Dzikir Dan Do’a Setelah Shalat Fardhu
A. Pengertian Dzikir Dan Do’a Setelah Shalat Fardhu
1). Pengertian dzikir
Dzikir secara etimologis dalam bahasa Arab adalah dzakara (ذَكَرَ) - yadzkuru (يَذْكُرُ) - dzikran (ذِكْرًا) memiliki arti mengingat dan menyebut.
Beberapa pengertian dzikir diantaranya adalah Dzikir pada asalnya adalah ingat dan mengingat suatu karakter dalam jiwa seseorang yang memungkinkan untuk dapat mengingat seperti ingat sesuatu, menghapal, memelihara ilmu dan yang lainya.
2). Pengertian do’a
Dalam Bahasa arab kata do’a adalah ادعية
Yang artinya adalah : permohonan atau permintaan
Menurut istilah do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya.
B. Hukum Pengertian Dzikir Dan Do’a Setelah Shalat Fardhu
Dalil 1
عن علي بن أبي طالب - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم» : رواه الخمسة إلا النسائي
Rasulullah Saw bersabda:”Pembuka shalat adalah bersuci (wudhu), haramkannya adalah takbir dan halalkannya adalah salam (HR. Al-Homsah kecuali An-Nasai)
Dalil 2
صحيح مسلم ٩٣٩: …عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من سبح الله في دبر كل صلاة ثلاثا وثلاثين وحمد الله ثلاثا وثلاثين وكبر الله ثلاثا وثلاثين فتلك تسعة وتسعون وقال تمام المائة لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير غفرت خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر …
Shahih Muslim 939: … Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan."…
Dalil 1 kalimat Pembuka shalat adalah bersuci (wudhu), haramkannya adalah takbir dan halalkannya adalah salam menunjukkan rangkaian shalat akhirnya adalah salam
Dalil 2 kalimat Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan menunjukkan setelah shalat ada ibadah yang Rasulullah ajarkan Kembali kepada kita dan dia bersifat mengikat dengan setelah shalat
Dengan dua dalil ini menunjukkan bahwa hukum dzikir setelah shalat fardhu adalah sunnat.
C. Kaifiyat Dzikir Dan Do’a Setelah Shalat Fardhu
“SETELAH SELESAI DARI SHALAT MAKA DISUNNAHKAN BERISTIGFAR TIGA KALI, DAN DISUNNAHKAN MENGUCAPKAN ALLAHUMA ANTASALAM WA MINKASSALAM TABAROKTA YA DZAL JALALI WAL IKRAM (DAN DZIKIR YANG SHAHIH LAINYA) DAN DISUNNAHKAN BERTASBIH 33 KALI, BERTAHMID 33 KALI, DAN BERTAKBIR 33 KALI, AKHIRI DENGAN UCAPAN TAHLIL LAA ILAHAA ILLALLAH WAHDAHULA SYARIKALLAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUAALAKULLI SYAIIN KODIR (DAN DZIKIR YANG SHAHIH LAINYA), DAN DISUNNAHKAN BERTAHLIL DAN BERDO’A SETELAH SHALAT “
Salah satu rangkainya adalah sebagai berikut :
1) BERISTIGFAR TIGA KALI
2) MENGUCAPKAN ALLAHUMA ANTASALAM WA MINKASSALAM…
3) BERTASBIH 33 KALI, BERTAHMID 33, BERTAKBIR 33 KALI
4) AKHIRI DENGAN UCAPAN TAHLIL LAA ILAHAA ILLALLAH WAHDAHULA SYARIKALLAH…
5) BERTAHLIL DAN BERDO’A SETELAH SHALAT
DALIL-DALIL DAN KETERANGAN
a. catatan : Pada dasarnya keterangan yang kami sebutkan tidak menjadikan ini sebagai rangkaian yang baku, tetapi adanya tahyir atau salah satu pilihan, hal ini didasari dari dalil-dalil dan keterangan sebagai berikut :
1) BERISTIGHFAR 3 KALI
Dalil 1.
سنن النسائي ١٣٢٠: …حَدَّثَنِي شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ أَنَّ أَبَا أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Sunan Nasa'i 1320: … Telah menceritakan kepadaku Syaddad Abu 'Ammar Bahwasannya nya Abu Asma Ar Rahabi menceritakan kepadanya Bahwasannya nya ia mendengar Tsauban -hamba sahaya Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam- Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam jika selesai shalat maka beliau beristighfar tiga kali, lalu bersabda: "Ya Allah, Engkau Maha Pemberi Selamat dan dari-Mu-lah keselamatan. Maha Suci Engkau wahai pemilik keluhuran dan kemuliaan."
Dalil 2
صحيح مسلم ٩٣١: …عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Shahih Muslim 931: … Dari Tsauban dia berkata: "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan do’a ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA DZAL JALAALIL WAL IKROOM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan."
قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Kata Walid: maka kukatakan kepada Auza'i "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?" Jawabnya: 'Engkau ucapkan saja Astaghfirullah, Astaghfirullah."
Dalil 3.
مسند أحمد ١٧٥٧٧: ….عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ فَقُلْتُ لَهُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَتُوبُ إِلَيْكَ اثْنَتَانِ أَمْ وَاحِدَةٌ فَقَالَ هُوَ ذَاكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا
Musnad Ahmad 17577: …Dari seorang laki-laki sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah dan beristighfarlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat dan beristighfar kepada-Nya seratus kali setiap hari." Aku berkata: "ALLAHUMMA INNII ASTAGHFIRUKA (Ya Allah aku meminta ampun pada-Mu), ALLAHUMMA INNII ATUUBU ILAIK (Ya Allah, aku bertaubat pada-Mu). Kedua-duanya atau hanya satu?" beliau bersabda: "Begitulah, atau yang semisalnya."
Dalil 4.
سنن أبي داوود ١٢٩٦: …حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّي أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ
Sunan Abu Daud 1296: …Telah menceritakan kepadaku ayahku yaitu Umar bin Murrah, ia berkata: saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid mantan budak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: aku mendengar ayahku menceritakan kepadaku dari kakekku bahwa ia mendengar Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang mengucapkan: "ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH."
Dalil 5
…عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلاَثًا غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَ فَارًّا مِنَ الزَّحْفِ.
… Dari Ibnu mas ud Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mengucapkan Astaghfirullahal ‘adzim alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih (Aku meminta ampunan kepada Allah yang Maha Agung yang tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri. Aku bertaubat kepadaNya) tiga kali, maka dosa-dosanya telah diampuni meskipun ia lari dari medan peperangan (di mana hal itu adalah termasuk dosa yang besar).((Al Hakim Istifta E Abdurahman) hal 217.persis pers.)
- 1884 - أَنْبَأَنَا بَكْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّيْرَفِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ النَّرْسِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي سِنَانٍ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلَاثًا، غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوبُهُ، وَإِنْ كَانَ فَارًّا مِنَ الزَّحْفِ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ» المستدرك على الصحيحين للحاكم
Dalil 1 perintah untuk beristigfar tiga kali
Dalil 2 perintah untuk beristigfar tiga kali dan ada tambahan dari perawi yaotu : Kata Walid: maka kukatakan kepada Auza'i "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?" Jawabnya: 'Engkau ucapkan saja Astaghfirullah, Astaghfirullah."
Dalil 3 perintah istigfar dengan kalimat ALLAHUMMA INNII ASTAGHFIRUKA
Dalil 4 perintah istigfar dengan kalimat ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH
Dalil 5 ASTAGHFIRULLAHAL ‘ADZIM ALLADZI LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUM WA ATUBU ILAIH
Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan menunjukkan bahwa kalimat istigfar bisa dilakukan dengan ragam pilihan kalimat istigfar, baik itu Astaghfirullah, atau ALLAHUMMA INNII ASTAGHFIRUKA, atau ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH, atau ASTAGHFIRULLAHAL ‘ADZIM ALLADZI LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUM WA ATUBU ILAIH atau yang lainya dengan tetap merujuk pada perintah nabi yang bermakna istigfar.
a, Adapun yang berpendapat bahwa istigfar setelah shalat fardhu yang bisa diamalkan hanya Astaghfirullah
berikut penjelasannya
Tambahan kata Astaghfirullah bersandar pada :
• Nama Lengkap : Abdur Rahman bin 'Amru bin Abi 'Amru
• Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
• Kuniyah : Abu 'Amru
• Nasab : alawza`iy
• Negeri semasa hidup : Syam
• Wafat : 157 H
Pendapat ulama :
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Al 'Ajli Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqah jalil
Adz Dzahabi "syeikh islam, hafizh faqih zuhud"
Dengan keterangan di atas seorang perawi tentu tahu persis redaksi haditsdan dapat dipastikan bahwa kata Astaghfirullah menjadi pilihan satu-satunya, karena beliau adalah Tabi'ut Tabi'in kalangan tua.
b. Pendapat bahwa Astaghfirullah, adalah salah satu kalimat istigfar dan boleh mengamalkan kalimat yang bermakna istigfar lainya
Dalil 1.
صحيح مسلم ٩٣١: …عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Shahih Muslim 931: … Dari Tsauban dia berkata: "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan do’a ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA DZAL JALAALIL WAL IKROOM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan."
قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Kata Walid: maka kukatakan kepada Auza'i "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?" Jawabnya: 'Engkau ucapkan saja Astaghfirullah, Astaghfirullah."
