Kapan Iqomah

Pada pelaksanaanya iqomah dikumandangkan atas dasar perintah langsung imam, perintah tidak langsung imam dan persetujuan antara imam dan muqomit, berikut penjelasanya:

A. Perintah Langsung Dari Imam

Dalil 1

عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ بِالْأُولَى مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ بَعْدَ أَنْ يَسْتَبِينَ الْفَجْرُ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ

Shahih Bukhari 590: 'Aisyah berkata: “Jika mu'adzin selesai mengumandangkan adzan pertama dari adzan shalat Shubuh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat dua raka'at ringan sebelum melaksanakan shalat fajar, yaitu ketika fajar sudah jelas masuknya. Kemudian beliau berbaring pada sisi kanan badannya hingga mu'adzin mendatangi beliau untuk mengumandangkan iqamah."

Dalil 2

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِي مُوسَى أَنَّ سَائِلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ شَيْئًا حَتَّى أَمَرَ بِلَالًا فَأَقَامَ الْفَجْرَ حِينَ انْشَقَّ الْفَجْرُ

Sunan Abu Daud 334: … telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Musa dari Abu Musa bahwasanya Ada seorang penanya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (tentang waktu shalat), namun beliau tidak menjawab sesuatu pun padanya hingga beliau memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan iqamah shalat Fajar tatkala fajar telah merekah…

Dalil 1 kalimat “Kemudian beliau berbaring pada sisi kanan badannya hingga mu'adzin mendatangi beliau untuk mengumandangkan iqamah.” Menunjukan bahwa seorang muqomit ketika akan iqomah menemui imam terlebih dahulu setelah bertemu atas izinnya baru mengumandangkan iqomah.

Dalil 2 kalimat “beliau memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan iqamah shalat Fajar tatkala fajar telah merekah… “.adalah bentuk perintah langsung dari imam

Kesimpulan bahwa salah satu kaifiyat iqomah dikumandangkan harus melalui perintah langsung dari imam

Pengertian KAPAN IQOMAH adalah salah satu kaifiyat iqomah berkumandang setelah adanya perintah langsung dari imam.

B. Perintah Tidak Langsung Dari Imam

Dalil

جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ يَقُولُ كَانَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤَذِّنُ ثُمَّ يُمْهِلُ فَلَا يُقِيمُ حَتَّى إِذَا رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَرَجَ أَقَامَ حِينَ يَرَاهُ

Musnad Ahmad 19891: … Jabir bin Samurah berkata: "Mu'adzin Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam biasa mengumandangkan adzan, lalu menunggu sejenak, ia tidak mengumandangkan iqamat hingga Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam terlihat, setelah ia melihat beliau keluar, barulah shalat ditegakkan."

Dalil ini kalimat “lalu menunggu sejenak, ia tidak mengumandangkan iqamat hingga Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam terlihat, setelah ia melihat beliau keluar, barulah shalat ditegakkan." Menunjukan bahwa keluarnya atau kehadiran imam sebagai perintah tidak langsung dari imam untuk untuk muqomit.

Kesimpulan perintah tidak langsung dari imam dengan keluar atau kehadiranya.

Pengertian kapan iqomah adalah salah satu kaifiyat iqomah berkumandang dengan adanya perintah tidak langsung dari imam dengan keluar menuju tempatnya atau hadirnya.

C. Muqomit Meyakini Adanya Imam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَسَوَّى النَّاسُ صُفُوفَهُمْ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقَدَّمَ وَهُوَ جُنُبٌ ثُمَّ قَالَ عَلَى مَكَانِكُمْ فَرَجَعَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ مَاءً فَصَلَّى بِهِمْ

Shahih Bukhari 604 : …Dari Abu Hurairah berkata, "Suatu hari iqamat sudah dikumandangkan dan orang-orang sudah merapikan shaf-shaf mereka, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan maju ke depan untuk memimpin shalat padahal waktu itu beliau sedang junub. Beliau lantas berkata; "Tetaplah di tempat kalian." Beliau pun kembali ke rumah untuk mandi dan datang kepada kami dalam keadaan kepalanya basah, kemudian beliau shalat bersama mereka."

Dalil ini kalimat “Suatu hari iqamah sudah dikumandangkan dan orang-orang sudah merapikan shaf-shaf mereka, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar” Kaifiyat ini menunjukan bahwa seorang muqomit mengumandangkan iqomah tanpa melihat imam tetapi, meyakini akan keberadaanya, begitu pula dengan makmum setelah adanya iqomah merapikan shaf, dan imam yang langsung maju menuju tempatnya, dengan demikian menunjukan bahwa adanya persetujuan antara imam dan muqomit. Persetujuan yang dimaksud adalah muqomit akan melakukan iqomah dengan tanpa melihat atau hanya dengan meyakini bahwa imam yang akan memimpin keberadaan dan kesiapanya telah lengkap, dan imam menyetujui iqomah yang dimaksud dengan menempati tempatnya sebagai imam setelah adanya kumandang.

