nabi SAW hal 181) dari keterangan-keterangan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Fatihah Ketika shalat dimulai dari bismillah.. dengan tidak mengeraskanya.
Mari perhatikan pendapat Ulama
1. Imam Ahmad bin Hambal tidak ada perselisihan mengenai riwayat mengeraskan bacaan basmalah sebagai sesuatu yang tidak disunnatkan. (Al-Mughni: 2/34)
2. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni: 1/346 “Dan ini menunjukkan bahwa Beliau –ﷺ– tidak menyebutkan bacaan “Bismillahirrahmaanirrahiim” dan beliau tidak membacanya secara Jahar. Adapun hadits Abu Hurairah yang mereka berdalil dengannya, tidaklah menunjukkan bahwa Beliau –ﷺ– membacanya secara Jahar, dan hal itu tidaklah menutup kemungkinan bahwa (Abu Hurairah) mendengar dari Beliau –ﷺ– ketika membacanya secara Sirr, sebagaimana mendengar do’a istiftah dan isti’adzah dari Nabi –ﷺ– sedangkan keduanya dibaca secara Sirr. Dan sungguh Abu qotadah telah meriwayatkan; “Bahwa dahulu Nabi –ﷺ– ketika shalat dhuhur terkadang memperdengarkan bacaan ayat kepada mereka.” (Muttafaqun ‘alaih) Dan seluruh hadits yang mengkabarkan tentang jahar adalah hadits Dla’if (lemah); karena perawinya adalah perawi hadits membaca secara pelan, dan sanad (jalur riwayat hadits) membaca secara pelan adalah sanad yang shahih tanpa ada perselisihan didalamnya, maka hal itu menunjukkan lemahnya perawi bacaan Jahar. Dan sungguh telah sampai kepadaku bahwa Ad-Daruquthni berkata: “tidaklah terdapat satupun hadits shahih didalam mengeraskan (bacaan basmalah).”
3. Ibnu Taimiyah Dalam Kitab Shifat Ash-Shalah min Syarh Al-‘Umdah karya, hlm. 105 “Yang sesuai sunnah, basmalah dibaca sebelum surat Al Fatihah dan bacaan tersebut dilirihkan (tidak dikeraskan).
II. penjelasan bacaan basmalah dibaca jahr pada shalat jahr
Untuk mengetahui pendapat secara utuh mari kita perhatikan pernyataan sahabat Abu Hurairah dan sahabat Anas serta sahabat-sahabat yang lain, berikut keterangannya :
Sahabat Abu Hurairah
Dalil 1 no 1 bahwa Allah SWT membagi Al-Fatihah dalam dua bagian dimulai dari alhamdulillah, menunjukkan sebuah keterangan yang tidak menunjukkan dengan pasti bahwa bismillah.. bukan bagian dari Al-Fatihah
Dalil 2 no 9 kalimat dari Abu Hurairah, ia mengatakan "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila kalian membaca alhamdu lillaah' maka bacalah 'Bismillaahir rahmaanir rahiim', sesungguhnya itu adalah Ummul Quran (induknya Al Qur‟an), Ummul Kitab (induknya Al Kitab), dan As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), sedangkan 'Bismillaahir rahmaanir rahiim' adalah salah satunya' menunjukkan bahwa nama lain surat Al-Fatihah adalah alhamdulillah… sekaligus sebagai penerjemah bahwa aisyah Ra (no 4) Ketika menyatakan dimulai dari alhamdulillah yang dimaksud adalah Al-Fatihah yang dimulai dari bismillah…kemudian sebagai penegasan bahwa yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang,( no 7) dimulai dari bismillah…
Dalil 3 no 10 dari Nu'aim Al Mujmir dia berkata: "Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca: 'Bismillaahirrohmaanirrohiim',… Setelah selesai salam, dia berkata: 'Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat, menunjukkan dengan jelas bahwa Al-Fatihah dimulai dari bismillah… adalah kaifiyat dari Rasulullah SAW demikian sampai Abu Hurairah menyatakan Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat
Kesimpulan Abu Hurairah yakin bismillah.. dibaca jahr pada permulaan Al-Fatihah adalah kaifiyat yang Rasulullah SAW lakukan pada shalat jahr.