Dalil 2
سنن النسائي ١٣٢٠: …حَدَّثَنِي شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ أَنَّ أَبَا أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Sunan Nasa'i 1320…Telah menceritakan kepadaku Syaddad Abu 'Ammar Bahwasannya nya Abu Asma Ar Rahabi menceritakan kepadanya Bahwasannya nya ia mendengar Tsauban -hamba sahaya Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam- Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam jika selesai shalat maka beliau beristighfar tiga kali, lalu bersabda: "Ya Allah, Engkau Maha Pemberi Selamat dan dari-Mu-lah keselamatan. Maha Suci Engkau wahai pemilik keluhuran dan kemuliaan."
Dalil 3.
مسند أحمد ١٧٥٧٧: …عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ فَقُلْتُ لَهُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَتُوبُ إِلَيْكَ اثْنَتَانِ أَمْ وَاحِدَةٌ فَقَالَ هُوَ ذَاكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا
Musnad Ahmad 17577: …Dari seorang laki-laki sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah dan beristighfarlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat dan beristighfar kepada-Nya seratus kali setiap hari." Aku berkata: "ALLAHUMMA INNII ASTAGHFIRUKA (Ya Allah aku meminta ampun pada-Mu), ALLAHUMMA INNII ATUUBU ILAIK (Ya Allah, aku bertaubat pada-Mu). Kedua-duanya atau hanya satu?" beliau bersabda: "Begitulah, atau yang semisalnya."
Dalil 4.
سنن أبي داوود ١٢٩٦: …حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّي أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ
Sunan Abu Daud 1296: Telah menceritakan kepada Kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada Kami Hafsh bin Umar bin Murrah Asy Syanni, telah menceritakan kepadaku ayahku yaitu Umar bin Murrah, ia berkata: saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid mantan budak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: aku mendengar ayahku menceritakan kepadaku dari kakekku bahwa ia mendengar Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang mengucapkan: "ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH." (aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, yang Maha Hidup dan Yang terus mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepadaNya). Maka dia pasti akan diampuni walaupun dia pernah lari dari medan pertempuran."
Dalil 1. Bahwa disamping sandaran ini bersifat sandaran kepada salah satu rawi yaitu Imam Al-Auzai kalimat Astaghfirullah ketika beliau menyampaikan tidak meneyertakan bahwa kalimat itu satu-satunya atau salah satunya dengan demikian menyebut satu satunya tidak dapat dipastikan bahwa satu-satunya adalah dari Nabi.
Dalil 1 dan 2 dalil pertama menunjukkan bahwa perintah dari Nabi untuk beristigfar serta jumlahnya dengan ada tambahan dari perawi sedangkan dalil kedua menunjukkan kalimat istigfar dengan jumlah dan tanpa ada kalimat istigfarnya
Dalil 3 dan 4 Bahwa ada dalil lain yang menunjukkan ragam kalimat istigfar yang sudah dapat dipastikan dari Nabi
c. Pendapat kami, dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan menunjukkan bahwa kalimat istigfar bisa dilakukan dengan ragam pilihan kalimat istigfar, baik itu Astaghfirullah, atau ALLAHUMMA INNII ASTAGHFIRUKA, atau ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH, atau ASTAGHFIRULLAHAL ‘ADZIM ALLADZI LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUM WA ATUBU ILAIH atau yang lainya dengan tetap merujuk pada perintah nabi yang bermakna istigfar.
2) MENGUCAPKAN ALLOHUMMA ANTASSALAM..., (DZIKIR YANG SHAHIH LAINYA)
Dalil 1.
صحيح مسلم ٩٣١: …عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Shahih Muslim 931:… Dari Tsauban dia berkata: "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan do’a ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA DZAL JALAALIL WAL IKROOM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan." Kata Walid: maka kukatakan kepada Auza'i "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?" Jawabnya: 'Engkau ucapkan saja Astaghfirullah, Astaghfirullah."
Dalil 2.
سنن الترمذي ٢٧٥: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَا يَقْعُدُ إِلَّا مِقْدَارَ مَا يَقُولُ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَقَالَ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ثَوْبَانَ وَابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَالْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى خَالِدٌ الْحَذَّاءُ هَذَا الْحَدِيثَ مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ نَحْوَ حَدِيثِ عَاصِمٍ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ بَعْدَ التَّسْلِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ وَرُوِيَ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sunan Tirmidzi 275: …Dari Abdullah bin Al Harits dari 'Aisyah ia berkata: "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah selesai salam beliau tidak duduk kecuali sekadar ucapan: "ALLAHUMMA ANTAS SALAAM WA MINKAS SALAAM DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah keselamatan dan dari-Mu keselamatan itu, Engkaulah pemberi berkah dan Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan)." Telah menceritakan kepada kami Hannad Ibnu As Sari berkata: telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah Al Fazari dan Abu Mu'awiyah dari 'Ashim Al Ahwal dengan sanad yang serupa, beliau mengucapkan: "TABAARAKTA YA DZAL JALAALI WAL IKRAM (Engkau Maha Pemberi berkah, wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan)." Ia berkata: "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Tsauban, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Sa'id, Abu Hurairah dan Al Mughirah bin Syu'bah." Abu Isa berkata: "Hadits 'Aisyah ini derajatnya hasan shahih. Khalid juga telah meriwayatkan hadits ini dari hadits 'Aisyah dari Abdullah bin Al Harits sebagaimana hadits riwayat 'Ashim. Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Bahwasannya nya setelah salam beliau mengucapkan: "LAA ILAAHA ILLAALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIT WA HUWA 'ALA KULLI SYAI'IN QADIIR, ALLAHUMMA LAA MAANI'A LIMA A'THAITA WA LAA MU'THIA LIMAA MANA'TA WA LAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selian Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Baginya segala kekuasaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan, serta tidak ada yang bisa memberi sesutau yang Engkau halangi, serta tidak bermanfaat kekayaan di sisi-Mu, karena hanya dari-Mu lah kekayaan)." Diriwayatkan juga darinya bahwa Rasulullah mengucapkan: "SUBHAANA RABBIKA RABBIL 'IZZATI 'AMMA YASHIFUUN WA SALAAMUN 'ALAL MURSALIIN WAL HAMDULILLAHI RABBIL 'ALAMIIN (Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka (orang-orang kafir) sifatkan. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada para utusan Allah, dan segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam)."
3) TASYBIH 33 KALI DAN TAHMID 33 KALI DAN TAKBIR 33KALI
Dalil dan keterangan
صحيح مسلم ٩٣٦: …عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً قَالَ أَبُو صَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَزَادَ غَيْرُ قُتَيْبَةَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ اللَّيْثِ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ قَالَ سُمَيٌّ فَحَدَّثْتُ بَعْضَ أَهْلِي هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ وَهِمْتَ إِنَّمَا قَالَ تُسَبِّحُ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدُ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتُكَبِّرُ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَرَجَعْتُ إِلَى أَبِي صَالِحٍ فَقُلْتُ لَهُ ذَلِكَ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ اللَّهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ حَتَّى تَبْلُغَ مِنْ جَمِيعِهِنَّ ثَلَاثَةً وَثَلَاثِينَ قَالَ ابْنُ عَجْلَانَ فَحَدَّثْتُ بِهَذَا الْحَدِيثِ رَجَاءَ بْنَ حَيْوَةَ فَحَدَّثَنِي بِمِثْلِهِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و حَدَّثَنِي أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامَ الْعَيْشِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ بِمِثْلِ حَدِيثِ قُتَيْبَةَ عَنْ اللَّيْثِ إِلَّا أَنَّهُ أَدْرَجَ فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَوْلَ أَبِي صَالِحٍ ثُمَّ رَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى آخِرِ الْحَدِيثِ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ يَقُولُ سُهَيْلٌ إِحْدَى عَشْرَةَ إِحْدَى عَشْرَةَ فَجَمِيعُ ذَلِكَ كُلِّهِ ثَلَاثَةٌ وَثَلَاثُونَ
Shahih Muslim 936: …Dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- Bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berkata: "Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Maksud kalian?" Mereka menjawab: "Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama dari pada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?" Mereka menjawab: "Baiklah wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali." Abu shalih berkata: "Tidak lama kemudian para fuqara' Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!" Dan selain Qutaibah menambahkan dalam hadis ini dari Al Laits dari Ibn 'Ajlan. Sumay mengatakan: "Lalu aku ceritakan hadits ini kepada beberapa keluargaku, maka keluargaku berkata: "Engkau salah, yang benar beliau bersabda: "Engkau bertasbih kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, bertakbir kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali." Aku lalu kembali menemui Abu Shalih dan aku katakan kepadanya, Abu Shalih menarik tanganku dan berkata: "Allahu akbar, subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu akbar, subhanallah, Alhamdulillah, hingga semuanya berjumlah tiga puluh tiga." Kata Ibn 'Ajlan: "Lalu kuceritakan hadis ini kepada Raja` bin Haiwah, ia menceritakan kepadaku hadits seperti di atas dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Dan telah menceritakan kepadaku Umayyah bin Bustham Al 'Aisyi, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Rauh dari Suhail dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa para sahbat berkata: "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong derajat tinggi dan kenikmatan yang tiada habis…" seperti hadis Qutaibah dari Al Laits, hanya ia memudrajkan ucapan Abu Shalih dalam hadis Abu Hurairah."Kemudian orang faqir muhajirin kembali, hingga akhir hadis." Dalam hadis itu ia tambahkan, Suhail mengatakan: "Sebelas sebelas, hingga semuanya berjumlah tiga puluh tiga."
Dalil ini menunjukkan perintah bertasbih, bertahmid, dan bertakbir, keterangan bertasbih dengan kalimat subhanallah, bertahmid Alhamdulillah, dan bertakbir Allahu akbar, kemudian jumlah dan bilanganya masing-masing 33 kali.