Kesimpulan bahwa salah satu kaifiyat iqomah adalah dengan kepastian akan adanya imam.

Pengertian kapan iqomah adalah salah satu kaifiyat iqomah berkumandang dengan adanya persetujuan antara imam dan muqomit dengan tetap memastikan akan keberadaan imam.

Dengan keterangan-keterangan yang telah disampaikan menunjukan bahwa kaifiyat shalat berjamaah memiliki ragam pilihan tentang kapan iqomah, dan kapan shalat dimulai, tetapi semuanya tertumpu pada hak imam sebagai pemimpin

D. Pengertian iqomah

Iqomah menurut bahasa, berasal dari kata أقام - يقيم artinya, menegakkan, mendirikan.

Sedangkan menurut Istilah, ialah memberitahukan tentang pelaksanaan shalat fardu, dengan lafal yang telah ditentukan oleh syara’.

Dalil 1

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَأَذِّنَا وَأَقِيمَا ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا

Shahih Bukhari 618 …Dari Malik bin Al Huwairits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:"Jika telah datang waktu shalat maka adzan dan iqamahlah, kemudian hendaklah yang mengimami shalat adalah yang paling tua di antara kalian berdua."

Dalil 2

صحيح مسلم ٩٥٢ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ تُقَامُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْخُذُ النَّاسُ مَصَافَّهُمْ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامَهُ

Shahih Muslim 952 … Dari Abu Hurairah: "Tatkala iqamat dikumandangkan shalat akan dilaksanakan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas para sahabat bersegera membentuk barisan (shaff) sebelum Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di tempat yang biasa beliau gunakan untuk berdiri (menjadi imam).

Dalil 3

صحيح البخاري ٥٧٠ عَنْ أَنَسٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ

Shahih Bukhari 570 …Dari Anas berkata:"Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah' (shalat telah didirikan)."

Dalil 4

...عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِقَالَ ثُمَّ اسْتَأْخَرْتُ غَيْرَ بَعِيدٍ قَالَ ثُمَّ تَقُولُ إِذَا أَقَمْتَ الصَّلَاةَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

HR. Ahmad, 15881...Dari Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi berkata;… ( Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi berkata) lalu saya menunggu dalam waktu yang tidak lama. Dia berkata; lalu kamu baca, jika kamu hendak mendirikan shalat: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADARASULULLAH, HAYYA 'ALAS SHALAAH, HAYYA 'ALAL FALAAH QAD QAMATIS SHALAH, QAD QAMATIS SHALAH ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLA ALLAH…

Dalil satu, kalimat Jika telah datang waktu shalat maka adzan dan iqamahlah, kemudian hendaklah yang mengimami shalat adalah yang paling tua di antara kalian berdua." Menunjukkan adanya perintah iqomat.

Dalil dua kalimat, "Tatkala iqamat dikumandangkan shalat akan dilaksanakan, menunjukkan iqomat dikumandangkan sebagai pemberitahuan shalat fardlu akan dilaksakan

Dalil tiga kalimat, ...mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah' (shalat telah didirikan).". Menunjukkan lafadz iqamat diajarkan oleh Nabi secara langsung dengan mengganjilkan lafadz iqamah kecuali qad qaamatish shalah.

Dalil empat, kalimat ....ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADARASULULLAH, HAYYA 'ALAS SHALAAH, HAYYA 'ALAL FALAAH QAD QAMATIS SHALAH, QAD QAMATIS SHALAH ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLA ALLAH… Menujukkan bahwa Nabi mengajarkan untuk menggenapkan iqomah pada lafadz qod damatish shalah juga lafadz Allahu Akbar.

Kesimpulan; Iqamah ialah memberitahukan tentang pelaksanaan shalat fardu, dengan lafal yang telah ditentukan oleh syara’.

E. Kaifiyat Iqomah

Dalil 1

صحيح البخاري ٥٦٨: ...عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ ...فَأُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ

Shahih Bukhari 568: ...Dari Anas bin Malik berkata: ...Maka Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dengan dua kali dua kali dan iqamah dengan bilangan ganjil."

Dalil 2

صحيح البخاري ٥٧٠: ...عَنْ أَنَسٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ

Shahih Bukhari 570: Dari Anas berkata: "Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah' (shalat telah didirikan)."