Sahabat Anas bin Malik
Pernyaataan
1. Bahwa bismillah… tidak dibaca (no 2) dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan 'Umar RA, mereka memulai shalat dengan membaca: {ALHAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN}.
2. bahwa bismillah… di baca tetapi pelan (no3) dari Anas dia berkata: "Aku shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, serta Utsman Radliyallahu'anhum, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan 'Bismillahirrahmaanirrahiim
3. Bahwa bismillah… dibaca jahr sebagai bagian dari Al-Fatihah (No 7) Anas pernah ditanya: "Bagaimanakah bacaan Nabi ﷺ?" Ia pun menjawab: "Bacaan beliau adalah panjang." Lalu ia pun membaca: {BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM}. Anas menjelaskan: "Beliau memanjangkan bacaan 'BISMILLAH' dan juga memanjangkan bacaan 'ARRAHMAAN' serta bacaan 'ARRAHIIM
4. Bahwa bismillah… harus dibaca jahr, dengan menegur sahabat lain yaitu Mu’awiyah (no 14) Anas bin Malik telah memberi kabar ia berkata, “Mu’awiyah shalat di Madinah dan menjaharkan bacaannya dan ia tidak membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan tidak membacanya untuk surat setelahnya dan tidak mengucapkan takbir ketika hendak sujud sampai selesai shalat. Setelah mengucapkan salam, mendengar seperti itu para sahabat dari Muhajirin dan Anshor menyerunya dari tempatnya masing-masing, “Hai Mu’awiyah, Engkau telah mencuri shalat atau lupa? Anas berkata, “maka Mu’awiyah setelah itu tidak shalat melainkan membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim"(Al Fatihah ayat 1) untuk ummul Quran dan untuk surat setelahnya dan mengucapkan takbir ketika hendak sujud.
Menunjukkan bahwa sahabat Anas memberikan keterangan-keterangan yang kontradiktip satu dengan yang lainnya, tetapi sebagai bagian dari keyakinan akan adilnya para sahabat maka kita perhatikan dalil 18 Dari Ibn Abbas ia berkata : Adalah Rasulullah ﷺ. ketika membaca “BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”, orang-orang musyrik memperolok-oloknya. Mereka mengatakan, “Muhammad menyebut-nyebut tuhan Yamamah”, dan dia adalah Musailamah menamai dirinya ar rahman. Ketika turun ayat {وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا}., Rasulullah ﷺ. diperintahkan untuk tidak menjaharkannya
dengan keterangan ini kami berkesimpulan bahwa Rasulullah dan para sahabat pernah men sir kan bismillah.. Ketika ada illat (alasan), sementra itu dalam qaidah fiqh disebutkan
الحكم يدور مع علة وجوداً وعدماً
"Hukum itu berputar pada ada tidaknya illat”
Dengan demikian hukum men sir kan bacaan bismillah… berlaku bila ada illat (alasan).
Sebagai penguat pendapat ini mari perhatikan pernyataan-pernyataan sahabat lain dan generasi setelahnya yang diantaranya
1. Dalil 11 kalimat Nafi’ mengatakan dari Ibn Umar Bahwasannya nya ia tidak pernah meninggalkan (membaca) "bismillaahirrahmaanirrahiim" untuk ummul Quran, dan untuk surat setelahnya
2. Dalil 12 kalimat Dari Yazid Al-Faqir sesungguhnya ia mendengar Ibn Umar membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim", kemudian membaca Fatihatul Kitab, kemudian membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim
3. Dalil 13 kalimat Dari Sa’id bin Abdurrahman bin Abza dari bapaknya ia berkata, “Saya shalat di belakang Umar bin Khatab dan ia menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
4. Dalil 15 kalimat Dari Azraq bin qais bahwanya ia telah berkata, “Saya shalat di belakang Ibn Zubair kemudian ia membaca dan menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
5. Dalil 16 kalimat Dan berkata Syaikh Ahmad : Abdullah bin Zubair melakukannya dan dia dalam bagusnya shalat menyerupai Abu Bakar dan ia mengambil (cara shalat) darinya
6. Dalil 17 kalimat Dari ‘Amarah, Bahwasannya nya Ikrimah tidak mau shalat di belakang orang yang tidak menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim
Adapun tentang dalil 5 Sunan Tirmidzi 227: … membaca, "BISMILLAAHIIR RAHMAANIR RAHIIM, lalu ayahku berkata: "Wahai anakku, engkau telah melakukan hal yang baru…
Pada sanadnya ada rawi yang tidak dikenal yaitu :