4) UCAPAN LAA ILAHAA ILLALLAH WAHDAHULA SYARIKALLAH…
Dalil dan keterangan
صحيح مسلم ٩٣٩: … عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ …
Shahih Muslim 939:…Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan." …
Dalil 2
صحيح مسلم ٩٣٥: … عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ قَالَ كَانَ ابْنُ الزُّبَيْرِ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ حِينَ يُسَلِّمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ…
Shahih Muslim 935: … Dari Abu Zubair katanya: Seusai shalat setelah salam, Ibn Zubair sering memanjatkan do'a: LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QADIIR, LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH, LAA-ILAAHA ILALLAAH WALAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH, LAHUN NI'MATU WALAHUL FADHLU WALAHUTS TSANAA'UL HASAN, LAA-ILAAHA ILLALLAAH MUKHLISIHIINA LAHUD DIINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUNA." (Tiada sesembahan yang hak selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya selaga puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Tiada sesembahan yang hak selain Allah, dan Kami tidak beribadah selain kepada-Nya, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, hanya bagi-Nya ketundukan, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mengeraskan suara dengan kalimat ini setiap selesai shalat."…
Dalil ini menunjukkan agar adanya penggenapan dari bertasbih, bertakbir, dan bertahmid, masing-masing 33 kali menjadi 99 menjadi 100 dengan kalimat dzikir Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir
5) BERTAHLIL DAN BERDO’A SETELAH SHALAT FARDHU
Dalil 1
صحيح مسلم ٩٣٥: … عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ قَالَ كَانَ ابْنُ الزُّبَيْرِ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ حِينَ يُسَلِّمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ…
Shahih Muslim 935: … Dari Abu Zubair katanya: Seusai shalat setelah salam, Ibn Zubair sering memanjatkan do'a: LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QADIIR, LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH, LAA-ILAAHA ILALLAAH WALAA NA'BUDU ILLAA IYYAAH, LAHUN NI'MATU WALAHUL FADHLU WALAHUTS TSANAA'UL HASAN, LAA-ILAAHA ILLALLAAH MUKHLISIHIINA LAHUD DIINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUNA." (Tiada sesembahan yang hak selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya selaga puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Tiada sesembahan yang hak selain Allah, dan Kami tidak beribadah selain kepada-Nya, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, hanya bagi-Nya ketundukan, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mengeraskan suara dengan kalimat ini setiap selesai shalat."…
Dalil 2
صحيح البخاري ٧٩٩:… عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ أَمْلَى عَلَيَّ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فِي كِتَابٍ إِلَى مُعَاوِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ …
Shahih Bukhari 799: … Dari Warrad penulisnya Al Mughirah bin Syu'bah, berkata: Al Mughirah bin Syu'bah meminta aku untuk menulis (hadits) untuk dikirim kepada Mu'awiyyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a setiap selesai dari shalat fardlu: LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QADIIR. ALLAHUMMA LAA MAANI'A LIMA A'THAITA WA LAA MU'THIYA LIMA MANA'TA WA LAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, yang Tunggal dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan, dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menahan dari apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi dari apa yang Engkau tahan. Dan tidak bermanfaat kekayaan orang yang kaya di hadapan-Mu sedikitpun”…
Dalil 3
سنن ابن ماجه ٩١٥: …عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Sunan Ibnu Majah 915: …Dari Ummu Salamah berkata: Ketika (selesai) salam dalam shalat subuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan: "ALLAHUMMA INNI AS`ALUKA 'ILMAN NAAFI'AN WA RIZQAN THAYYIBAN WA 'AMALAN MUTAQABBALAN (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima
Kesimpulan bertahlil dan berdo’a setelah shalat fardhu adalah sunnat
Catatan dengan ragam redaksi tentang bertahlil dan berdo’a setelah shalat fardhu menunjukkan adanya tahrir atau pilihan begitu pula dengan mana yang terlebih dahulu di bacakan, selama dalilnya shahih maka hal itu menjadi kebebasan dalam kaifiyatnya.
a. Adapun tentang mengangkat tangan dalam berdo’a setelah shalat fardhu
Dalil 1
سنن الترمذي ٢٨٩٥: …عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } قَالَ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ وَقَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِلَى قَوْلِهِ دَاخِرِينَ } …
Sunan Tirmidzi 2895: … Dari Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang firman Allah: "Dan Rabbmu berfirman: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu." QS Ghafir: 60. Beliau bersabda: "Do'a adalah ibadah" beliau lalu membaca: "WA QAALA RABBUKUM UD 'UUNII ASTAJIB LAKUM (Dan Rabbmu berfirman: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu) sampai ayat DAAKHIRIIN
Dalil 2
سنن الترمذي ٣١٧٠: …عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }…
Sunan Tirmidzi 3170: … Dari An Nu'man bin Basyir berkata: Aku mendengar nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Do’a adalah ibadah" kemudian beliau membaca: "Dan Rabbmu berfirman: 'Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Al Mu`min: 60)…
Dalil 3
صحيح البخاري ٢٧٧٠: … عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ
Shahih Bukhari 2770: … Dari Abu Musa Al Asy'ariy radliyallahu 'anhu berkata: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan apabila menaiki bukit kami bertalbiyah dan bertakbir dengan suara yang keras. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, rendahkanlah diri kalian karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya".
Dalil 4
صحيح مسلم ١٤٤٣ …عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُؤَيْبَةَ قَالَ رَأَى بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ عَلَى الْمِنْبَرِ رَافِعًا يَدَيْهِ فَقَالَ قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ رَأَيْتُ بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ يَوْمَ جُمُعَةٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فَقَالَ عُمَارَةُ بْنُ رُؤَيْبَةَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ
Shahih Muslim 1443: …Dari Umarah bin Ru`aibah bahwa suatu ketika ia melihat Bisyra bin Marwan mengangkat kedua tangannya di atas mimbar, maka ia pun berkata: Semoga Allah menjelekkan kedua tangan ini. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau tidak menambah lagi setelah memberikan isyarat dengan tangannya seperti ini -ia pun memberi isyarat dengan jari telunjuknya-. Dan telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Hushain bin Abdurrahman ia berkata: Saya melihat Bisyra bin Marwan pada hari Jum'at mengangkat kedua tangannya, maka Umarah bin Ru`aibah pun berkata. Kemudian ia pun menyebutkan hadits semisal.
Dalil 5
عَنِ الأَسْوَدِ اَلْعَامِرِيِّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ صَلَيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ لْفَجْرَ فَلَمَّا سَلَمَ اِنْحَرَفَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَدَعَا.
…Dari Al Aswad Al Amiri, dari bapaknya, ia mengatakan,’Kami salat Fajar (Subuh) beserta Rasulullah Saw., ketika beliau salam, beliau bergeser (dari tempat duduknya) serta mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a (Al Mubarakafuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi haditsini dari Ibnu Abu Syaibah)
Dalil 6
عَنِ الأَسْوَدِ اَلْعَامِرِيِّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ صَلَيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ لْفَجْرَ فَلَمَّا سَلَمَ اِنْحَرَفَ
…Dari Al Aswad Al Amiri, dari bapaknya, ia mengatakan,’Kami salat Fajar (Subuh) beserta Rasulullah Saw., ketika beliau salam, beliau bergeser (dari tempat duduknya) Al Mushanaf Ibnu Abu Syaibah, I : 269
Dalil 7
سنن الترمذي ٣٣٠٨: …عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى وَقَدْ تَفَرَّدَ بِهِ وَهُوَ قَلِيلُ الْحَدِيثِ وَقَدْ حَدَّثَ عَنْهُ النَّاسُ وَحَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ الْجُمَحِيُّ ثِقَةٌ وَثَّقَهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ
Sunan Tirmidzi 3308: …Dari Umar bin Al Khathab radliallahu 'anhu ia berkata: rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut: tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Hammad bin Isa, ia sendirian yang meriwayatkan hadits tersebut sementara ia adalah orang yang sedikit haditsnya. Orang-orang telah menceritakan darinya, sedangkan Hanzhalah bin Abu Sufyan Al Jumahi adalah orang yang tsiqah, ia ditsiqahkan oleh Yahya bin Sa'id Al Qaththan.
Dalil 1 menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah
Dalil 2 menunjukkan bahwa berdo’a adalah bagian dari ibadah dan manusia yang tidak melakukanya disifati sombong dan keterangan ancaman akan orang yang sombong dengan neraka
Dalil 3 adalah kaifiyat dalam berdo’a “ Wahai sekalian manusia, rendahkanlah diri kalian karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya".
Dalil 4 adanya teguran seorang sahabat yang Bernama Umarah bin Ru`aibah bahwa mengangkat tangan satu atau dua, memiliki tempat dan waktu khusus, dalam melaksankanya
Dalil 5 dan 6 berikut penjelasannya
Dalil 5 dan 6 adalah dalil khusus tentang mengangkat tangan setelah shalat fardhu berikut penjelasannya : Al Mubarakafuri mengatakan dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi, ’Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Syaibah dalam Mushanafnya, sebagian ulama terkemuka menerangkan hadis ini tanpa sanad serta menyandarkanya kepada pengarangnya (Ibnu Abu Syaibah). Dan aku tidak dapat menentukan sanadnya apakah shahih atau dla’if, hanya Allahlah yang lebih mengetahui Setelah kami telusuri dalam al Mushanaf sebagaimana yang ditunjukkan oleh Al Mubarakafuri, kami tidak mendapatinya. Yang kami dapati hadis itu hanya sampai kalimat ‘Falamma salama inharafa” tanpa kalimat ‘Wa rafa’a yadaihi wa da’a”. (Lihat, Al Mushanaf Ibnu Abu Syaibah, I : 269) Dengan demikian, periwayatan Ibnu Abu Syaibah yang ditunjukkan oleh Al Mubarakafuri, tidak dapat dipastikan atau laa asla lahu, yang tentu saja tertolak.