Dalil 3

SUNAN ABU DAUD 421…Telah menceritakan kepadaku Ayahku, Abdullah bin Zaid … Apabila kamu membaca iqamah shalat, ucapkanlah: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, AYSHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH, HAYYA 'ALASH SHALAAH HAYYA 'ALAL FALAH QAD QAAMATISH SHALAH QAD QAAMATISH SHALAT. ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR. LAAILAAHA ILLALLAH

Dalil 4

SUNAN NASA'I 629: ...Dari Abu Mahdzurah dia berkata:...dia berkata: "Beliau mengajari iqamah dua kali: ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH, HAYYA 'ALASH SHALAAH, HAYYA 'ALASH SHALAAH, HAYYA 'ALAL FALAAH, HAYYA 'ALAL FALAAH, QAD QAAMATISH SHALAAH, QAD QAAMATISH SHALAAH, ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH..

Dalil 5

Shahih Ibnu Hibban 1681 : ...Telah menceritakan kepadanya bahwa Abu mahdzurah …Dan lafazh Iqamat adalah “ ALLAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHI, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHI, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAH, HAYYA ALA ASH-SHALAAH, HAYYA ALA ASH-SHALAAH, HAYYA ALA AL FALAAH, HAYYA ALA AL FALAAH, QAD QAAMATI SHSHALAAH, QAD QAAMATISH SHALAAH, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAHI ”.

Dalil 1 dan 2 kalimat “Maka Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dengan dua kali dua kali dan iqamah dengan bilangan ganjil” dan Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah' dan Dalil 3,4 dan 5 menunjukan kaifiyatnya adalah:

No

Lafad

Jumlah Pengulangan

-

-

Dari Anas bin Malik Shahih Bukhari 568 dan 570

Dari Abdullah bin Zaid (sunan abu daud 421

Dari Abu Mahdzurah

(sunan nasa'i 629)

Dari Abu Mahdzurah

(Ibnu Hibban 1681)

1

ALLAAHU AKBAR

1 kali

2 kali

2 kali

4 kali

2

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH

1 kali

1 kali

2 kali

2 kali

3

ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH

1 kali

1 kali

2 kali

2 kali

4

HAYYA 'ALASH SHALAAH

1 kali

1 kali

2 kali

2 kali

5

HAYYA 'ALAL FALAAH

1 kali

1 kali

2 kali

2 kali

6

QAD QAAMATISH SHALAAH

2 kali

2 kali

2 kali

2 kali

7

ALLAAHU AKBAR

1 kali

2 kali

2 kali

2 kali

8

LAA ILAAHA ILLALLAAH

1 kali

1 kali

1 kali

1 kali

Kesimpulan terdapat 4 kaifiyat iqomah dan semuanya adalah pilihan yang boleh atau sunnah untuk dilakukan.

Mari perhatikan pendapat ibnu abdi al-bar dalam fathul al bari, 2 : 84 “Imam ahmad telah berpendapat, juga ishak, Dawud dan ibnu jarir : sesungguhnya hal itu merupakan hal yang mubah (boleh) apabila mengamalkan empat kali takbir pada awal adzan dan dua kali dua kali, atau mengulang-ngulang tasyahud, atau tidak mengulang-ngulang tasyahud atau dua kali-dua kali iqomat, atau semua lafadznya sekali-kali kecual qad qomatishalah, maka semua cara itu diperbolehkan”.

F. Kapan Makmum Berdiri Berhubungan Dengan Iqomah

Dalil 1

صحيح البخاري ٦٠١: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي

Shahih Bukhari 601:…Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Jika iqamah telah dikumandangkan maka janganlah berdiri hingga kalian melihat aku."

Dalil 2

صحيح البخاري ٦٠٢: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ

Shahih Bukhari 602 …Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Jika iqamah telah dikumandangkan maka janganlah berdiri hingga kalian melihat aku, dan hendaklah kalian melakukannya dengan tenang."

Dalil 3

صحيح مسلم ٩٤٩…. عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ وَقَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ شَيْبَانَ كُلُّهُمْ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَزَادَ إِسْحَقُ فِي رِوَايَتِهِ حَدِيثَ مَعْمَرٍ وَشَيْبَانَ حَتَّى تَرَوْنِي قَدْ خَرَجْتُ

Shahih Muslim 949 … dari Abu Qatadah, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika iqamat telah dikumandangkan, janganlah kalian berdiri hingga kalian melihatku."… telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus dan Abdurrazaq dari Ma'mar. Ishaq mengatakan: telah mengabarkan kepada kami Al Walid bin Muslim dari Syaiban semuanya dari Yahya bin Abu Katsir dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan dalam periwayatannya, Ishaq menambahkan hadis Ma'mar dan Syaiban: "Hingga kalian melihatku telah keluar (rumah)."

