POSISI JARI-JARI TANGAN TIDAK DIRAPATKAN DAN TIDAK RENGGANGKAN BERLEBIHAN
Dalil dan keterangan ketika takbiratul ihram posisi jari-jari tangan tidak dirapatkan dan tidak renggangkan berlebihan
Dalil 1
صحيح ابن خزيمة ٤٥٩: نا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ سَمْعَانَ قَالَ: دَخَلَ عَلَيْنَا أَبُو هُرَيْرَةَ مَسْجِدَ بَنِي وُرَيْقٍ قَالَ: " ثَلَاثٌ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ بِهِنَّ، تَرَكَهُنَّ النَّاسُ، كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ: هَكَذَا، وَأَشَارَ أَبُو عَامِرٍ بِيَدِهِ وَلَمْ يُفَرِّجْ بَيْنَ أَصَابِعِهِ، وَلَمْ يَضُمَّهَا، وَقَالَ: هَكَذَا أَرَانَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ " قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَأَشَارَ لَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ وَرَفَعَ يَدَيْهِ، فَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ تَفْرِيجًا لَيْسَ بِالْوَاسِعِ، وَلَمْ يَضُمَّ بَيْنَ أَصَابِعِهِ، وَلَا بَاعَدَ بَيْنَهُمَا، رَفَعَ يَدَيْهِ فَوْقَ رَأْسِهِ مَدًّا، وَكَانَ يَقِفُ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ هُنَيَّةً يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ فَضْلِهِ، وَكَانَ يُكَبِّرُ فِي الصَّلَاةِ كُلَّمَا سَجَدَ وَرَفَعَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: هَذِهِ الشَّبَكَةُ شَبَكَةٌ سَمِجَةٌ بِحَالٍ، مَا أَدْرِي مِمَّنْ هِيَ،…
Shahih Ibnu Khuzaimah 459: Yahya bin Hakim mengabarkan kepada kami, Abu Amir mengabarkan kepada kami, Ibnu Abu Di’b menceritakan kepada kami, dari Said bin Sam'an, ia berkata, “Abu Hurairah pernah menemui kami di masjid Bani Wuraiq, ia berkata, Tiga hal yang dilakukan Rasulullah SAW sementara manusia meninggalkannya. Rasulullah apabila ingin melaksanakan shalat, beliau berkata begini —Abu Amir memberikan isyarat dengan tangannya, dimana ia tidak memekarkan terlalu lebar jari-jarinya dan tidak merapatkannya—, lalu Abu Hurairah berkata, Demikianlah Ibnu Abu Di'b memperlihatkan kepada kami, Abu Bakar berkata, Yahya bin Hakim memberikan isyarat kepada kami, dan ia mengangkat kedua tangannya lalu ia memekarkan jari-jarinya dengan tidak terlalu luas serta tidak merapatkannya dan tidak menjauhkannya. la mengangkat kedua tangannya di atas kepalanya dengan meninggikan serta berdiam diri sebentar sebelum membaca Al Fatihah memohon kepada Allah SWT dengan kemuliaan-Nya lalu mengumandangkan takbir di dalam pelaksanaan shalat di setiap sujud dan ruku’nya. 591 Abu Bakar berkata, “Merapatkan tangan ini berupa perapatan tangan yang buruk seketika itu…
Keterangan dalil Kalimat Rasulullah apabila ingin melaksanakan shalat, beliau berkata begini —Abu Amir memberikan isyarat dengan tangannya, dimana ia tidak memekarkan terlalu lebar jari-jarinya dan tidak merapatkannya menunjukkan tidak adanya ketentuan merenggangkan berlebihan dan merapatkan, kemudian kalimat Yahya bin Hakim memberikan isyarat kepada kami, dan ia mengangkat kedua tangannya lalu ia memekarkan jari-jarinya dengan tidak terlalu luas serta tidak merapatkannya dan tidak menjauhkannya. Menunjukkan bahwa yang dimaksud normal tanpa ada paksaan melebarkan atau merapatkan, terakhir tambahan keterangan kalimat Abu Bakar berkata, “Merapatkan tangan ini berupa perapatan tangan yang buruk seketika itu. Aku tidak tahu hal tersebut berasal dari siapa. Menunjukkan bahwa merapatkan jari jemari tangan Ketika takbiratul ihram tidak menjadi bagian dari kaifiyat
Kesimpulan POSISI JARI-JARI TANGAN TIDAK DIRAPATKAN DAN TIDAK DIRENGGANGKAN BERLEBIHAN adalah jari-jari tangan Ketika mengangkat tangan dalam takbiratul ihram adalah tidak rapat dan tidak direnggangkan berlebihan
Mari perhatikan pendapat Ulama
Imam Nawawi dalam Syarah Al Muhadzdzab 3/571 Mengutip Asyiraji perkataan “merenggangkan jari-jari tangan berdasarkan Riwayat Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW merenggangkan jari-jari beliau dalam shalat.