(di kutip dari tulisan Ust. Amin Muchtar)
Dalil 7 kalimat apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya, kalimat ini menunjukkan bahwa berdo’a bisa dilakukan dengan mengangkat tangan kapan saja, tetapi dalil ini dhof karena rawi Bernama Hammad bin IsaAl Juhani
Nama Lengkap : Hammad bin 'Isa bin 'Ubaidah
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah :
Negeri semasa hidup : Hait
Wafat : 208 H
Pendapat ulama
Abu Hatim : dla'iful hadits
Ibnu Hajar al 'Asqalani : dla'if
Dengan demikian haditsini tertolak
Sebelum pada kesimpulan kita sampaikan dulu beberapa kaidah dalam ushul fiqh
1. Ibnu Hajar asqolani
أَنَّ التَّقْرِير فِي الْعِبَادَة إِنَّمَا يُؤْخَذ عَنْ تَوْقِيف
“Penetapan ibadah diambil dari tawqif (berhenti sampai adanya dalil)” (Fathul Bari, 2: 80).
2. Ibnu taimiyah
إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ فَلَا يُشْرَعُ مِنْهَا إلَّا مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى . وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } . وَالْعَادَاتُ الْأَصْلُ فِيهَا الْعَفْوُ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَرَّمَهُ وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا } وَلِهَذَا ذَمَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ شَرَعُوا مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَحَرَّمُوا مَا لَمْ يُحَرِّمْهُ
“Hukum asal ibadah adalah tawqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil). Ibadah tidaklah diperintahkan sampai ada perintah dari Allah. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21). Sedangkan perkara adat (non-ibadah), hukum asalnya adalah dimaafkan, maka tidaklah ada larangan untuk dilakukan sampai datang dalil larangan. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal” (QS. Yunus: 59). Oleh karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik yang membuat syari’at yang tidak diizinkan oleh Allah dan mengharamkan yang tidak diharamkan. (Majmu’ Al Fatawa, 29: 17).
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa berdo’a setelah shalat fardhu adalah ibadah sunnat, dengan kaifiyat atau cara serta situasi atau kondisi yang telah nabi saw tetapkan, tentang ibadah berdo’a mengangkat tangan setelah shalat fardhu dengan mengangkat tangan tidak memiliki dalil yang shahih dengan demikian tidak bisa di amalkan.
b. Tentang ikhtilap mengangkat tangan dalam berdo’a secara umum,
Pada dasarnya mengangkat tangan dalam berdo’a dapat dipastikan nabi SAW melakukanya,tetapi pada lain kesempatan nabi SAW tidak melakukanya, dari sini munculah permasalahan apakah mengangkat tangan dalam berdo’a bisa dilakukan kapan saja atau hanya pada situasi atau kesempatan tertentu.
Dengan demikian terdapat dua kesimpulan
I. Bahwa mengangkat tangan ketika berdo’a secara umum adalah sunnah
Dalil 1
سنن الترمذي ٣٣٠٨: …عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ…
Sunan Tirmidzi 3308: …Dari Umar bin Al Khathab radliallahu 'anhu ia berkata: rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut: tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya.
Dalil 2
سنن الترمذي ٣٤٧٩: …عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَاهُ بَعْضُهُمْ وَلَمْ يَرْفَعْهُ
Sunan Tirmidzi 3479: …Dari Salman Al Farisi dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia, Dia merasa malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepadaNya dan kembali dalam keadaan kosong tidak membawa hasil." Abu Isa berakata: hadits ini adalah hadits hasan gharib. Dan sebagian ulama telah meriwayatkannya dan tidak merafa'kan hadits tersebut.
Dalil 3
…عن سلمان عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الله حيي كريم يستحي من عبده أن يبسط إليه يديه ثم يردهما خائبتين.
Dari Salman dari Nabi Saw berkata: “Sesungguhnya Allah Swt malu kepada hambaNya yang mengangkat tangannya dan berdo’a, kemudian Ia tidak membalasnya sama sekali”. Al Baihaqi, as Sunanul Kubra
Dalil 4
…عَنْ سَلْمَانَ , أَنَّهُ قَالَ: أَجِدُ فِي التَّوْرَاةِ أَنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِيي أَنْ يَرُدَّ يَدَيْنِ خَائِبَتَيْنِ سُئِلَ بِهِمَا خَيْرًا
Daru Salman Bahwa beliau berkata: “Aku mendapatkan di kitab Taurat bahwa Allah swt malu untuk tidak membalas sama sekali do’a (hambaNya) meminta kebaikan”. Al Baihaqi, as Sunanul Kubra
Dalil 5
سنن أبي داوود ١٢٧٤: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ الْمَسْأَلَةُ أَنْ تَرْفَعَ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ أَوْ نَحْوَهُمَا وَالِاسْتِغْفَارُ أَنْ تُشِيرَ بِأُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ وَالِابْتِهَالُ أَنْ تَمُدَّ يَدَيْكَ جَمِيعًا
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ وَالِابْتِهَالُ هَكَذَا وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَعَلَ ظُهُورَهُمَا مِمَّا يَلِي وَجْهَهُ
Sunan Abu Daud 1274: …Dari Ibnu Abbas ia berkata:Memohon adalah kamu mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan kedua pundakmu atau sama dengan keduanya, dan istighfar adalah kamu mengacungkan satu jari, sementara mubahalah adalah dengan kalian menjulurkan tangan-tangan kalian semuanya.
Telah menceritakan kepada Kami 'Amru bin Utsman, telah menceritakan kepadaku Sufyan, telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdulah bin Ma'bad bin Abbas dengan hadits ini. Padanya ia mengatakan: mubahalah adalah demikian. Dan iapun mengangkat kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.
Dalil 6
سنن أبي داوود ١٢٧٤: …عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ الْمَسْأَلَةُ أَنْ تَرْفَعَ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ أَوْ نَحْوَهُمَا وَالِاسْتِغْفَارُ أَنْ تُشِيرَ بِأُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ وَالِابْتِهَالُ أَنْ تَمُدَّ يَدَيْكَ جَمِيعًا
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ وَالِابْتِهَالُ هَكَذَا وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَعَلَ ظُهُورَهُمَا مِمَّا يَلِي وَجْهَهُ
Sunan Abu Daud 1274: …Dari Ibnu Abbas ia berkata: Memohon adalah kamu mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan kedua pundakmu atau sama dengan keduanya, dan istighfar adalah kamu mengacungkan satu jari, sementara mubahalah adalah dengan kalian menjulurkan tangan-tangan kalian semuanya.
Telah menceritakan kepada Kami 'Amru bin Utsman, telah menceritakan kepadaku Sufyan, telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdulah bin Ma'bad bin Abbas dengan hadits ini. Padanya ia mengatakan: mubahalah adalah demikian. Dan iapun mengangkat kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.
kedua tangannya dan menjadikan punggung kedua tangannya menghadap ke wajahnya.
Dalil 7
سنن الترمذي ٣٣٠٨ …عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى وَقَدْ تَفَرَّدَ بِهِ وَهُوَ قَلِيلُ الْحَدِيثِ وَقَدْ حَدَّثَ عَنْهُ النَّاسُ وَحَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ الْجُمَحِيُّ ثِقَةٌ وَثَّقَهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ
Sunan Tirmidzi 3308: …Dari Umar bin Al Khathab radliallahu 'anhu ia berkata: rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah do’a maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut: tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Hammad bin Isa, ia sendirian yang meriwayatkan hadits tersebut sementara ia adalah orang yang sedikit haditsnya. Orang-orang telah menceritakan darinya, sedangkan Hanzhalah bin Abu Sufyan Al Jumahi adalah orang yang tsiqah, ia ditsiqahkan oleh Yahya bin Sa'id Al Qaththan.
II. Bahwa mengangkat tangan ketika berdo’a secara umum tidak bisa di amalkan kecuali pada tempat, situasai dan kondisi tertentu sesuai dengan dalil yang shahih .
Untuk menjelaskan permasalahan ini mari kita perhatikan hasil sidang Dewan Hisbah yang dilakukan pada, 10 Sya’ban 1430 H / 2 Agustus 2009 M.
Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:
MENGINGAT:
Hadits-hadits Rasulullah SAW. tentang berdo’a sambil mengangkat tangan pada saat mendo’akan orang lain atau suatu kaum. Seperti,
Dari Aisyah, ia berkata:
دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ بِأَسِيرٍ فَلَهَوْتُ عَنْهُ فَذَهَبَ فَجَاءَ النَّبِيُّ فَقَالَ مَا فَعَلَ الأَسِيرُ قَالَتْ لَهَوْتُ عَنْهُ مَعَ النِّسْوَةِ فَخَرَجَ فَقَالَ مَا لَكِ قَطَعَ اللهُ يَدَكِ أَوْ يَدَيْكِ فَخَرَجَ فَآذَنَ بِهِ النَّاسَ فَطَلَبُوهُ فَجَاءُوا بِهِ فَدَخَلَ عَلَيَّ وَأَنَا أُقَلِّبُ يَدَيَّ فَقَالَ مَا لَكِ أَجُنِنْتِ قُلْتُ دَعَوْتَ عَلَيَّ فَأَنَا أُقَلِّبُ يَدَيَّ أَنْظُرُ أَيُّهُمَا يُقْطَعَانِ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي بَشَرٌ أَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَوْ مُؤْمِنَةٍ دَعَوْتُ عَلَيْهِ فَاجْعَلْهُ لَهُ زَكَاةً وَطُهُورًا.رواه احمد و إسحاق بن راهويه، و البيهقي
Nabi saw. menemuiku bersama seorang tawanan, lalu aku memalingkan perhatian darinya kemudian ia pergi. Maka datanglah Nabi saw. seraya berkata,’Apa yang dilakukan oleh tawanan itu? Aisyah berkata,’Aku bersama sekelomok perempuan memalingkan perhatian darinya lalu ia keluar. Nabi saw. berkata,’Kenapa dengan kamu! Apakah Allah akan memotong tanganmu atau kedua tanganmu? Lantas beliau keluar dan memberitahukan kepada orang-orang (agara mencari tawanan itu). Kemudian mereka mencarinya dan mereka datang bersama tawanan itu. Maka Nabi saw. mendatangiku pada saat itu aku membalikkan (mengebelakangkan) tanganku. Beliau berkata,’Kenapa denganmu, apakah kamu menutupinya? Aku berkata,’Engkau telah mendo’akanku, maka aku mengebelakangkan tanganku, aku ingin melihat apakah keduanya terputus. Maka beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya serta mengangkat kedua tangannya tingi-tinggi seraya berdo’a,’Ya Allah! Sesungguhnya aku ini manusia biasa, aku marah seperti manusia pun suka marah, maka mukmin atau mukminat mana saja yang aku pernah mendo’akan (kejelekan), jadikanlah baginya sebagai pembersih dan penyuci (terhadap dosanya)”. H.r. Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, XXXX : 303, Ishaq bin Rahawaeh, al-Musnad, II : 543, Al Baehaqi, as Sunanul Kubra, IX : 98.
Syu’aib Al Arnauth mengatakan, ’Sanad hadis ini shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari & Muslim” Musnad al-Imam Ahmad, XXXX : 304.
عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَدِمَ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِي عَلَى رَسُولِ اللهِ بِمَكَّةَ …فَقَصَ الطُّفَيْلُ رُؤْيَاهُ عَلَى رَسُولِ اللهِ فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ يَدَيْهِ فَقَالَ اَللَّهُمَّ وَلِيْدَيْهِ فَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ.رواه ابن حبان و الحاكم و ابو يعلى و البخاري،في الادب و الرفع و الطبراني في الأوسط
Dari Abu Az Zubair dari Jabir, ia mengatakan,’Thufail bin Amr ad Duwasi menjumpai Nabi Saw. di Makkah…Kemudian At Thufail menceritakan kisah (mimpinya) itu kepada Rasulullah Saw. lalu Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya dan berdo’a,’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia, ’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia, ’Ya Allah! Dan untuk kedua tangannya , ampunilah ia”. H.r. Ibnu Hibban , Shahih Ibnu Hibban , V : 9; Al Hakim, al Mustadrak, IV : 86; Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, IV : 126; Al Bukhari, al Adabul Mufrad, hal. 215, Raf’ul Yadaeni Fis Shalah, hal. 140; At Thabrani, al Mu’jamul Ausath, III : 204.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِيَّ تَلاَ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيمَ ( رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ) الآيَةَ. وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلاَم ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ أُمَّتِي أُمَّتِي وَبَكَى…رواه مسلم و ابو عوانة و النسائي والبيهقي وابن مندة
Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, sesungguhnya Nabi saw. membaca firman Allah azza wa jalla mengenai Ibrahim, ‘Ya Allah! Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) telah banyak menyesatkan manusia, siapa yang mengikutiku sesungguhnya ia dari golonganku”. Dan Nabi Isa berkata,’Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka itu adalah hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. Lalu Nabi saw. mengangkat kedua tangannya dan berdo’a,’Ya Allah! Umatku-umatku! Sambil menangis”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, I : 191, Abu ‘Awanah, al-Musnad, I : 137, An Nasai, as Sunanul Kubra, VI : 373, Al Baehaqi, Syu’abul Iman, I : 283, Ibnu Mundah, al Iman, II : 868.
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ بَعَثَ النَّبِيُّ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى بَنِي جَذِيمَةَ فَدَعَاهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ فَلَمْ يُحْسِنُوا أَنْ يَقُولُوا أَسْلَمْنَا فَجَعَلُوا يَقُولُونَ صَبَأْنَا صَبَأْنَا فَجَعَلَ خَالِدٌ يَقْتُلُ مِنْهُمْ … فَذَكَرْنَاهُ فَرَفَعَ النَّبِيُّ يَدَهُ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ مَرَّتَيْنِ .رواه البخاري و ابن حبان و البيهقي و النسائي و عبد الرزاق و احمد و عبد بن حميد
Dari Salim, dari bapaknya ia mengatakan,’Nabi Saw. mengutus Khalid bin Al Walid ke bani Jadzimah. Ia mengajak mereka untuk memeluk Islam, akan tetapi mereka tidak mengetahui (mengerti dengan baik) untuk mengatakan kami berserah diri. Bahkan mereka mengatakan,’Kami berpindah agama, kami berpindah agama. Maka mulailah Khalid membunuh salah seorang dari mereka…lalu kami terangkan hal itu kepada beliau, maka Nabi Saw. mengangkat tanga seraya berdo’a,’Ya Allah! Sesungguhnya aku melepas diri dari apa yang telah diperbuat oleh Khalid (diucapkan dua kali).” H.r. Al Bukhari, Shahih al-Bukhari, III : 70, Ibnu Hibban , Shahih Ibnu Hibban , VII : 120, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, IX : 115, An Nasai, as Sunanul Kubra, III : 474, Abdurrazaq, al-Mushannaf, V : 222, X : 174, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, X : 444, Abd bin Humaid, al-Musnad, I : 239.
Hadits Rasulullah SAW tentang berdo’a sambil mengangkat tangan pada tempat-tempat dan keadaan tertentu. Seperti,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ… فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ طَوَافِهِ أَتَى الصَّفَا فَعَلاَ عَلَيْهِ حَتَّى نَظَرَ إِلَى الْبَيْتِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَحْمَدُ اللهَ وَيَدْعُو بِمَا شَاءَ أَنْ يَدْعُوَ. رواه مسلم و ابن خزيمة و ابو عوانة و البيهقي و ابن أبي شيبة
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan,’…Ketika Rasulullah Saw. selesai dari thawafnya, beliau datang ke Shafa, lalu naik sampai beliau melihat Al Bait (Ka’bah), kemudian beliau mengangkat kedua tangannya , lalu mulailah membaca tahmid (memuji kepada Allah) dan berdo’a apa yang ia kehendaki”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, III : 1406, Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, IV : 230, Abu ‘Awanah, al-Musnad, IV : 290, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, IX : 117, Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, VII : 397.
عَنِ الزُّهْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ كَانَ إِذَا رَمَى الْجَمْرَةَ الَّتِي تَلِي مَسْجِدَ مِنًى يَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ تَقَدَّمَ أَمَامَهَا فَوَقَفَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو وَكَانَ يُطِيلُ الْوُقُوفَ ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الثَّانِيَةَ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ كُلَّمَا رَمَى بِحَصَاةٍ ثُمَّ يَنْحَدِرُ ذَاتَ الْيَسَارِ مِمَّا يَلِي الْوَادِيَ فَيَقِفُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو ثُمَّ يَأْتِي الْجَمْرَةَ الَّتِي عِنْدَ الْعَقَبَةِ فَيَرْمِيهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عِنْدَ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَنْصَرِفُ وَلاَ يَقِفُ عِنْدَهَا قَالَ الزُّهْرِيُّ سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِاللهِ يُحَدِّثُ مِثْلَ هَذَا عَنْ أَبِيهِ عَنِ النَّبِيِّ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ . رواه البخاري و ابن خزيمة و الحاكم و الدارمي و النسائي والبيهقي و الدارقطني
Dari Az Zuhri, sesungguhnya Rasulullah Saw. melontar al Jumrah yang berdekatan dengan mesjid di mina, beliau melemparinya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada setiap kali lemparan lalu berdiri di depanya menghadap kiblat, berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya dan berdiri di situ lama sekali. Kemudian beliau mendatangi al Jamrah yang kedua lalu melamparinya dengan tujuh batu kecil. Beliau bertakbir pada setiap kali lemparan, lalu menepi kesebelah kiri al Wadi berdiri mengahadap kiblat berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya. Kemudian mendatangi al Jamrah Aqabah, lalu beliau melemparinya dengan tujuh batu kecil, beliau bertakbir pada setiap kali lemparan, lalu pergi dan tidak berhenti dahulu di situ”. Az Zuhri mengatakan,’Saya mendengar Salim bin Abdullah menceritakan seperti itu dari ayahnya dari Nabi Saw. dan Ibnu Umar pun mengamalkannya. H.r. Al Bukhari, Shahih al Bukhari, I : 368, Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, IV : 317, Al Hakim, al-Mustadrak, I : 478, Ad Darimi, Sunan ad Darimi, II : 63, An Nasai, Sunan an Nasai (as-Shugra), V : 276; as Sunanul Kubra,’II : 441, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, V: 148, Ad Daraquthni, Sunan Ad Daraquthni, II : 275.
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ قَالَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ بِعَرَفَاتٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُو.
Dari Atha, ia mengatakan,’Usamah bin Zaid mengatakan,’Saya membonceng Nabi Saw. di Arafah, lalu beliau mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a” H.r. Ibnu Khuzaemah, Shahih Ibnu Khuzaemah, IV : 258, An Nasai, Sunan an Nasai, V : 254; as Sunanul Kubra, II : 423, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, XXXVI : 146, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, V : 112, Abu Abdullah al Hanbali al Maqdisi, al Ahaditsil Mukhtarah, IV ; 123-124.