Nama Lengkap : Yazid bin 'Abdullah bin Mughaffal
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kunyah :
Negeri semasa hidup :
Wafat :
Tidak ada komentar Ulama
Nashiruddin Al Albani dla’if dan Abu Thahir Zubair Ali Zai dla’if
Kesimpulan keterangan sahabat Anas Menunjukkan adanya kontradiksi antara satu keterangan dengan keterangan berikutnya, tetapi dengan adanya dalil illat (alasan) kenapa bacaan bismillah di pelankan maka kita terhindar dari menunjukkan sahabat Anas memberikan keterangan satu dengan yang lain kontradiksi, dan hujjah dari Abu Hurairah dengan keyakinanya 'Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam shalat, menjadi sumber utama bahwa Rasulullah diyakini menjahrkan bismillah…ditambah dengan keterangan-ketrangan sahabat yang lain serta generasi setelahnya meyakinkan kita bahwa pada shalat jahr, Rasulullah SAW menjahrkan bismillah.. karena bagian dari tujuh ayat Al-Fatihah.
Mari perhatikan pendapat Ulama:
Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi menjelaskan, “Membaca basmalah dengan suara keras adalah pendapat yang ditegaskan dan dipilih oleh para imam ahli hadits, mereka Menyusun Buku tentang masalah ini, seperti Muhammad bin Nashr Al Marwazi, Abu Bakr bin Khuzaimah, Abu Hatim bin Hibban, Abu Al Hasan Ad-Daraquthni, Abu Abdullah Al Hakam, Abu Bakr Al Baihaqi, Al Khatib, dan Abu Umar bin Abdul Barr. Syarah al Muhadzdzab 3/642
Imam Nawawi dalam Syarah Al-Muhadzdzab 3/641 mengatakan : Telah disebutkan sebelumnya bahwa madzhab kami adalah dianjurkan mengeraskan bacaan basmalah bersamaan dengan Al-Fatihah dan surah-surah lain yang dibaca dengan suara keras. Hukum mengeraskan bacaan Basmalah sama seperti hukum mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan Surah.
3. Dewan Hisbah dalam Ikhtisar vol 2 hal 11 no 3 bekesimpulan : Menjaharkan Basmalah juga diriwayatkan oleh shahabat yang lain dan mereka tidak saling menyalahi. Diantaranya riwayat Abu Hurairah secara marfu’ dan mauquf. Sedangkan dia orang yang paling Hafal dan shahabat Nabi SAW. Yang datang belakangan. Dengan demikian, menjaharkan basmalah merupakan akhir amalan Nabi SAW.
III. Bacaan basmalah dibaca jahr atau sir pada shalat jahr adalah pilihan
Berikut pendapat Ulama
1. Ash-Shan’ani “ Pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran adalah Bahwasannya nya Nabi ﷺ membaca basmalah secara jahar kadang-akadang, dan membaca dengan pelan di waktu lain”. ( Subulussalam : 2/104)
2. Syaikh bin Baz “Kami tidak mengetahui ada hadits yang shahih dan sharih mengenai mengeraskan basmalah yang menunjukkan atas itu. Namun dalam hal ini luas dan mudah, tidak seyogiyannya dijadikan bahan pertikaian. Jika imam mengeraskan basmalah di suatu saat supaya makmum tahu bahwa ia membacanya hal ini tidak apa-apa, namun yang lebih utama dan yang lebih sering adalah membacanya dengan pelan sebagai bentuk pengamalan terhadap hadits-hadits yang shahih “ ( Fatawa Islamiyyah : 1/479)
3. A Hasan dalam Soal Jawab hal 103 berkesimpulan “Riwayat-riwayat yang menerangkan Nabi baca bismillah dengan nyaring itu, sungguhpun ada yang lemah, dan boleh jadi satu-satunya lemah tetapi sejumlahnya tak dapat ditolak baik ! kalau kita tolak bacaan dengan nyaring lantaran riwayatnya yang begitu banyak dianggap lemah, wajib kita tolak pula bacaan tidak nyaring, karena riwayat-riwayatnya juga lemah, dan tidak banyak seperti yang nyaring itu.maka apabila ditolak dua-dua riwayat, tinggalah urusan bismillah itu dengan tidak berdalil. Diwaktu itu, terpaksa kita Kembali kepada asal yaitu membaca Al-Fatihah dengan memakai bismillah. Lantaran bismillah sudah memang tertulis dipermulaan satu satu surah.adapun hukum nyaring tidaknya itu, terturut Al-Fatihah saja sedang tentang Al-Fatihah itu tidak ada tegas keterangan mewajibkan kita membaca dengan nyaring, yakni boleh kita baca dengan nyaring, boleh tidak, dan boleh nyaring sebagian dan perlahan sebagian pendeknya, Al-Fatihah dan bismillah yang termasuk dibilangan Al-Fatihah itu, wajib dibaca, maupun dengan nyaring ataupun tidak.