Dalil 4

صحيح البخاري ٢٦٦: ... عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَعُدِّلَتْ الصُّفُوفُ قِيَامًا فَخَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَامَ فِي مُصَلَّاهُ ذَكَرَ أَنَّهُ جُنُبٌ فَقَالَ لَنَا مَكَانَكُمْ ثُمَّ رَجَعَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيْنَا وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ فَكَبَّرَ فَصَلَّيْنَا مَعَهُ

Shahih Bukhari 266 …Dari Abu hurairah, ia berkata; Di-iqamat-i salat dan diluruskan shaf-shaf dalam keadaan berdiri, lalu Rasulullah Saw keluar kepada kami, ketika beliau berdiri pada tempat salatnya, beliau terangkan, bahwasanya beliau berjunub, beliau bersabda kepada kami: “Tetaplah kalian pada tempatnya”. Beliau kembali lalu mandi, kemudian keluar kepada kami sedangkan air menetes dari kepalanya, lalu beliau takbir, lalu kami salat bersamanya.

Dalil 1 kalimat, :"Jika iqamah telah dikumandangkan maka janganlah berdiri hingga kalian melihat aku."menunjukan larangan tegas dari nabi SAW, informasi dari abu qatadah jangan berdiri seelum melihat imam

Dalil 2 kalimat “dan hendaklah kalian melakukannya dengan tenang."abu qatadah menginformasikan Kembali larangan berdiri sebelum ada imam dengan tambahan bila mendatangi shaf harus dilakukan dengan tenang (tidak tergesa-gesa).

Dalil 3 kalimat, "Hingga kalian melihatku telah keluar (rumah)." abu qatadah menginformasikan kembali bahwa selain larangan dan lakukan dengan tenang, maksud melihat disini adalah sampai Nabi SAW benar-benar keluar dari rumah

Dalil 4 abu Hurairah menginformasikan hal yang terkesan berbeda yaitu kalimat “Di-iqamat-i salat dan diluruskan shaf-shaf dalam keadaan berdiri, lalu Rasulullah Saw keluar kepada kami, ketika beliau berdiri pada tempat salatnya, beliau terangkan, bahwasanya beliau berjunub, beliau bersabda kepada kami: “Tetaplah kalian pada tempatnya”. Beliau kembali lalu mandi, kemudian keluar kepada kami sedangkan air menetes dari kepalanya, lalu beliau takbir, lalu kami salat bersamanya.” artinya makmum sebelum melihat nabi disamping berdiri juga sudah benar-benar merapikan shaf dan nabi SAW tidak mempermasalahkanya dan melanjutkan kaifiyat shalat berjamaah.

Mari perhatikan kalimat yang terdapat dalam hadits tersebut.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَعُدِّلَتْ الصُّفُوفُ قِيَامًا فَخَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَامَ فِي مُصَلَّاهُ ذَكَرَ أَنَّهُ جُنُبٌ فَقَالَ لَنَا مَكَانَكُمْ ثُمَّ رَجَعَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيْنَا وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ فَكَبَّرَ فَصَلَّيْنَا مَعَهُ تَابَعَهُ عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَرَوَاهُ الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ الزُّهْرِيِّ

Merujuk pada dalil ini ini berarti secara tekstual artinya adalah “diiqomati shalat dan shaf telah lurus (sebelumnya)”. Hal ini diketahui dari kalimat:

أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَعُدِّلَتْ الصُّفُوفُ قِيَامًا

Kalimat “أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ” merupakan jumlah fi’liyah. Yaitu “أُقِيمَتْ” sebagai fi’il madhi majhulnya dan “الصَّلَاةُ” adalah Na’ibul fa’ilnya. Maka dengan demikian “أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ” diartikan “telah di-iqamat-i shalat”. Begitu pula dengan kalimat “عُدِّلَتْ الصُّفُوفُ” diartikan “telah dirapihkan shaff”.

Huruf wawu (و) dalam kalimat tersebut merupakan salah satu dari huruf ‘athaf, hal ini bisa dibuktikan karena adanya keselarasan dari segi kedudukan dan i’rob antara kalimat “أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ” sebagai ma’tuf ‘alahnya(yang diikuti) dan juga “عُدِّلَتْ الصُّفُوفُ” yang menjadi ma’tufnya (yang mengikuti). Huruf wawu ‘athaf mengandung arti bersama-sama dan berkumpul dalam satu waktu (مطلق الاشتراك والجمع). Berfungsi mengikat ma’tuf ‘alaih dan ma’tuf yang keduanya berada dalam satu waktu yang sama.

قال ابن مالك : فاعْطِفْ بِوَاوٍ سَابِقَاً أَو لاَحِقَاً # فِي الحُكْمِ أَو مُصَاحِبَاً مُوَافِقَاً

Berkata Ibnu Maalik : “Hubungkanlah (Ma’tuf) dan (Ma’tuf ‘Alaih)dengan memakai Wawu dalam hal hukum atau bersamaan dan kesesuaian”.