Dalam hadis lain diterangkan:
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ حَجَّةِ النَّبِيِّ فَقَالَ رَكِبَ حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ ناَقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخْرَاتِ وَجَعَلَ جَبَلَ الْمَشَّاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصَّفْرَةُ قَلِيْلاً حِيْنَ غَابَ الْقَرْصُ رَفَعَ الْيَدَيْنِ بِالدُّعَاءِ بِعَرَفَةَ. رواه النسائي، السنن الكبرى 2: 423.
Dari Ja’far bin Muhamad bin Ali dari bapaknya, ia mengatakan,’Kami menemui Jabir bin Abdullah, aku berkata,’Kabarilah aku tentang haji Nabi Saw.! Maka ia menerangkan,’Beliau (berangkat) menunggangi kendaraan sehingga sampai di tempat wuquf, beliau menjadikan perut untanya al Qaswa mengahadap As Shakhra serta menjadikan bukit Al Masyat di depannya, dan beliau menghadap kiblat terus-menerus wuquf sampai matahari terbenam dan mega kuning sedikit menghilang ketika waktu sore telah habis (masuk waktu Magrib), beliau mengangkat kedua tangan sambil berdo’a di Arafah. H.r. An Nasai, as Sunanul Kubra, II : 423.
Dalam periwayatan At Thabrani, dari Jurairi diterangkan bahwa Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangan ketika berdo’a di Arafah tidak melebihi dari kepalanya. (al Mu’jamul Kabir, II:332)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَرْمِي بِأَسْهُمِي فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ إِذِ انْكَسَفَتِ الشَّمْسُ فَنَبَذْتُهُنَّ وَقُلْتُ لأَنْظُرَنَّ إِلَى مَا يَحْدُثُ لِرَسُولِ اللهِ فِي انْكِسَافِ الشَّمْسِ الْيَوْمَ فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ يَدْعُو وَيُكَبِّرُ وَيَحْمَدُ وَيُهَلِّلُ حَتَّى جُلِّيَ عَنِ الشَّمْسِ فَقَرَأَ سُورَتَيْنِ وَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ.رواه مسلم و البيهقي و أبو داود
Dari Abdurrahman bin Samurah, ia mengatakan,’Ketika saya sedang main lempar panah pada masa Rasulullah Saw. tiba-tiba terjadi gerhana matahari, lalu saya meninggalkanya dan saya berkata,’Saya akan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ketika terjadi gerhana pada hari itu. Kemudian saya menjumpai beliau, pada saat itu Rasulullah Saw. sedang mengangkat kedua tangannya berdo’a, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil sampai terang kembali. Maka beliau membaca dua surat dan salat dua rakaat”. H.r. Muslim, Shahih Muslim, II : 269, Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, III : 332, Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 264.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي الاسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ. رواه البخاري و مسلم و البيهقي و ابو داود و النسائي و ابن ماجه و احمد و ابو يعلى
Dari Anas bin Malik, Bahwasannya nya Nabi Saw. tidak pernah mengangkat kedua tangannya ketika berdo’a melainkan pada salat istisqa sampai terlihat putihnya kedua ketiaknya”. H.r. Al Bukhari, Shahih al Bukhari, I : 226, Muslim, Shahih Muslim, II : 216, , Al Baihaqi, as Sunanul Kubra, III : 357, Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 216, An Nasai, as Sunanul Kubra, I : 450, 559, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, I : 373, Ahmad, Musnad al Imam Amad, XX : 231, Abu Ya’la, al-Musnad, V : 339, 346, 399.
MENDENGAR:
1. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH. Usman Sholehuddin
2. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis K.H. Drs. Shiddiq Amien, MBA
3. Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh K.H. Drs. Uus M Ruhiat
4. Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas
MENIMBANG:
1. Perlunya kejelasan hukum mengenai permasalahan mengangkat tangan sambil berdo’a
2. Adanya pendapat yang mengatakan boleh berdo’a sambil mengangkat tangan kapan pun dan dalam kondisi apapun.
3. Hadits-hadits Rasulullah SAW yang menerangkan bahwa beliau berdo’a sambil mengangkat tangan dalam kondisi-kondisi tertentu.
4. Lemahnya istidlal orang yang mengatakan bahwa boleh mengangkat tangan pada setiap do’a.
Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam
MENGISTINBAT:
1. Berdo’a dan kaifiyyatnya adalah ta’abbudi.
2. Mengangkat kedua tangan waktu berdo’a pada kondisi dan tempat tertentu disyari’atkan.
3. Berdo’a sambil mengangkat kedua tangan pada kondisi dan tempat tertentu yang tidak ada keterangan yang sahih adalah bid’ah.
c. Adapun tentang MENGGUNAKAN RUAS-RUAS JARI KEDUA TANGAN
Dalil 1.
سنن الترمذي ٣٣٣٣: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ الْأَعْمَشِ
Sunan Tirmidzi 3333: …Dari Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma ia berkata: saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghitung tasbih dengan tangannya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits hasan gharib dari hadits Al A'masy.
Dalil 2
مسند أحمد ٢٥٨٤١: …عَنْ جَدَّتِهَا يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ عَلَيْكُنَّ بِالتَّهْلِيلِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّقْدِيسِ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
Musnad Ahmad 25841: …Dari neneknya Yusairah dia adalah seorang wanita muhajirin, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami: "Wahai kaum wanita yang beriman, bertahlillah, bertasbihlah, dan bertaqdislah (mensucikan Allah) dan janganlah kalian lalai, sehingga kalian lupa akan rahmat (Allah). Dan ikatlah pada ujung jari-jari, karena hal itu akan ditanya dan akan menjawab."
Dalil 3
سنن أبي داوود ١٢٨٣: …عَنْ يُسَيْرَةَ أَخْبَرَتْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُنَّ أَنْ يُرَاعِينَ بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّقْدِيسِ وَالتَّهْلِيلِ وَأَنْ يَعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
Sunan Abu Daud 1283: …Dari Yusairah ia telah mengabarkan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka (para wanita) agar menjaga takbir, pensucian Allah, serta tahlil, dan menghitung dzikir menggunakan ruas-ruas jari, karena ruas-ruas tersebut akan ditanya dan diminta untuk berbicara.
Dalil 1 adanya keterangan bahwa nabi menggunakan tangan ketika menghitung tasbih
Dalil 2 perintah agar menjaga takbir, pensucian Allah, serta tahlil, dan menghitung dzikir menggunakan ruas-ruas jari, karena ruas-ruas tersebut akan ditanya dan diminta untuk berbicara.
Dalil 3 penegasan dari akan adanya perintah agar kita menggunakan jari-jari tangan ketika bertahlillah, bertasbih dan bertaqdislah dengan kalimat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka (para wanita) agar menjaga takbir, pensucian Allah, serta tahlil, dan menghitung dzikir menggunakan ruas-ruas jari, karena ruas-ruas tersebut akan ditanya dan diminta untuk berbicara.
Kesimpulan bertahlillah, bertasbih dan bertaqdislah (mensucikan Allah) dan menghitung dzikir menggunakan ruas-ruas jari kedua tangan Adalah sunnat
d. Adapun Tentang berdzikir hanya menggunakan ruas-ruas jari tangan kanan saja
I. berdzikir hanya menggunakan ruas-ruas jari tangan kanan saja
Dalil 1
صحيح البخاري ١٦٣ …عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
Shahih Bukhari 163: …Dari 'Aisyah berkata: “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan selainnya."
Dalil 2
سنن الترمذي ٣٣٣٣: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ الْأَعْمَشِ
Sunan Tirmidzi 3333: …Dari Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma ia berkata: saya melihat? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghitung tasbih dengan tangannya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits hasan gharib? dari hadits Al A'masy.
Dalil 3
سنن أبي داوود ١٢٨٤: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ
Sunan Abu Daud 1284: …Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam menghitung tasbih. Ibnu Qudamah berkata: yaitu dengan tangan kanannya.
Dalil 4
سنن أبي داوود ١٢٨١: …عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ مَرَّ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَدْعُو بِأُصْبُعَيَّ فَقَالَ أَحِّدْ أَحِّدْ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
Sunan Abu Daud 1281: …Dari Sa'd bin Abu Waqqash, ia berkata:Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melewatiku sementara aku sedang berdo'a dengan menggunakan kedua jariku, lalu beliau berkata: "Satu saja! Satu saja!" Dan beliau memberikan isyarat menggunakan telunjuk.
Dalil 1 dalil umum bahwa sunnah nabi menyukai sesuatu memulai dengan tangan kanan
Dalil 2 dalil khusus tentang dzikir menggunakan tangan, tetapi masih umum dalam hal tangan mana yang dimaksud
Dalil 3 dalil khusus tentang menghitung dzikir dengan tangan kanan saja (tambahan dari ibnu qudamah)
Dalil 4 dalil khusus dari dari Sa'd bin Abu Waqqash tentang menghitung dzikir dengan tangan kanan saja
Secara umum Semua perkataan yang umum dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibawa kepada keumumannya sampai diketahui hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan bahwa yang diinginkan darinya adalah sebagian makna tanpa yang lainnya
Mari perhatikan pendapat salah satu ulama yang beritihad bahwa dalam menghitung dzikir di sunnahkan hanya menggunkan tangan kanan saja Syaikh Al Bani dalam Silsilah hadits dla’if dan maudhu 3/88, penjelasan hadits No. 1002 “Adapun ulama sekarang yang merasa cukup berdalil dengan keumuman haditsuntuk menggunnakan jari-jari tangan dan lainnya merupakan kelailan mereka. Sebab, suatu yang umum tidaklah mengharuskan untuk beramal dengannya.di samping itu mereka juga tidak mengenali haditsterntang kebiasaan Rasuilullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam bertasbih hanya menggunakan jari-jari tangan kanan.”
II. Berdzikir menggunakan ruas-ruas jari kedua tangan
Dalil 1.