IV. Pendapat kami
Setelah menelaah beberapa pendapat kami cenderung kepada pendapat no 2 yaitu menjahrkan bismillah… pada shalat jahr adalah sesuai dengan pengamalan akhir dari Rasulullah SAW kemudian para sahabat dan generasi setelahnya, dikarenakan bismillah.. bagian dari 7 ayat yang diulang-ulang.
9) MEMBACA AAMIIN
a. Pengertian Aamiin
Aamiin termasuk isim fiil yaitu isim yang mengandung pekerjaan, jumhur Ulama mengartikan Allahummas Ta’jib (ya Allah ijabahlah), Ibnu Hajar menjelaskan, “Maknanya menurut mayoritas Ulama adalah ‘Ya Allah kabulkanlah’ dan ada yang menyatakan lain namun masih kembali semuanya kepada makna ini.” (Fathul Bâri, 2/262).
b. Hukum membaca Aamiin
Dalil 1
صحيح البخاري ٥٧٨٢: …عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ …فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 5782: … dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu ….Selanjutnya beliau bersabda: 'Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku’'lah hingga kamu benar-benar ruku’' dan bangkitlah dari ruku’' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan kerjakanlahsemua hal tersebut pada setiap shalatmu….
Dalil 2
مسند أحمد ١٨٢٢٧: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ …فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ…فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ
Musnad Ahmad 18227: … Telah menceritakan kepada kami Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya ….Maka Nabi SAW bersabda: …Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu."
Dalil 1 kalimat maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku’'lah hingga kamu benar-benar ruku’' dan bangkitlah dari ruku’' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlahsemua hal tersebut pada setiap shalatmu…. Menunjukkan bahwa yang wajib adalah membaca Al-Quran (Al-Fatihah) , ruku’, bangkit dari ruku’' hingga berdiri tegak, sujud, bangkit dari sujud hingga duduk dan duduk tasyahud
Dalil 2 kalimat Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu. Menunjukkan bahwa selain dari yang telah disebutkan dalil 2 maka semua kaifiyat shalat adalah sunnah
Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam Qaidah Ushul Fiqih:
مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب
"Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"
Kesimpulan Hukum membaca aamiin setelah Al-Fatihah adalah sunnat
c. Kaifiyat Bacaan aamiin
Dalil I
…وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ أَحَدُكُمْ آمِينَ وَالْمَلَائِكَةُ فِي السَّمَاءِ فَيُوَافِقُ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Musnad Ahmad 7774:…Dan Rasulullah ﷺ Bersabda: "Jika salah seorang dari kalian mengucapkan AMIIN maka para malaikat juga melakukannya di langit, maka jika satu dari keduanya saling bertepatan Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu."
Dalil 2
…عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ , قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ: " {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] " , قَالَ: «آمِينَ» يَمُدُّ بِهَا صَوْتَهُ. …
Sunan Daruquthni 1253: …Dari Wail bin Hujr, ia mengatakan, "Aku mendengar apabila Nabi ﷺ membaca: 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin" beliau mengucapkan: 'aamiin' dengan memanjangkan suaranya."