Maka dengan demikian di-iqamat-i shalat dan di-rapih-kannya shaff telah dilakukan dalam waktu yang sama, yaitu dalam keadaan “قِيَامًا”, berdiri. Kalimat “قِيَامًا” adalah hal.

الحَالُ اسْمٌ نَكِرَةٌ مَنْصُوْبٌ بِبَيَنٍ هَيْئَةِ الفَاعِلِ أَوْ المَفْعُوْلِ بِهِ عِنْدَ وُقُوْعِ الفِعْلِ

“Hal adalah isim nakirah yang mansub yang menjelaskan keadaan kelakuan Faail (pelaku) atau maf’ul bih (objek) ketika terjadinya perbuatan.” (Kitab Mulakhos Qawaid Lughah Al-‘arabiyyah karangan Fuad Ni’mah)

Maka berdasarkan bukti uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa di-iqamat-i shalat dan rapihnya shaff itu dalam keadaan berdiri.

Kesimpulan bahwa keterangan dua sahabat nabi ini menunjukan bahwa keduanya harus di jamii (disatukan) mengingat keduanya dapat dipastikan shohih, caranya adalah bahwa larangan berdiri yang dimaksud adalah larangan yang bersifat berdiri atau mendatangi dengan tergesa-gesa. Artinya sebelum, sedang atau setelah iqomah maka syari’at menunjukkan kepada makmum dipersilahkan untuk menyiapkan shaf dan tidak terikat oleh iqamah, tetapi terikat pada hak imam sebagai pemimpin.

Mari perhatikan pendapat ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Baari 11/120 telah menyebutkan cara penggabungan yang baik. Beliau berkata, “Hadits ini dan hadits Abu Qatadah dapat digabungkan sebagai berikut: Kemungkinan hal itu dilakukan untuk menjelaskan bahwa cara semacam itu juga dibolehkan. Dan bahwasanya perbuatan mereka seperti yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah merupakan sebab turunnya larangan yang disebutkan dalam hadits Abu Qatadah. Yakni mereka berdiri saat iqamat shalat telah dikumandangkan meski Rasulullah saw. belum keluar. Maka Rasulullah melarang perbuatan mereka itu. Karena kemungkinan beliau memiliki kesibukan lain yang menyebabkan beliau terlambat keluar sehingga mereka kesulitan menunggu beliau.”

G. Tentang Pada Kalimat Iqomah Yang Mana Kita Harus Berdiri?

Dalil 1

2287 - أَخْبَرَنَا أَبُو صَالِحِ بْنُ أَبِي طَاهِرٍ الْعَنْبَرِيُّ، ثنا جَدِّي يَحْيَى بْنُ مَنْصُورٍ الْقَاضِي، ثنا أَحْمَدُ بْنُ سَلَمَةَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أنبأ عِيسَى بْنُ يُونُسَ، وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَا: ثنا مَعْمَرٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي قَدْ خَرَجْتُ " [ص:33] رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الصَّوَّافِ وَكَذَلِكَ رَوَاهُ الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ شَيْبَانَ، عَنْ يَحْيَى حَتَّى تَرَوْنِي قَدْ خَرَجْتُ، وَكَذَلِكَ قَالَهُ الْحَجَّاجُ الصَّوَّافُ، عَنْ يَحْيَى مِنْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ بَشَّارٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْهُ، وَرَوَاهُ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ مَعْمَرٍ، وَأَبُو نُعَيْمٍ، عَنْ شَيْبَانَ وَعُبَيْدِ اللهِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ يَحْيَى الْقَطَّانِ، عَنِ الْحَجَّاجِ دُونَ قَوْلِهِ (قَدْ خَرَجْتُ) وَأَمَّا الَّذِي يَرْوِيهِ بَعْضُ الْمُتَفَقِّهَةِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ حَتَّى تَرَوْنِي قَائِمًا فِي الصَّفِّ، فَلَمْ يَبْلُغْنَا، وَرُوِّينَا عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ إِذَا قِيلَ: قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، وَثَبَ فَقَامَ وَعَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ، وَهُوَ قَوْلُ عَطَاءٍ وَالْحَسَنِ

…. “Kami mendapat riwayat dari Anas bin Malik ra bahwa apabila beliau mendengar ‘Qad qamatis shalah‘ beliau langsung berdiri”…

Dalil 2

1940 - عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَطِيَّةَ قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ فَلَمَّا أَخَذَ الْمُؤَذِّنُ فِي الْإِقَامَةِ قُمْنَا، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: " اجْلِسُوا فَإِذَا قَالَ: قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ فَقُوَمُوا "