سنن الترمذي ٣٣٣٣: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ الْأَعْمَشِ
Sunan Tirmidzi 3333: …Dari Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma ia berkata: saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghitung tasbih dengan tangannya. Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits hasan gharib dari hadits Al A'masy.
Dalil 2
مسند أحمد ٢٥٨٤١: …عَنْ جَدَّتِهَا يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ عَلَيْكُنَّ بِالتَّهْلِيلِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّقْدِيسِ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
Musnad Ahmad 25841: …Dari neneknya Yusairah dia adalah seorang wanita muhajirin, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami: "Wahai kaum wanita yang beriman, bertahlillah, bertasbihlah, dan bertaqdislah (mensucikan Allah) dan janganlah kalian lalai, sehingga kalian lupa akan rahmat (Allah). Dan ikatlah pada ujung jari-jari, karena hal itu akan ditanya dan akan menjawab."
Dalil 3
سنن أبي داوود ١٢٨٣: …عَنْ يُسَيْرَةَ أَخْبَرَتْهَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُنَّ أَنْ يُرَاعِينَ بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّقْدِيسِ وَالتَّهْلِيلِ وَأَنْ يَعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
Sunan Abu Daud 1283: …Dari Yusairah ia telah mengabarkan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka (para wanita) agar menjaga takbir, pensucian Allah, serta tahlil, dan menghitung dzikir menggunakan ruas-ruas jari, karena ruas-ruas tersebut akan ditanya dan diminta untuk berbicara.
Dalil 4.
سنن أبي داوود ١٢٨٤: …عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ
Sunan Abu Daud 1284: …Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam menghitung tasbih. Ibnu Qudamah berkata: yaitu dengan tangan kanannya.
Secara umum Semua perkataan yang umum dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibawa kepada keumumannya sampai diketahui hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan bahwa yang diinginkan darinya adalah sebagian makna tanpa yang lainnya
Dalil 1 menunjukkan tangan
Dalil 2 menunjukkan ruas jari-jari tangan (kanan dan kiri)
Dalil 3 penegasan perintah dan manfaat menggunakan seluruh jari tangan
Dalil 4 Mari perhatikan Kembali tambahan pada haditsini yaitu : “Ibnu Qudamah berkata: yaitu dengan tangan kanannya” beliau adalah guru abu daud, tambahan ini disandarkan kepada beliau, dengan demikian tambahan ini tidak bisa disandarkan dari nabi tetapi dari ibnu qudamah, dengan demikian tambahan ini tidak bisa menjadi hujjah
Mari perhatikan pendapat ulama dalam istifta E.abdurahaman persis pers. hal 144-145 “selanjutnya yang lebih menentramkan adalah sabda nabi tentang bertasbih dengan menggunakan jari jemari tangan kanan dan kiri” kemudian menyampaikan haditsno 2 dan 3 kemudian berkata “jelas sekali, jari-jari tangan kanan akan dihisab, ditanyai, dan disuruh bicara bukan hanya yang kanan, tetapi seluruhnya”.
III. Pendapat kami
Bahwa menghitung bilangan dzikir yang di sunnatkan adalah dengan menggunakan ruas-ruas jari kedua tangan.
e. Adapun Tentang berdzikir menggunakan alat atau media
I. berdzikir menggunakan alat atau media boleh tetapi lebih afdol menggunakan ruas-ruas jari tangan
Dalil 1
سنن أبي داوود ١٢٨٢: …عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهَا أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوًى أَوْ حَصًى تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أَفْضَلُ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الْأَرْضِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ بَيْنَ ذَلِكَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَاللَّهُ أَكْبَرُ مِثْلُ ذَلِكَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ مِثْلُ ذَلِكَ
Sunan Abu Daud 1282: …Dari Aisyah binti Sa'd bin Abu Waqqash dari ayahnya bahwa Ia bersama Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam menemui seorang wanita sementara dihadapannya terdapat biji-bijian atau kerikil yang dipergunakan untuk bertasbih. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Aku akan memberitahukan kepadamu sesuatu yang lebih mudah bagimu dari pada ini dan lebih utama!" Lalu beliau mengucapkan: "SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA BAINA DZAALIKA WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA HUWA KHAALIQUN, WALLAAHU AKBARU MITSLU DZAALIKA, WAL HAMDU LILLAAHI MITSLU DZAALIKA WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU MITSLU DZAALIKA WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHI MITSLU DZAALIKA"
Dalil 2
سنن الترمذي ٣٤٧٧: …حَدَّثَنِي كِنَانَةُ مَوْلَى صَفِيَّةَ قَال سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تَقُولُ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلَافِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا فَقَالَ لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذِهِ أَلَا أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ فَقُلْتُ بَلَى عَلِّمْنِي فَقَالَ قُولِي سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ صَفِيَّةَ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ هَاشِمِ بْنِ سَعِيدٍ الْكُوفِيِّ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِمَعْرُوفٍ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
Sunan Tirmidzi 3477: …Telah menceritakan kepadaku Kinanah mantan budak Shafiyyah, ia berkata: aku mendengar Shafiyyah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku sementara ditanganku terdapat empat ribu biji kurma, yang aku gunakan untuk bertasbih. Kemudian beliau berkata: "Sungguh engkau telah bertasbih dengan ini! Maukah aku ajarkan kepadamu sesuatu yang lebih banyak pahalanya dari pada apa yang engkau gunakan untuk bertasbih?" Maka aku katakan: ya, ajarkan kepadaku. kemudian beliau bersabda: "Ucapkanlah: SUBHAANALLAAH, 'ADADA KHALQIHI (Maha suci Allah, sebanyak jumlah makhluqNya). Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya dari hadits Shafiyyah kecuali dari jalur ini, dari hadits Hasyim bin Sa'id Al Kufi. Dan sanadnya tidaklah dikenal. Dalam bab tersebut terdapat riwayat dari Ibnu Abbas.
Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 2/316-317. Maktabah Ad Da’wah Al Islamiyah
sebagai berikut:
…بأن الأنامل مسئولات مستنطقات يعني أنهن يشهدن بذلك فكان عقدهن بالتسبيح من هذه الحيثية أولى من السبحة والحصى . والحديثان الآخران يدلان على جواز عد التسبيح بالنوى والحصى وكذا بالسبحة لعدم الفارق لتقريره صلى اللَّه عليه وآله وسلم للمرأتين على ذلك . وعدم إنكاره والإرشاد إلى ما هو أفضل لا ينافي الجواز
“ … sesungguhnya ujung jari jemari akan ditanyakan dan diajak bicara , yakni mereka akan menjadi saksi hal itu . Maka, menghimpun ( menghitung ) tasbih dengan jari adalah lebih utama dibanding dengan untaian biji tasbih dan kerikil. Dua hadits yang lainnya, menunjukkan bolehnya menghitung tasbih dengan biji , kerikil , dan juga dengan untaian biji tasbih karena tidak ada bedanya , dan ini perbuatan yang ditaqrirkan ( didiamkan/disetujui ) oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap dua wanita tersebut atas perbuatan itu. Dan, hal yang menunjukkan dan mengarahkan kepada hukum yang lebih utama tidak berarti menghilangkan hukum boleh.”
Imam Ibnu Hajar Al Makki Al Haitami, Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubra, 1/219. Cet. 1. 1417H-1997M. Darul kutub Al ‘Ilmiyah. Beirut libanon Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubra tertulis demikian:
“وسئل” رضي الله عنه هل للسبحة أصل في السنة أو لا؟ “فأجاب” بقوله: نعم, وقد ألف في ذلك الحافظ السيوطي؛ فمن ذلك ما صح عن ابن عمر رضي الله عنهما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح بيده. وما صح عن صفية: رضي الله عنها دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وبين يدي أربعة آلاف نواة أسبح بهن, فقال: ما هذا يا بنت حيي. قلت: أسبح بهن, قال: قد سبحت منذ قمت على رأسك أكثر من هذا, قلت: علمني يا رسول الله قال: قولي سبحان الله عدد ما خلق من شيء. وأخرج ابن أبي شيبة وأبو داود والترمذي: “عليكن بالتسبيح والتهليل والتقديس ولا تغفلن فتنسين التوحيد, واعقدن بالأنامل فإنهن مسئولات ومستنطقات”. وجاء التسبيح بالحصى والنوى والخيط المعقود فيه عقد عن جماعة من الصحابة ومن بعدهم وأخرج الديلمي مرفوعا: نعم المذكر السبحة. وعن بعض العلماء: عقد التسبيح بالأنامل أفضل من السبحة لحديث ابن عمر. وفصل بعضهم فقال: إن أمن المسبح الغلط كان عقده بالأنامل أفضل وإلا فالسبحة أفضل .
“ Beliau ( Imam Ibnu Hajar Al Haitami ), semoga Allah meridhainya, ditanya : “ Apakah menggunakan sub-hah ada dasarnya dalam sunah atau tidak..?..” Beliau menjawab : “ Ya, Al Hafizh As Suyuthi telah menyebutkan hal itu , diantaranya yang shahih dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma : “ Aku melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertasbih menggunakan tangannya.” Juga riwayat shahihh dari Shafiyah ( binti Huyay ) Radhiallahu ‘Anha: “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk menemuinya, dan ditanganku ada 4000 biji yang aku gunakan untuk bertasbih. Beliau bertanya: “Apa ini wahai Binti Huyai..?..” Aku menjawab: “ Aku bertasbih dengannya.” Beliau bersabda : “ Aku telah bertasbih sejak aku bersandar di kepalamu lebih banyak dari ini.” Aku berkata : “ Ajarkanlah aku wahai Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Katakanlah , Subhanallah ‘adada maa khalaqa min syai’
( Maha Suci Allah sesuatu yang Dia ciptakan ).” Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Abu Daud, dan At Tirmidzi: “Hendaknya kalian bertasbih, tahlil, dan taqdis ( mensucikan ). Janganlah kalian lalai hingga kalian lupa dengan tauhid. Dan, himpunlah ( hitunglah ) dengan jari-jari karena mereka akan ditanya dan diajak bicara ( menjadi saksi ).”