Dalil pertama bahwa ucapan aamiin memiliki fadilah diantaranya diampuni dosa, dalil kedua waktu membaca aaminn setelah 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin, dan keterangan cara membacanya dengan memanjangkanya.
Kesimpulan membaca aaminn dibaca setelah Al-Fatihah dan dibacanya dipanjangkan.
10) MEMBACA SURAT ATAU AYAT-AYAT DALAM AL-QURAN
a. Pengertian
Ayat adalah kumpulan kata yang mempunyai permulaan dan akhir
Surat adalah kumpulan ayat Al-Quran yang memiliki permulaan dan akhir, memiliki potongan-potongan ayat dan terpisah dengan kumpulan-kumpulan ayat yang lain.Ibnu Katsir menyebutkan bahwa jumlah ayat Al-Quran adalah 6000 (enam ribu) dan jumlah hurufnya 321180 (tiga ratus dua puluh satu ribu seratus delapan puluh).
b. Hukum membaca surat atau ayat-ayat Al-Quran
Dalil 1
صحيح البخاري ٥٧٨٢: …عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ …فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 5782: … dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu ….Selanjutnya beliau bersabda: 'Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku’'lah hingga kamu benar-benar ruku’' dan bangkitlah dari ruku’' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlahsemua hal tersebut pada setiap shalatmu….
Dalil 2
مسند أحمد ١٨٢٢٧: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ …فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ…فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ
Musnad Ahmad 18227: … Telah menceritakan kepada kami Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya ….Maka Nabi SAW bersabda: …Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu."
Dalil 1 kalimat maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku’'lah hingga kamu benar-benar ruku’' dan bangkitlah dari ruku’' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan kerjakanlahsemua hal tersebut pada setiap shalatmu….menunjukkan bahwa yang wajib adalah membaca Al-Quran (Al-Fatihah), ruku’, bangkit dari ruku’' hingga berdiri tegak.sujud,bangkit dari sujud hingga duduk dan duduk tasyahud
Dalil 2 kalimat Jika menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu hanya mengurangi shalatmu. Menunjukkan bahwa selain dari yang telah disebutkan dalil 2 maka semua kaifiyat shalat adalah sunnah
Sehubungan dengan itu dinyatakan dalam Qaidah Ushul Fiqih:
مجرّد الأفعال لايفيد الوجوب
"Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib"
Dikarenakan membaca ayat atau surat tidak termasuk dalil 1 dan 2 maka hukumnya adalah sunnah.
Kesimpulan Hukum membaca ayat atau surat setelah Al-Fatihah adalah sunnat
c. Kaifiyat bacaan ayat atau surat dibaca
Dalil 1
…عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Shahih Muslim 686: … Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya "Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dahulu membaca al-fatihah dan satu surat dalam dua raka’at pertama dari shalat zhuhur dan ashar, dan terkadang memperdengarkan ayat, dan beliau membaca al-fatihah pada dua raka’at yang lainnya."
Dalil 2
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ , قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ: " {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] " , قَالَ: «آمِينَ» يَمُدُّ بِهَا صَوْتَهُ. …
Sunan Daruquthni 1253:: …Dari Wail bin Hujr, ia mengatakan, "Aku mendengar apabila Nabi ﷺ membaca: 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin" beliau mengucapkan: 'aamiin' dengan memanjangkan suaranya." …
Dalil 1 kalimat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dahulu membaca al-fatihah dan satu surat dalam dua raka’at pertama dari shalat zhuhur dan ashar, menunjukkan Rasulullah terkadang membaca surat setelah Al-Fatihah, kemudian kalimat dan terkadang memperdengarkan ayat menunjukkan terkadang membaca ayat dalam Al-Quran dan kalimat dan beliau membaca al-fatihah pada dua raka’at yang lainnya menunjukkan Rasulullah membacanya pada dua raka’at awal
Dalil 2 kalimat Nabi ﷺ membaca: 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin" beliau mengucapkan: 'aamiin' dengan memanjangkan suaranya." Menunjukkan bahwa setelah diakhir surat Al-Fatihah Rasulullah membaca aamiin.
Kesimpulan bacaan surat atau ayat dibaca setelah bacaan Al-Fatihah dan aamiin, yang dilakukan pada dua raka’atawal.