…“Kami duduk di dekat Ibnu Umar (menunggu shalat). Ketika muadzin mulai mengumandangkan iqamah, kamipun berdiri. Lalu Ibnu Umar mengatakan, ‘Duduklah, sampai muadzin mengucapkan qad qamatis shalah, silahkan berdiri.’…

Dalil 3

1942 - عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ: " أَنَّ النَّاسَ كَانُوا سَاعَةَ يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، يُقِيمُ الصَّلَاةَ، يَقُوَمُ النَّاسُ إِلَى الصَّلَاةِ، فَلَا يَأْتِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامَهُ حَتَّى يُعَدِّلَ الصُّفُوفَ "

… Telah mengabarkan kepadaku ibnu sihab bahwasanya ketika muadzin mengucapkan (dalam qomat nya) ALLAHUAKBAR, maka merekapun berdiri untuk shalat, sehingga nabi SAW tidak mendatangi tempatnya melainkan shaf-shaf mereka telah rapi.”

Dalil 4

صحيح البخاري ٢٦٦: ... عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَعُدِّلَتْ الصُّفُوفُ قِيَامًا فَخَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَامَ فِي مُصَلَّاهُ ذَكَرَ أَنَّهُ جُنُبٌ فَقَالَ لَنَا مَكَانَكُمْ ثُمَّ رَجَعَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيْنَا وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ فَكَبَّرَ فَصَلَّيْنَا مَعَهُ

Shahih Bukhari 266 …Dari Abu hurairah, ia berkata; Di-iqamat-i salat dan diluruskan shaf-shaf dalam keadaan berdiri, lalu Rasulullah Saw keluar kepada kami, ketika beliau berdiri pada tempat salatnya, beliau terangkan, bahwasanya beliau berjunub, beliau bersabda kepada kami: “Tetaplah kalian pada tempatnya”. Beliau kembali lalu mandi, kemudian keluar kepada kami sedangkan air menetes dari kepalanya, lalu beliau takbir, lalu kami salat bersamanya.

Dalil 5

صحيح البخاري ٦٠٢: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ

Shahih Bukhari 602 …Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Jika iqamah telah dikumandangkan maka janganlah berdiri hingga kalian melihat aku, dan hendaklah kalian melakukannya dengan tenang."

Keterangan : Atsar sahabat anas (dalil 1) dan ibnu umar (dalil 2) menyebutkan bahwa makmum berdiri ketika iqomah pada kalimat qod qomatishalah, tetapi atsar dari ibnu sihab (dalil 3) menyatakan pada kalimat Allahuakbar dengan demikian terjadi perbedaan kaifiyat berdiri pada kalimat iqomah mana kita sebagai makmum berdiri. Sedangkan dalil 4 menunjukan bahwa iqomah dikumandangkan sementara shaf telah diluruskan. Dan dalil 5 menunjukkan bahwa mendatangi shaf tidak boleh tergesa-gesa, sunnahnya dilakukan dengan tenang.

Kesimpulan : yang lebih menentramkan hati ketika iqomah dikumandangkan pada kalimat manapun diperbolehkan untuk memulai mempersiapkan shaf (berdiri), dan lakukan dengan tenang.

Mari perhatikan pendapat ulama

Syaikh Yusuf bin Abil Qasim dalam at-Tajj wa al-Iqlil, juz 1, hlm 463 “Imam Malik mengatakan: Imam harus menanti makmum sampai sempurnanya barisan. Dan tidak ada waktu anjuran bergegas berdiri untuk melakukan shalat setelah selesainya iqamah. Karena semua itu tergantung kemampuan manusia, ada yang kuat dan ada juga yang lemah.

H. Jarak Antara Adzan Dan Iqomah

Dalil 1

بْنُ الْحَسَنِ حَدَّثَنَا الْمُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمُنْعِمِ هُوَ صَاحِبُ السِّقَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ الْحَسَنِ وَعَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ يَا بِلَالُ إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ فِي أَذَانِكَ وَإِذَا أَقَمْتَ فَاحْدُرْ وَاجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ الْآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ وَالشَّارِبُ مِنْ شُرْبِهِ وَالْمُعْتَصِرُ إِذَا دَخَلَ لِقَضَاءِ حَاجَتِهِ وَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ الْمُنْعِمِ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ جَابِرٍ هَذَا حَدِيثٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الْمُنْعِمِ وَهُوَ إِسْنَادٌ مَجْهُولٌ وَعَبْدُ الْمُنْعِمِ شَيْخٌ بَصْرِيٌّ

Sunan Tirmidzi 180: telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hasan berkata: telah menceritakan kepada kami Al Mu'alla bin Asad berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul Mun'im -ia adalah pemilik bejana- ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Muslim dari Al Hasan dan 'Atha` dari Jabir bin Abdullah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Bilal: "Wahai Bilal, jika engkau adzan maka lambatkanlah adzanmu, dan jika engkau iqamat maka percepatlah. Jadikanlah jarak antara adzan dan iqamatmu sekadar dengan seorang yang makan hingga selesai makannya, orang yang minum hingga selesai minummnya, orang yang buang hajat dapat menyelesaikan hajatnya, dan janganlah berdiri hingga kalian melihatku." Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid berkata: telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad dari Abdul Mun'im dengan hadits yang semakna." Abu Isa berkata: "Kami tidak mengetahui hadits Jabir ini kecuali dari jalur ini, yaitu dari hadits Abdul Mun'im yang sanadnya majhul (tidak diketahui). Dan Abdul Mun'im adalah seorang syaikh dari Bashrah."