Telah terdapat keterangan tentang bertasbih menggunakan kerikil, biji, dan benang yang diikat menjadi beberapa himpunan dari jamaah para sahabat dan manusia setelah mereka. Ad Dailami telah mengeluarkan secara marfu’: “ Ya, berdzikir dengan biji tasbih.” Dan, dari sebagian ulama: “ Menghitung tasbih dengan ujung jari adalah lebih afdhal dibanding biji tasbih ( sub-hah ) karena hadits Ibnu Amr di atas. Sebagian mereka merinci: “ Jika dia merasa aman dari kekeliruan, maka menggunakan ujung jari adalah lebih utama, jika tidak, maka dengan biji tasbih lebih utama.”
Kesimpulan seperti keterangan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqallat, 29/318. Mawqi’ Ruh Al Islam.Beliau ditanya tentang seseorang yang berdzikir setelah shalat menggunakan subhah, bid’ahkah? Beliau menjawab:
المسبحة لا ينبغي فعلها ، تركها أولى وأحوط ، والتسبيح بالأصابع أفضل ، لكن يجوز له لو سبح بشيء كالحصى أو المسبحة أو النوى ، وتركها ذلك في بيته ، حتى لا يقلده الناس فقد كان بعض السلف يعمله ، والأمر واسع لكن الأصابع أفضل في كل مكان ، والأفضل باليد اليمنى ، أما كونها في يده وفي المساجد فهذا لا ينبغي ، أقل الأحوال الكراهة .
“ Seharusnya tidak memakainya, meninggalkannya adalah lebih utama dan lebih hati-hati. Tetapi boleh baginya seandainya bertasbih menggunakan kerikil atau misbahah ( alat tasbih ) atau biji-bijian dan meninggalkan hal itu dirumahnya, sampai-sampai manusia menggantungkannya dan dahulu para salaf melakukannya. Masalah ini lapang, tetapi menggunakan jari adalah lebih utama pada setiap tempat, dan utamanya dengan tangan kanan. Ada pun memeganginya pada tangannya di masjid sebagusnya jangan dilakukan, minimal hal itu makruh.”
II. Berdzikir menggunakan alat atau media tidak ada tuntunan dari Nabi SAW
Dalil 1
سنن أبي داوود ١٢٨٢: …عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهَا أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوًى أَوْ حَصًى تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أَفْضَلُ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الْأَرْضِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ بَيْنَ ذَلِكَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَاللَّهُ أَكْبَرُ مِثْلُ ذَلِكَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ مِثْلُ ذَلِكَ
Sunan Abu Daud 1282: …Dari Aisyah binti Sa'd bin Abu Waqqash dari ayahnya bahwa Ia bersama Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam menemui seorang wanita sementara dihadapannya terdapat biji-bijian atau kerikil yang dipergunakan untuk bertasbih. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Aku akan memberitahukan kepadamu sesuatu yang lebih mudah bagimu dari pada ini dan lebih utama!" Lalu beliau mengucapkan: "SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA BAINA DZAALIKA WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA HUWA KHAALIQUN, WALLAAHU AKBARU MITSLU DZAALIKA, WAL HAMDU LILLAAHI MITSLU DZAALIKA WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU MITSLU DZAALIKA WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHI MITSLU DZAALIKA" (Maha Suci Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan dilangit, dan Maha Suci Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di bumi, dan Maha Suci Allah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan diantara keduanya dan Maha Suci Allah sebanyak apa yang Dia ciptakan, dan Allah Maha Besar seperti itu, segala puji bagi Allah seperti itu, dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah seperti itu, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali karena Allah seperti itu)
Dalil 2
سنن الترمذي ٣٤٧٧: …حَدَّثَنِي كِنَانَةُ مَوْلَى صَفِيَّةَ قَال سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تَقُولُ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلَافِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا فَقَالَ لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذِهِ أَلَا أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ فَقُلْتُ بَلَى عَلِّمْنِي فَقَالَ قُولِي سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ صَفِيَّةَ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ هَاشِمِ بْنِ سَعِيدٍ الْكُوفِيِّ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِمَعْرُوفٍ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
Sunan Tirmidzi 3477: …Telah menceritakan kepadaku Kinanah mantan budak Shafiyyah, ia berkata: aku mendengar Shafiyyah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku sementara ditanganku terdapat empat ribu biji kurma, yang aku gunakan untuk bertasbih. Kemudian beliau berkata: "Sungguh engkau telah bertasbih dengan ini! Maukah aku ajarkan kepadamu sesuatu yang lebih banyak pahalanya dari pada apa yang engkau gunakan untuk bertasbih?" Maka aku katakan: ya, ajarkan kepadaku. kemudian beliau bersabda: "Ucapkanlah: SUBHAANALLAAH, 'ADADA KHALQIHI (Maha suci Allah, sebanyak jumlah makhluqNya). Abu Isa berkata: hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya dari hadits Shafiyyah kecuali dari jalur ini, dari hadits Hasyim bin Sa'id Al Kufi. Dan sanadnya tidaklah dikenal. Dalam bab tersebut terdapat riwayat dari Ibnu Abbas.
Dalil 3
al-Mushannaf” No 7667 : … Dari Ibrahim, dia berkata, “Abdullah sangat benci menghitung dzikir dengan tasbih, dia berkata, “Apakah ia menghitung kebaikan-kebaikannya kepada Allah ta’ala?” Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah.
Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 8/228 Beliau mengomentari kisah Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu yang sedang mengingkari halaqah dzikir yang menghitung dzikir menggunakan batu-batu kecil:
ولا يكون ذلك بالعد بالحصى، ولا بغير الحصى، وإنما الإنسان يعد ما ورد عده، مثل التسبيح بعد الصلاة ثلاثاً وثلاثين، والتحميد ثلاثاً وثلاثين، والتكبير ثلاثاً وثلاثين، ويقول عند تمام المائة: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير، فهذا شيء جاءت به السنة، والإنسان يعد بأصابعه، ولكن كون الإنسان يسبح بحصى هذا شيء لم يأت به السنة عن رسول الله عليه الصلاة والسلام، ولهذا قال أبو عبد الرحمن ما قال، ونبه إلى أن الصحابة هم القدوة وهم الأسوة وهم السابقون إلى كل خير، ولو كان خيراً لسبقوا إليه.
“ Tidaklah perhitungan dzikir itu menggunakan batu-batu kecil , tidak pula yang lain . Sesungguhnya manusia menghitungnya sebagaimana hitungan yang telah warid ( datang ) riwayatnya, seperti tasbih setelah shalat 33 kali, tahmid 33 kali, takbir 33 kali, lalu melengkapinya hingga seratus dengan membaca : Laa Ilaha Illallahu wahdahu laa syarika lahu , lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir. Inilah dzikir yang ada pada sunah, dan manusia menghitungnya dengan jari jemarinya, tetapi perilaku menusia yang menghitungnya dengan batu-batu kecil, maka itu tidak ada dasarnya dari sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu berkatalah Abu Abdurrahman ( Ibnu Mas’ud ) sebagaimana yang telah dikatakannya. Seraya mengabarkan mereka bahwa sahabat Nabi adalah teladan dan contoh, mereka adalah orang yang awal dalam setiap kebaikan, seandainya hal ini baik niscaya mereka sudah mendahuluinya.”
(kami sajikan dalil no 4)
Beliau juga menjelaskan di halaman lain, ketika mengomentari hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqash:
والحديث ضعيف غير ثابت؛ لأن في إسناده مجهولاً لا يعرف وهو خزيمة المذكور في الإسناد، فالحديث غير صحيح، وعلى هذا فلا يجوز العد والتسبيح بالحصى ولا بالنوى، وكذلك ليس للإنسان التسبيح بالمسبحة، فأقل أحواله أن يكون خلاف الأولى، وبعض أهل العلم يقول: إنه بدعة، فالذي ينبغي أن يبتعد الإنسان عنه ولا يفعله، وإنما يسبح بالأصابع؛ لأنه كما جاء في الحديث: (فإنهن مسئولات مستنطقات) كما سيأتي، والنبي صلى الله عليه وسلم كان يسبح بأصابعه، يعني: بأنامل يمينه كما سيأتي.
“ Dan hadits ini dla’if , tidak kuat . Karena dalam sanadnya terdapat rawi yang majhul , tidak dikenal , yakni bernama …Khuzaimah… yang tertera dalam sanadnya . Maka, hadits ini tidak shahih. Oleh karena itu tidak boleh manusia bertasbih dengan batu-batu kecil, bijji-bijian , demikian juga dengan subhah, minimal keadaan ini bertentangan dengan perbuatan yang pertama ( yakni dengan jari jemari ). Sebagian ulama mengatakan: itu adalah bid’ah . Maka hendaknya manusia dijauhkan darinya dan tidak melakukannya . Sesungguhnya bertasbih itu hanyalah dengan jari jemari , sebagaimana hadits: (Sesungguhnya jari jemari akan ditanya dan diajak bicara), Dan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertasbih dengan jari-jemarinya , yaitu ujung jari bagian tangan kanan
III. Pendapat kami
Dengan dua keterangan yang telah disampaikan maka kami berkesimpulan bahwa berdzikir dengan mengunnakan ruas-ruas jari tangan adalah sunnat.