Dalil 2

صحيح البخاري ٦٦٩٨: … حدثنا عطاء قال أعتم النبي صلى الله عليه وسلم بالعشاء فخرج عمر فقال الصلاة يا رسول الله رقد النساء والصبيان فخرج ورأسه يقطر يقول لولا أن أشق على أمتي أو على الناس وقال سفيان أيضا على أمتي لأمرتهم بالصلاة هذه الساعة

Shahih Bukhari 6698: … telah menceritakan kepada kami ' Atho' mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangguhkan shalat isya' agak malam, maka Umar keluar (dari masjid) dan mengatakan: 'Mari tegakkan shalat ya Rasulullah, wanita dan anak-anak telah tidur! ' Nabi muncul dari kamarnya dan kepalanya meneteskan air sambil berkata: "Kalaulah tidak memberatkan umatku -atau dengan redaksi: tidak memberatkan manusia -, " sedangkan Sufyan mengatakan: atas umatku - niscaya kuperintahkan kepada mereka untuk shalat dengan waktu seperti ini." …

Dalil 3

2279 - أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أنبأ مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، أنبأ أَبُو عُمَرَ الْحَوْضِيُّ، وَعَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، وَمُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا: أنبأ شُعْبَةُ، عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ: سَمِعْتُ هِلَالَ بْنَ يَسَافٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: " الْمُؤَذِّنُ أَمْلَكُ بِالْأَذَانِ، وَالْإِمَامُ أَمْلَكُ بِالْإِقَامَةِ " وَرُوِيَ عَنْ شَرِيكٍ، عَنِ الْأَعْمَشَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا وَلَيْسَ بِمَحْفُوظٍ

Artinya : …Dari Ali RA “Muadzin lebih berhak dalam hal adzan, dan imam lebih berhak dalam hal iqâmat.” … (al-Baihaqi dalam as-Sunan ash-Shughra).

Dalil 4

صحيح البخاري ٥٨٩: عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتَّى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذَلِكَ يُصَلُّونَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ قَالَ عُثْمَانُ بْنُ جَبَلَةَ وَأَبُو دَاوُدَ عَنْ شُعْبَةَ لَمْ يَكُنْ بَيْنَهُمَا إِلَّا قَلِيلٌ

Shahih Bukhari 589: …Dari Anas bin Malik berkata: "Jika seorang mu'adzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnah) sampai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnah dua raka'at sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamah Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." 'Utsman bin Jailah dan Abu Daud menyebutkan dari Syu'bah: "Antara keduanya (adzan dan iqamah) tidak ada waktu kecuali sedikit."

Dalil 1 kalimat Wahai Bilal, jika engkau adzan maka lambatkanlah adzanmu, dan jika engkau iqamat maka percepatlah. Jadikanlah jarak antara adzan dan iqamatmu sekadar dengan seorang yang makan hingga selesai makannya, orang yang minum hingga selesai minummnya, orang yang buang hajat dapat menyelesaikan hajatnya, dan janganlah berdiri hingga kalian melihatku." dalil dloif dikarenakan rawi yang Bernama :

Nama Lengkap : Yahya bin Muslim

Kalangan : Tabi'in (tdk jumpa Shahabat)

Kuniyah :

Negeri semasa hidup : Bashrah

Wafat :

ULAMA

KOMENTAR

Abu Zur'ah

aku tidak mengenalnya

Ibnu Hajar al 'Asqalani

majhul

Dengan demikian dalil ini tidak bisa menjadi hujjah.

Dalil 2 kalimat, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menangguhkan shalat isya' agak malam” menujukan bahwa iqomah untuk memulai shalat tergantung pada imam

Dalil 3 kalimat “Muadzin lebih berhak dalam hal adzan, dan imam lebih berhak dalam hal iqâmat.” Menunjukan bahwa iqomah tergantung pada imam sesuai dengan haknya sebagai imam

Dalil 4 kalimat, Dan di antara adzan dan iqamah Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." Menunjukkan tentang adanya kehususan agar imam bersegera memimpin shalat berjama’ah maghrib, tidak seperti pada waktu-waktu yang lainnya.

Kesimpulan bahwa jarak antara adzan dan iqomah tidak memiliki ketentuan dan pelaksanaanya diberikaan kepada imam karena menjadi bagian dari haknya sebagai imam dan sebagai imam perlu memperhatikan waktu memulai shalatnya terutama maghrib.

Mari perhatikan pendapat ulama

Ibnu hajar 4/84 fathul baari bahwa ibnu baththal mengatakan “tidak ada Batasan tentang waktu selain masuknya waktu shalat serta berkumpulnya orang-orang yang akan menunaikan shalat”.(ibnu hajar) bahwa para ulama tidak berbeda pendapat dalam menyatakan adanya shalat sunnah antara adzan dan iqomah kecuali dalam shalat magrib seperti yang disebutkan.

I. Bolehkah seorang muadzin dan muqomit berbeda

Dalil 1

سنن الترمذي ١٨٣: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ وَيَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادِ بْنِ أَنْعُمٍ الْأَفْرِيقِيِّ عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ زِيَادِ بْنِ الْحَارِثِ الصُّدَائِيِّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُؤَذِّنَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَأَذَّنْتُ فَأَرَادَ بِلَالٌ أَنْ يُقِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخَا صُدَاءٍ قَدْ أَذَّنَ وَمَنْ أَذَّنَ فَهُوَ يُقِيمُ

Sunan Tirmidzi 183: telah menceritakan kepada kami Hannad berkata: telah menceritakan kepada kami Abdah dan Ya'la bin Ubaid dari Abdurrahman bin Ziyad bin An'um Al Afriqi dari Ziyad bin Nu'aim Al Hadlrami dari Ziyad bin Al Harits Ash Shudafi ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku untuk adzan subuh maka aku pun adzan. Kemudian Bilal ingin mengumandangkan iqamah, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Saudara Shuda` telah mengumandangkan adzan, maka dialah yang berhak untuk melakukan iqamah." …

Dalil 2

Sunan Abu Daud 430: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Hammad bin Khalid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Amru dari Muhammad bin Abdullah dari Pamannya, Abdullah bin Zaid dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hendak menentukan kalimat adzan dengan beberapa alternatif, yang akhirnya beliau tidak melakukan sesuatu pun. Dia (Muhammad bin Abdullah) berkata: Lalu Abdullah bin Zaid diperlihatkan tentang kalimat-kalimat adzan dalam mimpi, kemudian dia mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan kepada beliau tentang mimpinya tersebut. Maka beliau bersabda: "Ajarkanlah kepada Bilal." Maka Dia pun mengajarkannya dan Bilal pun mengumandangkan adzan dengannya. Kemudian Abdullah berkata: Saya yang melihatnya dalam mimpi, dan saya ingin mengumandangkannya. Maka beliau bersabda: "Kalau begitu kumandangkanlah iqamah."

Dalil 3

صحيح البخاري ٥٧٠: ...عَنْ أَنَسٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ

Shahih Bukhari 570: Dari Anas berkata: "Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah' (shalat telah didirikan)."

Dalil 1 hadist ini dloif di karenakan rawi :

Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Ziyad bin An'um

Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan tua

Kuniyah : Abu Ayyub

Negeri semasa hidup : Maru

Wafat : 156 H

ULAMA

KOMENTAR

AHMAD BIN HAMBAL

LAISA BI SYAI'

YAHYA BIN MA'IN

DLA'IF

YA'KUB BIN SUFYAN

LA BA`SA BIH

ABU ZUR'AH

DLA'IF

AN NASA'I

DLA'IF

IBNU KHARASY

MATRUK

AS SAJI

DLA'IF

IBNU HAJAR AL 'ASQALANI

DLA'IF

ADZ DZAHABI

MEREKA MENDHAIFKANNYA

Dengan keterangan ini bahwa dalil ini tidak bisa menjadi hujjah.

Dalil 2, kalimat “Kemudian Abdullah berkata: Saya yang melihatnya dalam mimpi, dan saya ingin mengumandangkannya. Maka beliau bersabda: " Kalau begitu kumandangkanlah iqamah." Menunjukan bahwa yang adzan adalah bilal dan yang iqomah adalah abdulllah, dengan demikian adzan dan iqomah bisa dilakukan oleh dua orang yang berbeda

Dalil 3 kalimat, Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamah, kecuali kalimat iqamah 'Qad qaamatish shalah'menunjukan bahwa yang diperintah untuk adzan dan iqomah adalah orang yang sama.

Kesimpulan

  1. adzan dan iqomah wajib orang yang sama tidak memiliki dalil yang shohih

  2. adzan dan iqomah orang yang sama sunnah

  3. adzan dan iqomah orang yang berbeda sunnah